D.E.L.A.P.A.N

30.5K 2.8K 358
                                    

"Jadi sekarang ilang semua?" Tanya Rendy.

"A en je aye." Sahut Cero mengikuti lagu swag yang baru-baru ini tenar.

"Anjir, mereka gak ilang kali. Cuma kemana terus gak bilang." Rio ikutan menyahut.

Mereka berempat eh berenam sedari tadi menunggu kehadiran para anak cewek yang memang menghilang cukup lama.

"Temen-temen gue juga yang cewek pada ilang. Sama." Ucap Dion.

"Jangan jangan kita jo..." Cero menggantungkan ucapannya.

"Mblo." Timpal Rio.

"Lo semua temen ilang malah pada santai aja. Suka ga pake otak." Kata Rezky.

"Wiih sans rez." Rio meringis.

"Sebenernya kenapa anak perempuan pada ngilang?" Tanya Rendy. Namun semua diam.

"Jiah kacang." Kata Rendy lagi sambil membuang arah pandangan.

"Anjir gue lagi mikir." Sahut Cero.

"Cari. Kebanyakan mikir ntar bego." Ucap Rezky membuat Cero mengelus elus dadanya sabar.

"Omongan lo juga suka gak mikir. Gak di filter. Cih." Sahut Rendy.

"Anjing. Berantem lu bedua." Rio mendengus.

"Mending nyari." Sahut teman Dion yang ternyata namanya Varo.

"Oke kita cari. Tapi sebelomnya, kita siap-siap dulu." Ucap Rendy.

"Kenapa kita harus sama lo bedua?" Tanya Rezky skartis.

"Udahlah rez. Temen mereka berdua juga ilang." Ucap Cero sambil menarik tangan Rezky hingga Rezky hampir terjungkal.

"Pelan cer."

***

"Kita dimana?" Tanya Rachel sambil berusaha mengedipkan matanya berkali kali.

"Tangan gue." Giesele sangat kaget ketika melihat tangannya sekarang diikat tali.

"El. Bangun el." Ucap Rachel ketika menyadari bahwa Elyn berada di sampingnya.

Tapi selain mereka bertiga, ada seseorang yang juga diikat seperti mereka. Namun bedanya, mulut orang itu di tutup oleh kain yang diikatkan kebelakang.

Dan dia terlihat menangis.

"Ini dimana?" Tanya Giesele sambil berusaha mengingat apa yang terjadi.

Flashback on

Mereka berdua tetap mengikuti ibu itu sampai akhirnya mereka diajak masuk ke dalam rumah.

Awalnya mereka ragu, tetapi mereka tetap mengikuti ibu itu memasuki rumah.

"Katanya ibu liat teman saya, tapi kenapa malah kesini? Teman saya masuk sini? Dia ngapain kesini?" Rachel langsung menanyakan beberapa pertanyaan.

"Kalian istirahat sebentar, nanti saya akan tunjukan lagi jalannya." Balas ibu tersebut.

Rachel yang melihat ibu itu terlihat kelelahan pun menurutinya dengan duduk di sebuah kursi yang terbuat dari bambu.

Lalu ibu itu masuk ke dalam rumah.

"Kita kok kesini? Gue gak yakin deh sama tu orang." Bisik Rachel ke Giesele.

"Stt gak boleh gitu. Siapa tau ibu itu bener-bener liat." Balas Giesele.

Tak lama, ibu tersebut keluar dari rumah sambil membawa dua gelas yang sebelumnya telah diisi air.

"Kalian minum dulu." Kata wanita itu sambil memberikan gelasnya ke arah mereka berdua.

Tanpa ragu, Giesele langsung meminumnya. Berbeda dengan Rachel yang terlibih dahulu mencium baunya.

Baunya, amis.

"Ini apa?" Tanya Rachel. Namun dengan cepat Giesele menyenggol tangannya.

"Banyak tanya. Udah minum aja. Enak kok." Kata Giesele.

Rachelpun langsung meminumnya.

Benar, tidak ada rasa layaknya air biasa.

Namun yang mereka tidak tau, beberapa saat kemudian mereka tidak sadarkan diri.

Flashback off

"Orang itu, bohongin kita gis." Ucap Rachel.

Giesele menganguk anggukan kepalanya.

"Wo-oy?" Elyn berbicara terbata-bata.

Cewek yang di dekat mereka meronta ronta. Dan juga terus berusaha mengeluarkan suara.

Giesele, Rachel, dan Elyn terlihat dikat dalam tali yang sama.

Berbeda dengan cewek tersebut yang diikat sendirian.

"Kita harus lepasin ini." Ucap Giesele.

"Iya tapi gimana caranya." Sahut Elyn.

Giesele terlihat seperti memikirkan sesuatu.

"Tangan lo cel. Tangan lo satu satunya yang paling kecil. Lo pasti bisa lepasinnya." Ucap Giesele pelan.

"Gak bisa! Tangan gue bisa-bisa lecet gara-gara ni tali tambang." Tolak Rachel cepat.

"Cel..." Giesele terlihat memohon.

"Ck."

Rachel berusaha mengeluarkan tangannya yang cukup kecil itu. Tangan mereka bertiga disatukan dalam satu tali.

"Lo tarik ke kanan, gue kekiri el." Ucap Giesele ke Elyn.

Elynpun mengangguk angguk kepalanya.

Benar saja, beberapa saat kemudian. Tangan Rachel sudah terlepas dari tali. Dan itu cukup memudahkan Elyn dan Giesele untuk melepaskan talinya.

Rachel dengan cepat membuka tali yang berada di mulut cewek di hadapan mereka.

Setelah terbuka, cewek itu langsung berteriak.

"Toloong!! Toloong." Teriak cewek itu namun dengan cepat Rachel menutup mulutnya.

"Sttt. Lo gak boleh teriak. Kita bisa ketauan." Giesele mencoba menenangkan cewek tersebut.

"Nama lo siapa?" Elyn malah menanyakan pertanyaan yang sama sekali tidak penting.

"Dara. Te-temen gue... mereka bunuh temen gue." Cewek yang ternyata bernama Dara itu menangis sejadi jadiinya.

Giesele berusaha melepaskan ikatan di tangan cewek itu.

Tetapi, belum sempat terlepas sudah terdengar suara.

"Mencoba untuk kabur?"

Bersambung...

Vote and coment💜💛

Dabel tidak yha...

Dont Believe (School Horror 3) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang