"Malam ini kita akan menginap dimana?" Hanna bertanya pada Aiden saat taksi yang mereka tumpangi baru saja keluar dari area bandara. Hanna mengamati pemandangan jalanan kota New York di malam hari, lampu-lampu berjajar rapi di setiap tepi jalan, sejak tadi mata Hanna dimanjakan oleh pemandangan gedung-gedung tinggi dan pertokoan yang begitu mewah."Untuk sementara kita akan menginap di hotel."
Sontak Hanna memalingkan wajahnya pada Aiden. "Jadi kita akan berbagi kamar yang sama." ujarnya dengan wajah berbinar, seolah hal tersebut memang sangat diinginkannya sejak lama."
"Tidak! Kita akan memesan dua kamar yang bersebelahan."
"Apa nanti ada pintu connecting didalamnya, siapa tau saat larut aku terbangun dan mencarimu." Hanna tidak berhenti dengan usahanya.
"Berhenti membual Hanna!" okey! kali ini stock kesabaran Aiden dalam menghadapi tingkah absurd Hanna semakin menipis, belum lagi tubuhnya yang terasa lelah akibat perjalanan panjang mereka.
Sepertinya usaha terakhir Aiden berhasil, tidak ada kalimat-kalimat aneh tak tahu malu lagi yang muncul dari bibir gadis itu. Namun hal itu tidak berlangsung lama, belum genap lima menit Aiden baru bisa memejamkan matanya, suara Hanna kembali mengintrupsi ketenangannya.
"Sebenarnya urusan apa yang harus kau lakukan setelah kita selesai dengan ujian nanti?"
"Kau tidak perlu tahu."
"Aku ingin tahu?"
"Untuk apa?" Aiden menghela napas sejenak lalu memusatkan pandangannya pada Hanna. "Bukankah kau sudah berjanji akan pulang lebih dulu setelah ujian advokat kita selesai."
"Aku hanya ingin tahu! sesulit itukah mengatakannya, kau tidak sedang mencari wanita lain untuk kau jadikan calon istri bukan?"
"Jika iya memangnya kenapa?"
"Aideen Lee aku sedang tidak ingin bercanda!" Hanna mulai tidak sabar.
"Kau pikir aku bercanda." Aiden masih tetap pada pendiriannya, entah kenapa melihat Hanna yang sangat jarang sekali merajuk terasa menyenangkan untuknya. Saat ini gadis itu tidak ingin melihat wajahnya, memang seperti itulah Hanna, jika sedang merajuk dia akan berbicara tanpa melihat orang yang membuatnya kesal.
"Aku akan mencari, Reen."
Mendengar nama seorang disebut, Hanna sontak memalingkan wajahnya kembali pada Aiden, kali ini dengan tatapan terluka, buliran bening sudah siap jatuh menetes di kedua pipinya.
"Siapa dia?" ujarnya dengan suara bergetar menahan tangis.
"Cinta pertamamu?"
"Atau kekasihmu yang lama menghilang?"
"Kau masih mencintainya?"
Hana sudah sibuk memukul-mukul lengan Aiden seraya menangis tersedu-sedu, tidak menghiraukan pria itu yang mencoba menjelaskan sesuatu padanya. Dia terlalu sakit mengetahui kenyataan ini, jadi untuk apa dia jauh-jauh ikut datang ke negara ini, hanya untuk mengantarkan pria yang dia cintai bertemu dengan kekasih hatinya, betapa bodohnya dia.
Hanna benar-benar merasa terpukul, jadi sejauh apapun dia berusaha, Aiden tidak akan pernah melihatnya. Aiden tidak pernah balas mencintainya —cintanya selama ini hanya bertepuk sebelah tangan. Pria itu bahkan rela mencari-cari wanita yang telah lama melupakannya.
Sedangkan disini dia yang selama ini selalu setia menunggu Aiden membuka hati untuknya. Ini sungguh tidak adil. Hanna merasa tidak ada guna lagi dia berada di tempat ini, besok pagi dia akan kembali ke Korea secepatnya. Persetan dengan ujian advokat sialan itu, semua tekad dan minat Hanna pupus sudah seiring dengan sakit hatinya pada Aiden, dia akan melupakan segalanya.
***
Hampir satu minggu Renesya berada di tempat ini, tubuhnya terlihat lebih kurus dan kantung hitam terlihat jelas di bawah matanya, Renesya kurang tidur tentu saja, tidak ada yang tahu bagaimana sulitnya bagi Renesya bertahan di tempat seperti ini. Ia cukup beruntung karena orang-orang yang berada satu sel dengannya tidak terlalu mengusiknya, tidak seperti apa yang dia liat dalam sebuah film.
Disini seolah mereka semua memiliki dunia masing-masing dan tidak berniat mengganggu satu sama lain. Renesya memang jarang sekali berbicara apalagi berinteraksi penuh dengan rekan satu selnya. Mereka hanya saling bicara jika memang ada hal penting yang harus dikatakan.
Renesyabduduk meringkuk di sudut sel dengan kedua tangan memeluk kakinya, menghalau rasa dingin yang menghinggapi tubuhnya. Tidak lama kemudian seorang sipir penjara mendekati sel dan memanggil namanya.
"Ms. Clark, kau dinyatakan bebas bersyarat." seru sipir penjara tersebut.
Renesya beranjak dari posisinya, diiringi seruan penuh rasa iri dari beberapa tahanan wanita yang berada satu sel dengannya. Dia berjalan mendekati pintu sel yang telah terbuka untuknya. Renesya masih belum mengerti apa yang di maksud sipir penjara tersebut, apakah benar dia sudah bebas? bagaimana mungkin?
"Terimakasih." ujarnya lirih.
"Seseorang sedang menunggumu di ruang tamu bagian depan, kau boleh keluar setelah proses administrasi selesai dilakukan "
Renesya menangguk lalu berjalan ke arah ruangan yang dimaksud sipir penjara tersebut, ruang tamu bagian depan tentu saja berbeda dengan ruangan saat para narapidana mendapat kunjungan dari kerabatnya, Renesya masih tidak menyangka bahwa dirinya benar-benar telah bebas, dia harus berterimakasih banyak pada Grace, Matt dan tentu saja Mr. Smith— pengacara yang telah membantunya. Renesya sudah tidak sabar ingin bertemu mereka dan mengucapkan terimkasih.
Renesya mengulurkan tangannya, membuka pintu yang menghubungkan langsung lorong bagian dalam barisan sel dengan ruang tamu bagian depan, khusus di gunakan untuk tamu yang akan menjemput kerabatnya yang telah dinyatakan bebas, tepat saat pintu terbuka, pandangan mata Renesya mendapati sosok pria sedang berdiri membelakanginya, gadis itu menyipitkan mata, berusaha menerka-nerka siapakah sosok tersebut. Renesya mengamati sekeliling, tidak ada orang lain lagi di sana, hanya ada pria tersebut, dilihat dari postur tubuhnya dari belakang, pria itu bukanlah Mr. Smith - pengacara yg dia temui beberapa tempo hari. Lalu........
Tepat ketika pria itu membalikkan tubuhnya, Renesya langsung terkesiap saat menyadari siapa pria yang kini tengah berdiri dengan aura keangkuhan pekat di hadapannya.
"KAU!!"
Chieva
25 Mei 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Amor Impredecible - [ On Going ]
RomanceRenesya Clark adalah seorang editor di sebuah perusahaan penerbitan di pusat kota New York dan juga seorang penulis yang gemar menulis genre cerita romance young adult, dengan konflik ringan lovey dovey ala remaja belasan tahun. Sebuah bencana bagi...