41. Sucks

438 69 5
                                    

Katakan pada Renesya, kalau dirinya tidak sedang bermimpi. Ya! Dia tidak bermimpi — jika saat ini sedang berada di dalam Jet pribadi bersama Marcus. Sungguh! Ini kenyataan yang sulit sekali diterima. Entah harus dengan cara apa lagi, Renesya berusaha mengerti akan semua keanehan Marcus. Tentu saja Renesya tidak lupa, jika baru tadi malam pria itu mengadakan pesta pernikahan. Well! bisa dikatakan penuh kejutan untuknya. Belum lagi obrolan tentang acara bulan madu di pulau pribadi yang dihadiahkan oleh temannya. Sungguh! Renesya tidak pernah berharap jika hal itu akan terealisasikan secepat ini.

Demi apapun, kedua matanya masih terasa lengket untuk sekedar mengerjab, pesta semalam benar-benar membuatnya kelelahan, dan dengan kurang ajarnya Marcus justru membuatnya terjaga lebih cepat dari yang seharusnya.

Awalnya Renesya menolak untuk bangun, tapi lagi-lagi pria kurang ajar itu berhasil memaksanya dengan ancaman keji, khas Marcus. Dengan terpaksa Renesya tidak menghiraukan rasa kantuknya, lalu bergegas mandi sesuai keinginan Marcus. Oh, tidak cukupkah pria itu memporak-porandakan kehidupan tentramnya, membelokkan laju kendali dirinya, mengobrak-abrik segala hal yang telah Renesya susun dengan semestinya.

Jujur saja Renesya masih kesal saat mengetahui fakta bahwa Marcus membocorkan rahasia tentang nama penanya. Shit! Kurang ajar sekali memang! Mulai sekarang Renesya tidak bisa lagi bersembunyi nyaman dibalik kebesaran nama penanya, dan itu semua gara-gara Marcus.

Renesya masih ingat saat semalam pria itu mengajaknya berdansa — kegiatan yang sama sekali belum pernah Renesya lakukan.

"Kau akan menyesal sudah mengajakku melakukannya." Marcus justru terkekeh menanggapi ucapan Renesya.

"Tidak usah khawatir, kau hanya perlu mengikuti gerakanku saja." seolah sudah tersetting sedemikian rupa, musik di ruangan tersebut berubah menjadi alunan lembut yang menenangkan.

Marcus menggenggam tangan Renesya, mengalungkan di lehernya, lalu kedua tangannya sendiri bersarang di pinggang wanita itu, menarik Renesya agar lebih dekat ke tubuhnya, memangkas jarak diantara mereka. Tindakan Marcus membuat Renesya mengerjab kaget, pipinya merona seketika. Renesya menyadari hampir seluruh tamu yang hadir sedang mengarahkan pandangan matanya pada mereka berdua. Ia menjadi bahan tontonan. Wanita itu merasa malu dari ujung kepala hingga kaki. Oh! Bolehkah Renesya berharap, pijakan dibawah kakinya saat ini terbelah menjadi dua, lalu menenggelamkannya ke dasar bumi. Sayangnya hal itu tidak akan terjadi, dengan terpaksa Renesya membenamkan wajahnya di dada Marcus, menyembunyikan rona merah yang tidak seharusnya muncul.

Marcus menyentuh dagu Renesya dengan ibu jari dan telunjuknya, mendongakkan wajah wanita itu agar menatap padanya.

"Aku punya kejutan untukmu." Ekspresi Marcus sangat berbeda dengan ucapan lembut pria itu barusan, raut wajahnya tampak meringis seolah menahan sakit. Membuat Renesya mengernyit heran.

"Emmb, bisakah kau lepaskan dulu injakan heelsmu." Renesya tersentak kaget mendengar ucapan Marcus, ia buru-buru memundurkan kakinya, tapi sayangnya Marcus tetap menahan pinggangnya. Menghalau tubuh Renesya yang berusaha ingin menjauh.

Renesya tidak mengerti kejutan apalagi yang Marcus maksud. Pesta ini saja sudah menjadi kejutan paling mengherankan untuknya.

"Ke‒jutan apa?" tanya Renesya dengan suara nyaris tercekat.

"Menolehlah ke belakang." Renesya mengikuti permintaan Marcus, detik itu juga dunia Renesya seolah terhenti secara paksa. Gadis itu membulatkan matanya tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Terbongkarlah sudah rahasianya selama ini.

"Tidurlah lagi jika kau masih mengantuk, perjalanan kita masih jauh, sayang." Suara Marcus menarik Renesya dari lamunan. Gadis itu mendengkus, mendapati fakta pria itu sedang duduk manis di sampingnya, ditemani majalah bisnis. Ia mulai risih dengan sikap sok manis pria itu. Marcus menjadi aneh sejak pagi itu, apa mungkin sandwich super pedas, dan susu asin bisa membuat otak seseorang bergeser dari tempatnya?

"Kau menghancurkan mood kantukku."

"Emmb, begitu ya." Marcus terdiam sesaat, mengetukkan telunjukknya di dagu, nampak berpikir keras.

"Bagaimana kalau aku membuatmu lelah saja?"

"....."

Renesya mengernyitkan kening, tidak mengerti maksud ucapan Marcus. Dirinya sudah cukup lelah akibat pesta semalam. Pria ini sangat tidak tahu diri jika ingin membuatnya lebih lelah lagi. Tentu saja Renesya tidak sudi jika Marcus menyuruhnya berlarian keliling kabin.

"Benarkah kau tidak tahu cara apa yang paling ampuh membuatmu lelah dan tidur seketika?" Marcus menaikan sebelah alisnya.

Tidak ada jawaban apapun dari Renesya, membuat Marcus beranjak dari kursinya lalu berdiri menjulang dihadapan wanita itu.

"Ayo aku tunjukkan."

Detik selanjutnya Renesya merasakan tubuhnya melayang begitu saja, Marcus sudah menggendongnya ala bridal style.

"Yak! Turunkan aku Marcus!" Renesya mulai menyadari bahaya apa yang sedang mengancamnya kini.

"A...apa yang kau lakukan?" Renesya tergeragap panik saat Marcus menurunkan tubuhnya di atas kasur. Otaknya berpikir keras, bagaimana caranya, agar dapat kabur dari kamar kecil di kabin pesawat ini. Oh! jangan bodoh Renesya. Kau tidak sedang berpikir ingin lompat dari burung besi ini kan? Sialan! Tidak ada jalan keluar apapun untuknya.

Hela napas Renesya semakin memberat, tatkala senyum miring Marcus tersemat di sudut bibirnya. Dengan entengnya jemari pria itu meloloskan satu persatu kancing kemejanya secara perlahan.

"Kau ingin kubuat lelah, bukan?"

Sial! Kini Renesya mengerti arti kata 'lelah' yang pria itu maksud . Ini tidak bisa dibiarkan. Renesya memutar otaknya, mencari segenap cara untuk melawan. Sayangnya tidak ada ide apapun, mendadak otaknya malfungsi.

"Jangan bermain-main denganku Marcus. Sampai kapanpun kita... hmmmpptt..."

Tidak ada kesempatan bagi Renesya untuk mendebat Marcus, bibir pria itu sudah bergerak liar di atas bibirnya. Mengecup, melumat dan menghisap dengan gerakan cepat, membuat Renesya kewalahan, tak dapat mengimbanginya.

Ini merupakan pengalaman pertama bagi Renesya. Seumur hidupnya, ia tidak pernah dicium sepanas ini.

                                  *** 

Chieva
28 April 2023

Setelah Part ini bukan repost lagi.. jdi aku mulai ketik bab bab baru lanjutannya.. yg nunggu konflik sabar aja aq masih mau bangun kedekatan mreka..

cerita ini memang akan sangat lamban sih yaa.. selain pendek pendek juga dan aq g tau sampai di bab brpa.. jdi ikuti aja pkoknya .. semoga aq bneran bisa konsisten..
updetnya swtiap rabu dan sabtu...

Amor Impredecible - [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang