23. Stuck

768 92 4
                                    

Marcus tetap memasang wajah super tenang meskipun dia baru saja didorong kasar oleh Renesya. Dia justru mengalihkan perhatiannya pada Hanna lalu mengulurkan tangannya pada gadis itu. " Aku Marcus Jo, suaminya." Kalimat itu membuat Hanna terkejut seraya membulatkan matanya, dalam hati dia sedikit menyimpan rasa kecewa karena tadi sempat mengagumi sosok di depannya ini, ternyata pria ini sudah menikah. Dan istrinya adalah wanita yang baru dia kenal.

"Tidak! Aku bukan istrinya, jangan dengarkan dia." Hanna mulai mengerti dengan situasi dihadapannya saat ini, sepertinya sedang ada perseteruan rumah tangga dan tidak seharusnya dia masih tetap berdiri disini menjadi saksi tak berguna.

"Kalau begitu sebaiknya selesaikan dulu urusan kalian, aku akan masuk lebih dulu."

"Hanna!" Renesya mengintrupsi. "Keputusanku lebih bulat lagi, aku yang akan pergi dari sini, selamat bersenang-senang." Renesya mengabaikan keberadaan Marcus, gadis itu justru bersiap melangkahkan kembali kakinya meningalkan tempat itu.

"Aku yang akan menyingkir, sebaiknya habiskan waktu kalian di pesta ini, aku janji tidak akan menggangu." Tepat setelah mengatakan itu Marcus langsung berbalik meninggalkan Hanna dan Renesya. Membuat kedua gadis itu terdiam tanpa suara.

.

.

.

.

.

Setelah kepergian pria yang Hanna tahu sebagai suami Renesya, muncullah banyak sekali pertanyaan yang ingin dia lontarkan pada Renesya, tapi semuanya tertahan di lidah karena dia tau suasana hati gadis iti saat ini terlihat mendung.

"Aku akan menunggumu di sana, kau bisa bersenang-senang menikmati pesta ini." Renesya menunjuk dengan dagu mini bar dengan kursi tinggi di bagian ujung.

"Oh! Ayolah dear, kita harus menikmati pesta ini bersama, " beberapa orang terlihat berlalu lalang diantara mereka dengan gelas cocktail ditangan masing-masing. Acara pesta Anniversary hotel tersebut memang menggunakan nuansa Cocktail Party, dimana para tamu hanya akan disuguhi dengan berbagai jenis minuman koktail serta aneka makanan ringan dengan rasa, asin dan manis.

"Maaf, aku tidak bisa." Renesya menampakkan raut wajah memelasnya, berharap semoga kali ini Hanna tidak memaksakan keinginannya lagi. Dalam diam Renesya sempat mengamati sekelilingnya, ekor matanya berusaha mencari sosok yang tadi sempat ditemuinya, namun sejauh mata memadang, dirinya tidak menemukan apa yang dicarinya. Ada rasa lega dalam hati Renesya  semoga pria gila itu benar-benar menghilang dan tidak akan muncul lagi dihadapannya. Dengan begitu Renesya tidak perlu merasa khawatir berada di pesta ini. Dia hanya tinggal duduk diam, seraya menunggu Hanna, mengamati suasana pesta dari kejauhan.

"Baiklah, aku akan berkeliling sebentar, lalu akan bergabung denganmu nanti."

Setelah Hanna menghilang di balik kerumunan para tamu lainnya, Renesya melangkahkan kakinya ke arah meja mini bar yang dia maksud tadi. Renesya merasa sangat bersyukur masih bisa menghempaskan bokongnya pada kursi tinggi yang terasa nyaman ini. Karena sejauh yang dia tau pada acara Cocktail Party biasanya tidak disediakan kursi, para tamu hanya akan dibiarkan berdiiri sambil berbincang dengan kenalannya, atau mencicipi makanan-makanan ringan yang telah disediakan dan ditata secara artistik.

Mata coklat Renesya mengedar ke penjuru ruangan, ia melihat pada bagian tengah aula besar ini ditempatkan sebuah meja oval sebagai meja utama yang diatur sedemikian rupa supaya semua sajian makanan dapat dijangkau oleh para tamu dari segala arah. Demikian juga meja-meja sudut tertentu, ditata supaya para tamu dapat mencapainya dengan mudah. Ditengah-tengah meja utama diberi taplak dan renda-renda berwarna emas, diatasnya terdapat rangkaian bunga cantik sebagai centerpiece, sedangkan semua makanan kecil ditata rapi ditepian meja.

Semua makanan kecil yang disajikan dimeja utama, diatur sedemikian rupa bersama piring-piring kecil, garpu dan sendok kecil. Terlihat beberapa Pramusaji terus berkeliling mengedarkan makanan dan minuman lain, sekaligus mereka akan selalu 'menangkap' gelas ataupun piring kue bekas pakai.

Seorang pramusaji datang menghampiri Renesya dan mengangsurkan nampan berisi beberapa minuman di atasnya dengan berbagai macam warna dan rasa. Jika boleh jujur Renesya tidak bisa membedakan mana koktail yang mengandung alkohol dan tidak. Dia hanya mengenal istilah-istilah Martini, White Russian, Tom Collins tapi tidak tahu seperti apa bentuknya.

"Beri aku minuman yang tidak beralkohol." ujar Renesya.

"Silakan noona, Mocktail Virgin Mary sepertinya sangat cocok untuk anda."

"Ini tidak beralkohol kan?" Renesya memastikan.

Pramusaji itu mengangguk sekilas kemudian berlalu dari hadapan Renesya.

Kebetulan tenggorokannya saat ini terasa kering dan membutuhkan cairan dingin untuk membasahinya, Renesya meneguk minuman itu dengan cepat , dahinya mengernyit tatkala lidahnya dibuai oleh rasa mint dan manis secara bersamaan. Sebenarnya ia tidak terllau menyukai makanan manis. Namun karena dikalahkan oleh rasa haus, dia pun menghabiskan minuman tersebut hingga tandas.

Tidak lama setelahnya Renesya tiba-tiba merasakan pandangannya mengabur, kepalanya terasa berat dan detik selanjutnya gadis itu kehilangan kesadaran, kepalanya terkulai lemas di atas meja bar.

Chieva
30 September 2020

Amor Impredecible - [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang