43. You Lose

465 73 4
                                    

"Maaf istriku sedang kelelahan karena berjalan sejak tadi, jadi aku harus membopongnya seperti ini." Marcus baru saja menurunkan tubuhnya. Membuat Renesya menahan wajah merah padamnya akibat sangat malu dengan posisinya, yang tidak elegan sama sekali.

Dalam hati, Renesya ingin sekali mengumpati Marcus. Pria itu dengan seenaknya memaksakan kehendaknya sendiri dan membual tidak jelas. Renesya hanya bisa tersenyum masam. Mungkin Renesya akan berteriak di depan pria itu jika seandainya, saat ini tidak ada seorang pemandu yang akan memberi arahan kepada mereka.

Sudah cukup Renesya dibuat malu dengan posisi dirinya tadi. Renesya tidak ingin ada drama - drama lain yang nekat ditampilkan pria itu di depan umum.  Dengan terpaksa ia harus berpura - pura mengikuti skenario yang dibuat pria itu. Berakting seolah - olah mereka adalah pasangan pengantin baru yang sedang di mabuk cinta. Ya! Cukup hari ini saja. Ingat itu.

Marcus membawanya ke area watersport, ditempat ini sudah terparkir beberapa jet ski yang siap digunakan. Pemandu bernama Stuart sedang memberi arahan pada Marcus tentang teknik - teknik mengendarai diatas air serta aturan keamanannya. Renesya hanya berdiri diam seraya mendengarkan tanpa minat. 

Untung saja tempat ini adalah pulau pribadi, jadi mereka tidak takut dengan resiko bertabrakan dengan pengendara jet ski lain. Sangat berbeda dengan pantai pada umumnya. Pulau ini sangat tenang dan damai, tidak ada hiruk pikuk  orang lain yang akan lewat, kecuali beberapa pegawai yang disediakan untuk melayani setiap tamu yang menyewa bungalau. Huh! Mengunjungi pulau pribadi ternyata rasanya seperti ini.

"Ayo, kenapa melamun saja dari tadi?" Renesya tersentak ketika suara Marcus menyapa telinganya.
Ternyata pria itu sudah duduk di atas Jet Ski dengan gaya penuh percaya diri.

Apa dia yakin mereka akan baik - baik saja menaiki itu? Renesya sedikit merasa sangsi dengan kemampuan Marcus.

"Cepat naik, kenapa diam? Kau takut?"

Harga diri Renesya merasa tersentil mendengar kata takut yang keluar dari bibir Marcus seolah sedang ingin mengejeknya.

"Aku akan menaiki Jet Ski sendiri." Putus Renesya spontan seolah ingin menantang pria itu. Padahal ia sama sekali belum pernah menaiki jet ski seorang diri. Bodoh!

"Kau yakin?" tanya Marcus dengan bibir menyeringai.

"Tentu saja, kenapa tidak?"

"Baik kalau begitu, yang lebih dulu sampai disini lagi dialah yang menang . Dan yang kalah harus menuruti apapun permintaan si pemenang, deal!!"

Seketika mulut Renesya menganga tidak percaya. Apa - apaan ini? Marcus memberinya tantangan, huh!

"Kau pasti tau kalau kau akan kalah bukan? Sudahlah, duduk saja dibelakang dan peluk erat perutku agar kau tidak jatuh." Renesya mendelik mendengar ucapan absurd pria itu. Oh iya dia lupa jika harus berperan menjadi pasangan romantis.

Harga diri Renesya terlalu tinggi jika harus mengiyakan ajakan Marcus, terlebih pria itu tadi jelas - jelas menantangnya. Pria itu kira dia akan takut? Huh. Tidak akan!

"Kau tidak bisa seenaknya menentukan siapa yang menang dan kalah sebelum membuktikannya."

"Oh jadi kau juga ingin menantangku?"

"Ayo kita lakukan." ucap Marcus penuh semangat, sementara Renesya sudah mendekati Jet Ski yang akan dia gunakan.

Renesya merutuk dalam hati, mulutnya sangat pintar melawan tapi tidak dengan tubuhnya. Tapi mau bagaimana lagi, dia sendiri yang menantang pria itu, dengan terpaksa ia harus melakukannya. Renesya merapalkan segala mantra doa dalam hati, semoga tidak terjadi hal buruk padanya. Dia tidak ingin mati tenggelam di laut begitu saja.

Stuart si pemandu membantu Renesya bersiap - siap di Jet Ski miliknya sendiri, sedangkan Marcus hanya menunggu dengan menampilkan raut wajah bosan.

"Kau sudah siap?" Marcus bertanya saat Renesya sudah duduk di atas Jet Ski lengkap dengan pelampung yang melekat di tubuhnya.

