Pagi - pagi sekali sebelum berangkat ke kantor Renesya membereskan beberapa barang pribadinya, hanya beberapa jenis pakaian untuk kerja dan bersantai di rumah, serta beberapa potong gaun yang jarang dia gunakan, tidak lupa beberapa koleksi laubotin miliknya, Renesya bukanlah wanita gila belanja, dia hanya membeli pakaian dan sepatu jika memang sedang diperlukan, karena itulah perlengapannya tidak terlalu banyak, lagipula hidup seorang diri Renesya harus pandai-pandai mengatur keuangannya. Tidak ada perbotan yang harus dia bawa untuk pindah karena semua perlengkapan di unit ini telah disediakan oleh developer. Semua arang pribadinya sudah terpacking rapi di dalam dua koper berukuran besar.
Untuk sementara waktu dia berencana menitipkan barang-barangnya di apartemen Grace, sebelum dia mencari tempat tinggal baru. Renesya sudah menyuruh orang untuk mengangkut dan mengantarkan barang-barangnya ke apartemen Grace siang nanti, sedangkan dia saat ini harus segera pergi ke kantor, waktunya tinggal sedikit. Renesya tidak sempat megehubungi Grace, ia berencana akan menceritakannya saja nanti saat berada di kantor.
Tepat pukul delapan pagi Renesya tiba di kantor, untung saja jarak apartemen dan kantornya tidak terlalu jauh, jadi ia tidak perlu menghabiskan waktu berjam-jam terjebak kemacetan kota di pagi hari.
Gadis itu melangkahkan kakinya penuh percaya diri memasuki loby utama, hari ini dia senang sekali karena bisa kembali bekerja, meskipun ada masalah lain yang sedang menghimpitnya, tapi Renesya yakin pasti bisa mengatasi hal itu, lagipula masih bnyak apartemen di New York yang bisa dia sewa , uang simpanannya masih cukup untuk membayar sewa apartemen barunya nanti.
Saat berjalan melewati lobby utama Renesya berpapasan dengan rekan sekantornya yang berbeda devisi, namun anehnya tidak ada satupun orang yang menyapanya, bahkan secara terang-terangan Renesya mendapati mereka membuang muka darinya. Biasanya di pagi hari saat mereka sama-sama baru datang ke kantor tentu saja Renesya menerima sapaan atau sekedar senyuman ringan dari beberapa orang yang lewat di sekitarnya, sebagai penulis dan editor Renesya cukup dikenali di kantor ini. Namun entah mengapa hari ini terasa ada yang berbeda, ia berusaha mengabaikan perasaan tidak biasanya, mungkin ini karena hampir sepekan tidak masuk kantor. Renesya melanjutkan langkahnya memasuki lift untuk naik ke lantai atas ruangannya berada.
Renesya memasuki ruangan tempatnya bekerja, langsung melongokkan kepalanya pada kubikel Grace namun dia tidak mendapati sahabatnya itu di kursinya, ruangan kerja Renesya ditempati oleh lima orang editor termasuk dirinya dan Grace, Lucy serta dua orang teman lainnya. Mungkin Grace belum datang, pikirnya. lalu ia melangkah ke arah meja kerjanya,
"RENESYA!" seruan keras yang memanggil namanya tiba-tiba terdengar dari arah belakang, belum sempat menjatuhkan bokongnya pada kursi, Renesya langsung menoleh ke arah sumber suara.
Terlihat Lucy dan Audrey yang baru saja tiba keduanya berjalan cepat menghampirinya.
"Kau tidak apa--apa dear?" Lucy menangkup pipinya dengan gaya dramatis, terlihat dia sangat mengkhawatirkan Renesya.
"Aku mendengar dari Grace kau sedang ada masalah." timpal Audrey.
"Ya...., tapi aku sekarang sudah baik-baik saja, maaf telah meninggalkan banyak pekerjaan untuk kalian." Renesya menatap mereka dengan raut penuh sesal.
"Kau tidak usah khawatir kami bisa mengatasinya."
"Ngomong-ngomong dimana Grace, biasanya dia yang paling rajin datang lebih dlu." Renesya menunjuk dengan dagu ke arah meja kerja Grace yang masih kosong.
"Sudah dua hari ini dia absen, mungkin sedang sakit, kami mencoba menghubunginya tapi ponselnya tidak aktif."
"Benarkah, kalau begitu aku nanti akan mengunjungi apartemennya."
Suara dering pesawat telpon di meja Renesya mengintrupsi obrolan nereka. Mngkin panggilan penting dari salah satu penulis yang bekerja sama dengan perusahan penerbitan mereka. Renesya segera mengangkatnya,
"Baik Miss." Jawabnya singkat sebelum menutup panggilan tersebut.
"Miss Zoey memanggilku, aku akan ruangannya sebentar."sebelum menghilang dibalik pintu ruangannya Renesya berpamitan lebih dulu pada Lucy dan Audrey , keduanya telah sibuk dibalik meja masing-masing.
.
.
.
.
.
"Apa Grace tidak mengatakan sesuatu padamu?" Renesya mengerutkan kening mendengar pertanyaan tersebut, mengatakan apa yang dimakaud miss Zoey?
"Maaf miss saya belum bertemu lagi dengan Grace sejak tiga hari lalu."
"Aku telah menyampaikan pesan pada Grace untuk disampaikan kepadamu," jelas Miss Zoey "tapi melihat reaksimu saat ini, kesimpulanku mengatakan kau belum mendengar informasi yang telah kuberikan."
"Memangnya pesan apa yan telah anda sampaikan pada Grace."
Zoey burton terlihat menghela nafas panjang sebelum memulai kalimatnya. "Kontrak kerjamu kami tangguhkan untuk waktu yang belum bisa ditentukan, ini keputusan dari atasan karena permasalahan yang kau hadapi pekan lalu, aku juga telah mengirimkan surat resmi penangguhan tersebut kepadamu, mngkin kau belum sempat melihatnya."
Ya Tuhan! Apalagi ini?? baru semalam dia mendapat kabar harus meninggalkan apartemennya, dan sekarang kontrak kerjanya ditangguhkan, Renesya bahkan tidak mengerti mengpa hal ini bisa dilakukan, buknkah dia tidak masuk kerja hnya seminggu dan dia rela menukar absen itu dengan jatah cuti resmi yang belum sempat diagunakan. Saat ini urusannya dengan pihak berwajib juga telah selesai. Tapi justru muncul masalah - masalah lain yang menyangkut keberlangsungan hidupnya. Renesya memang sempat mengkhawatirkan hal semacam ini terjadi, namun dia tidak menyangka semuanya menjadi kenyataan.
"Maksud anda saya kehilangan kontrak kepenulisan dan proyek novel baru yang sudah direncanakan beberapan waktu lalu?" Ia bertanya dengan berat hati.
Zoey burton menganggukkan kepala membenarkn pertnyaan Renesya, reaksi tersebut membuat tubuh Ryenne terasa semakin lemas.
"Tapi apakah saya masih bisa bekerja seperti biasa, mereview naskah."
"Maaf Renesya untuk saat ini kau juga tidak bisa melakukannya."
"Jadi saya benar-bener kehilangan pekerjaan ini?" Renesya bertnya dengn suara bergetar, hampir menangis, dia tidak sanggup membayangkan bagaimana hidupnya jika kehilangan pekerjaan ini, menulis, merevie sebuah naskah , melahirkan buku- buku baru adalah passionnya dan dia sangat menyukai hal itu, Renesya tidak sanggup kehilngan ini semua, apa yg harus dia lakulan?
"Kami sedang menunggu keputusan dari pimpinan pusat, semua keputusan ada pada mreka, aku juga berharap masih ada kesempatan untukmu kembali bersama kami Renesya."
"Aku ikut senang kau sudah bebas Renesya, namun harus kau tahu, sangat sulit bagi kami memperkerjakan kembali pegawai yang telah memiliki catatan masalah hukum ."
"Saya mengerti Miss" Renesya menunduk dalam berusaha menyembuyikan air matanya yang hampir tumpah, dia tidak boleh menangis disini, dia harus bisa menahannya, kemungkinan buruk seperti ini memang sudah dia duga sebelumnya, perlahan demi perlahan Renesya menemui satu per satu kehancurannya, kehilangan tempat tinggal, kehilangan pekerjaan, apalagi setelah ini?
Renesya kembali ke ruangannya dengan perasaan tak menentu, Lucy dan Audrrey langsung berdiri dari kursinya tatkala melihat Renesya muncul dibalik pintu, mereka berdua menatapnya dengan pandangan penuh iba, seperti sudah tahu apa yang akan terjadi pada Renwsya setelah kembali dari ruangan Zoey Burton. Renesya berusaha menyembunyikan kesedihannya.
"Maaf girls, sepertinya aku belum bisa kembali bekerja dengan kalian." Renesya berjalan ke arah meja lalu meraih tas tangannya dengan cepat. Terlihat Lucy seperti ingin menanyakan sesuatu namun tertahan karena Renesya sudah siap menarik gagang pintu keluar.
"Aku harus pergi, sampai jumpa." ujarnya terkahir kali sebelum menghilang dibalik pintu kaca gelap ruang kerja itu.
Chieva
15 Juni 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Amor Impredecible - [ On Going ]
RomanceRenesya Clark adalah seorang editor di sebuah perusahaan penerbitan di pusat kota New York dan juga seorang penulis yang gemar menulis genre cerita romance young adult, dengan konflik ringan lovey dovey ala remaja belasan tahun. Sebuah bencana bagi...