Warning 21+ Harap bijak memilih bacaan. Please tekan Vote sebelum baca. 💞
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Sampai kapan kau akan memandangi benda kotak itu terus?" Marcus menatap iri sebuah notebook yang menyita perhatian Renesya. Seharusnya dia menyembunyikan benda itu agar Renesya tidak membawa pekerjaan menulisnya di tempat menyenangkan ini.
"Diam kau." sahut Renesya singkat. Tidak acuh pada pria itu.
Pupus sudah harapan Marcus bisa menjalin kedekatan intim dengan Renesya. Nyatanya gadis itu masih tetap saja sulit di dekati. Dengan berat hati, Marcus harus mengalah, mengganti handuk sepinggangnya dengan baju santai jika tidak ingin kedinginan. Menggoda Renesya dengan cara bertelanjang dada tidak mempan ternyata. Gadis itu lebih tertarik pada benda elektronik berbentuk kotak daripada perut rata kotaknya. Ck!
Setelah makan malam yang mereka lakukan, Renesya justru sibuk dengan tulisannya, sama sekali tidak mengindahkan keberadaan Marcus. Benar -benar sial. Yang dilakukn Marcus sejak tadi hanyalah berguling - guling, lalu duduk atau tengkurap di atas tempat tidur tanpa melakukan apapun.
"Aku mulai bosan." Marcus menopangkan kedua tangannya pada pipi. Meskipun bibirnya mengoceh,tapi dirinya masih saja setia menunggui Renesya.
"Tidur saja sana."
"Tidak bisa tidur sendiri! Aku harus ditidurkan."
"Kau bukan bayi kecil yang harus ditidurkan dengan cara menyusu." Renesya berkata tanpa memandang Marcus, masih sibuk dengan ketikan di notebooknya, tidak menyadari ucapannya barusan dapat menggiring opini Marcus pada hal lain.
Tanpa aba - aba, Marcus beringsut mendekati Renesya yang menyandar nyaman di sebuah sofa, menjatuhkan bokongnya tepat di samping Renesya, berbisik pelan di samping telinga gadis itu. "Bukan hanya bayi yang bisa tidur dengan cara menyusu."
Sontak Renesya menoleh dengan wajah bersemu merah tatkala menyadari maksud ucapan Marcus.
"Sana jauh-jauh dariku." Renesya mendorong - dorong tubuh Marcus agar menyingkir dari sisinya. Berusaha keras menyelamatkan detak jantungnya yang tiba - tiba menggila. Dia tidak ingin mati muda dengan diagnosis serangan jantung. Sungguh tidak lucu bukan?
Namun bukannya beranjak pergi, Marcus justru melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Renesya seraya menumpukan dagunya pada bahu gadis itu.
"Jangan menyuruhku pergi, aku ingin seperti ini saja."
Demi Tuhan! Selamatkan jantung Renesya, jangan sampai lepas dari tempatnya.
Pria ini benar - benar berbahaya. Jika seperti ini terus Renesya tidak yakin mampu bertahan. Tembok tinggi yang ia bangun, perlahan demi perlahan di gempur tanpa ampun dan Renesya tidak yakin sampai kapan ia sanggup menerima serangan bertubi - tubi ini.
Dalam hati, Renesya begitu banyak menyimpan pertanyaan. Apakah perlakuan Marcus padanya ini tulus? Atau pria ini hanya ingin memanfaatkan moment semata.
Namun Marcus sering berkata bahwa ia harus menikmati liburan ini tanpa beban. Menanggalkan semua problem di belakang yang pernah mereka lalui, melupakan segala macam alasan dibalik dirinya bisa sampai pada titik ini. Akankah Renesya bisa?
Renesya bukan wanita yang dapat dengan mudah meletakkan hatinya dan mempercayai seseorang dengan begitu cepat. Mengingat siapa sebenarnya sosok Marcus membuat Renesya takut. Dirinya takut terjebak pada jeratan pria dan tak mampu berpaling.
Sanggupkah Renesya menanggung segala resiko yang kemungkinan saja dapat terjadi? Dapatkan ia melalui ini semua tanpa melibatkan hati?
"Kau melamun?" Suara Marcus mengintrupsi segala kecamuk di dalam otak Renesya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amor Impredecible - [ On Going ]
RomanceRenesya Clark adalah seorang editor di sebuah perusahaan penerbitan di pusat kota New York dan juga seorang penulis yang gemar menulis genre cerita romance young adult, dengan konflik ringan lovey dovey ala remaja belasan tahun. Sebuah bencana bagi...