Jangan berpikir macam - macam. Tidak ada apapun yang terjadi di antara mereka saat berada di kabin pesawat. Renesya hanya bisa menghela napas berat mengingat kembali kejadian itu. Entah apa yang sedang pria itu pikirkan ketika tiba - tiba menghentikan segala aktivitas mencumbunya pada Renesya. Membuat gadis itu kewalahan mencerna sendiri apa yang sedang bercokol di dalam otaknya. Antara marah, kecewa, dan lega disaat bersamaan.
Mungkin seharusnya perasaan legalah yang lebih mendominasi karena Marcus tidak jadi melakukan sesuatu yang tidak diinginkannya. Namun faktanya rasa kecewa karena ditinggalkan begitu saja membuat Renesya frustasi. Harga dirinya dibuat terluka. Mungkinkan dia memang tidak menarik?
Sebenarnya apa yang lebih Renesya inginkan?
Di satu sisi Renesya tidak ingin Marcus berbuat macam-macam pada tubuhnya. Namun tak dapat ditampik bahwa gadis itu tidak mampu meredam hasratnya jika pria itu sudah memulai. Bukan hanya sekali Marcus tiba - tiba meninggalkannya seperti tadi. Dan itu benar - benar membuat Renesya bimbang.
Renesya bingung dengan sikap Marcus dan juga tubuhnya sendiri. Otaknya ingin menolak namun tubuhnya tidak berlaku demikian? Bagaimana hal ini bisa terjadi? Mungkinkah sebenarnya ia menginginkan Marcus?"Apa yang kau lamunkan?"
Renesya menoleh tatkala suara Marcus menyapa pendengarannya. Saat ini mereka sedang berada di dalam mobil menuju ke penginapan yang terletak di salah satu pulau pribadi terindah di kota Belize Amerika Tengah. Perjalanan sudah memakan waktu satu jam sejak pesawat mereka landing di Belize City Municipal Airport. Dan sejak itu pula Renesya sama sekali tidak membuka suaranya.
"Tidak ada?"
"Bohong! Sejak tadi keningmu berkerut seperti sedang memikirkan hal serius."
Ya, aku memang sedang memikirkan hal terbodoh! Dan tentu saja aku tidak akan sudi jika harus bertanya langsung padamu. Kenapa kau selalu pergi setelah mencumbuku?
"Kau tidak perlu tahu." jawab Renesya lugas. Seringai samar muncul di sudut bibir Marcus melihat reaksi gadis itu.
"Aku tau apa yang kau inginkan."
"Maksudmu?"
"Kau kesal karena aku tidak jadi membuatmu kelelahan saat di pesawat tadi." Marcus terkekeh jumawa.
Sontak Renesya membulatkan bola matanya mendengar penuturan Marcus. Pipinya merona seketika, apa pria ini seorang cenayang? Semudah itukah raut wajahnya bisa ditebak? Tidak... tidak ini tidak bisa dibiarkan, Renesya tidak sudi membiarkan pria itu merasa menang karena berhasil menggodanya.
"Aku tahu pesonaku memang sulit di abaikan, apa kau sekarang sudah mulai penasaran denganku?" Seringai menyebalkan itu muncul lagi.
***
Little Peter Oasis merupakan pulau pribadi yang terletak di Negara Belize Amerika Tengah, pulau ini memang banyak dijadikan tujuan bulan madu, karena tempatnya yang sangat privasi dan memiliki keindahan menakjubkan.
Sejak tadi Renesya tak henti mengerjapkan kelopak matanya, kagum melihat keindahan yang terpampang nyata di hadapannya.
Renesya sedang berdiri di sisi samping rumah bungalau yang didirikan di tepi pantai. Dari sini ia bisa menatap pemandangan laut lepas yang begitu memukau.
Semilir angin laut menerbangkan anak rambutnya, terasa sangat menenangkan, tanpa disadari ia bahkan sudah berdiri disana sejak setengah jam yang lalu.
"Kau menyukainya?" Tubuh Renesya menegang seketika tatkala sebuah lengan tanpa permisi melingkar dipinggangnya.
Renesya berusaha mengelak namun rangkulan itu justru semakin mengerat. "Biarkan seperti ini." Akhirnya Renesya menyerah, membiarkan Marcus melakukan keinginannya.
"Kau belum menjawab pertanyaanku."
Renesya memutar bola matanya malas, pria ini datang-datang mengganggu saja. "Apa itu penting?"
"Tentu saja. Aku harus tahu apa yang sedang kau rasakan saat ini." Marcus tetap bersikeras.
"Aku menyukai tempat ini." jawab Renesya singkat.
"Benarkah?" Renesya hanya mengangguk.
Marcus tersenyum senang mendengar jawaban tersebut meski hanya sebuah anggukan. Satu langkah lagi Renesya akan berlari kepelukannya. Ingat! Tidak akan lama lagi.
"Kalau begitu aku ingin membuat kesepakatan."
"Kesepakatan apa lagi?" Nada Renesya sedikit meninggi mendengar kata kesepakatan yang terdengar begitu sensitif di telinganya. Renesya tahu pria ini begitu manipulatif dan dia harus berhati - hati, jangan sampai Renesya terjebak oleh permainan Marcus. Oh sial! Sayangnya Renesya sadar bahwa hal tersebut sangat sulit dihindari mengingat perlakuan Marcus akhir - akhir ini yang begitu manis padanya. Tuhan! Apa yang harus dia lakukan?
Marcus membalikkan tubuh Renesya menghadapnya. "Aku ingin kita benar - benar menikmati waktu kita di tempat ini, lupakan sejenak semua kejadian apapun yang ada di antara kita sebelumnya. Anggaplah bahwa ini merupakan bulan madu sesungguhnya yang memang kau impikan. Bagaimana? Ideku bagus bukan?" Marcus mengedipkan sebelah matanya menggoda.
"Dengan begitu kau tidak akan bersikap ketus padaku." ujar Marcus lagi.
"Untuk apa aku harus melakukannya?" Renesya masih tak acuh.
"Nikmatilah liburan ini, kau juga bisa melakukan riset untuk project novel yang harus kau tulis. Apalagi yang kurang? Suami tampan dan tempat yang indah? Aku benar bukan?" Marcus berkata dengan penuh percaya diri.
Dalam hati Renesya membenarkan ucapan Marcus, memang benar dia bisa memanfaatkan keindahan tempat ini sebagai refrensi yang bisa ia masukkan ke dalam setting tempat di novel yang akan ia buat nanti. Namun tentu saja ia tidak akan membuat Marcus besar kepala dengan cara mengiyakan ide sintingnya itu. Ia bisa menikmati tempat ini dengan caranya sendiri.
"Lepas, aku ingin turun ke bawah." Renesya berusaha menghindar dari rentetan bujuk rayu Marcus.
"Bersamaku." tanpa pikir panjang Marcus menarik pergelangan tangan Renesya, membuat gadis itu terpaksa mengikuti langkahnya.
***
"Berhenti mengekoriku!"
"Oh...Ayolah... kau tidak benar - benar hanya ingin menikmati tempat ini dengan berjalan kaki seorang diri ditepi pantai seperti ini bukan?"
Renesya masih tidak menggubris ucapan Marcus. Kedua kakinya terus melangkah menelusuri pasir putih di tepi pantai yang terasa lembut.
Tidak kehabisan akal, tanpa Renesya sadari Marcus mengangkat tubuh Renesya secara tiba - tiba, sontak membuat gadis itu terkerjab kaget karena tubuhnya saat ini sudah melayang dengan posisi yang membuat kepalanya pening. Marcus memanggulnya seperti karung beras. Sungguh tidak elegan sama sekali.
"Sialan!! Apa yang kau inginkan? Turunkan aku!!!" Renesya memukul - mukul lengan dan punggung Marcus, namun usahanya tentu sana sia - sia belaka. Marcus masih terus melanjutkan langkahnya tanpa memedulikan Renesya.
"Aku akan menunjukkan padamu bagaimana cara menikmati keindahan pulau pribadi ini."
Chieva
13 Mei 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Amor Impredecible - [ On Going ]
Roman d'amourRenesya Clark adalah seorang editor di sebuah perusahaan penerbitan di pusat kota New York dan juga seorang penulis yang gemar menulis genre cerita romance young adult, dengan konflik ringan lovey dovey ala remaja belasan tahun. Sebuah bencana bagi...