Mesin Jet Ski mereka sudah menyala. Stuart memberi aba - aba dengan menghitung mundur. Tubuh Renesya merinding seketika. Bagaimana kalau ia tidak bisa mengendalikan kendaraan ini jika ada ombak yang menghantam? Oh Tuhan tolonglah hambamu yang sedang tersiksa ini. Inilah akibat dari rasa gengsinya yang begitu tinggi. Benar - benar menyebalkan.

Marcus sudah meluncur dengan lincahnya di atas air tanpa memandang kebelakang lagi. Sedangkan Renesya berusaha mengemudikan Jet Ski nya pelan, sangat pelan, bahkan nyaris tidak bergerak, hanya mengapung di atas air. Pemandu Stuart sudah memberinya arahan tentang bagaimana cara mengemudikan alat ini dengan benar. Namun Renesya tidak berani menarik tuas kemudi. Oh tidak! Belum apa - apa dia bahkan sudah kalah. Marcus pasti akan mengejeknya habis - habisan.

Jika orang pemberani, mungkin mereka hanya menganggap alat ini seperti sebuah motor yang dengan mudah dikendarai, bedanya motor di darat sedangkan Jet Ski di Air. Dan parahnya Renesya pun tidak pernah mengendarai motor. Oh tidak! Dirinya ternyata sedang melakukan aksi nekat.

Renesya menatap tubuh Marcus yang sudah semakin menjauh. Akhirnya dia memutuskan turun dari Jet Ski dan berjalan kembali di bibir pantai. Biarkan saja Marcus mengejeknya, Renesya tidak perduli. Ia lebih sayang nyawanya.  Dia sungguh labil.

***

Marcus melambatkan laju Jet Ski yang di kendarainya. Menoleh kebelakang dan tidak menemukan sosok Renesya sama sekali. Marcus tersenyum miring. Tepat seperti dugaannya, gadis keras kepala itu hanya berani menantangnya di bibir saja, and see, Renesy tidak akan berani menaiki kendaraan ini seorang diri.

Apakah saat ini gadis itu sedang berusaha menghindar lagi darinya?

Marcus buru - buru memutar kembali Jet Skinya dan memacu kendaraan tersebut untuk kembali ke bibir pantai. Tidak akan ia biarkan Renesya memiliki waktunya sendiri di tempat ini, Marcus akan selalu membuat gadis itu menyadari keberadaannya yang akan sulit diabaikan. Lagi - lagi Marcus menampilkan seringai bibirnya.

Marcus melihat Renesya sedang melepas pelampung yang melekat di tubuhnya. Dan bersiap meninggalkan bibir pantai. Marcus mempercepat laju Jet Skinya hingga semakin menepi di bibir pantai. Ia berlari mengejar Renesya yang sudah berjalan di atas pasir putih yang tidak tersentuh air laut.

"Kau akan kemana?" Marcus menarik pergelangan tangan Renesya, menghentikan langkah gadis itu.

"Aku akan kembali ke bungalau."

"Tidak akan sebelum kau ikut denganku." 

"Hei! Lepas! Aku ingin kembali ke kamar." Renesya berusaha menghindar.

"Kau lupa perjanjian kita tadi? Yang kalah harus menuruti keinginan si pemenang. Dan posisimu saat ini jelas sudah kalah, jadi menurut saja padaku hari ini, buang sikap keras kepalamu itu." Marcus berbicara tanpa menoleh pada Renesya, ia terus saja menarik tubuh gadis itu hingga kaki mereka menyentuh air laut.

"Cepat naik." Perintah Marcus tidak ingin dibantah. Renesya memanyunkan bibirnya. Ia tidak rela namun ia juga tidak punya pilihan lain. Benar kata Marcus dirinya memang sudah kalah. Dan Renesya membenci fakta itu.

Dengan terpaksa ia naik ke atas Jet Ski , duduk di belakang Marcus yang sudah siap di depan kemuddiny.

"Lingkarkan kedua tanganmu di perutku."  Renesya bergeming, tidak mengindahkan ucapan Marcus, gadis itu justru mencengkram pundak Marcus dengan kuat.

"Lingkarkan tanganmu Renesya, ingat kau sudah kalah!" Renesya mendengus karena lagi - lagi Marcus menyinggung kekalahannya.

Dengan berat hati Renesya melingkarkan kedua tangannya di perut Marcus. Tanpa sengaja ia telapak tangannya menyentuh sesuatu yang liat disana, membuat Renesya kelabakan sendiri. Jantungnya berdegub tidak biasa. Calm down! Renesya itu hanya otot perut yang sering dilatih.

Marcus tersenyum senang akhirnya Renesya mengikuti kemauannya. Gadis ini sungguh sulit di takhlukkan. Membuat Marcus merasa tertantang. Renesya sangat berbeda dengan wanita - wanita diluar sana yang justru bertekuk lutut padanya. Kita lihat. Sampai kapan gadis ini bertahan mengabaikannya?

Chieva
23 Mei 2023

Amor Impredecible - [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang