T.I.G.A.P.U.L.U.H

9.7K 1.1K 202
                                    

#Rendy story.

Gila. Bener-bener gila. Awalnya gue pisah buat nyari Giesele. Tapi kenapa sekarang otak gue tiba-tiba berpindah haluan.

Gue malah penasaran sama dua cewek ini dan seakan akan lupa kalo tujuan gue itu nyari Giesele.

Sekarang gue sendirian. Gita udah pergi. Sisi juga gak kelihatan dari tadi.

"Ck."

Otak gue masih terus berpikir keras mengenai "tumbal" yang Gita bilang.

"Anak cewek ilang untuk tumbal. Tumbal apa?" Ucap gue dalam hati.

Tapi tiba-tiba mata gue melotot. Gue sadar akan sesuatu. Gue harus cepet mengamankan anak cewek. Kalo enggak, mereka semua bakal jadi tumbal.

Gue membenarkan posisi jambul gue yang udah lama gak keurus.

Lalu bangun dari posisi awal gue yang duduk sambil bersandar di pohon.

"Mau kemana?" Sahut seseorang di belakang gue.

Dengan ragu gue menegok ke belakang.

Sisi?

Gue diem. Gak tau harus merespon seperti apa.

"Kamu harus cepat pergi dari sini." Ucap Sisi.

Gue heran. Kenapa ucapan Gita sama Sisi hampir sama sih?

"Kenapa?" Tanya gue.

"Nanti mereka lihat." Ucap Sisi sambil menujuk ke arah selatan hutan.

"Pulang lewat situ." Katanya lagi.

"Kenapa butuh tumbal?" Tanya gue langsung. Itu pertanyaan yang seharusnya gue tanyakan sama Gita. Tapi karena dia gak ada, tanya sama Sisi gak masalah kan?

"Tumbal?" Ucapnya.

"Saya tidak ingin ada yang dibunuh lagi untuk ritual. Jadi sekarang mending kalian pergi." Ucap dia panjang lebar.

"Ritual apa?" Tanya gue.

***

#Giesele, Rachel, Elyn, Dara story.

Mereka berempat sedang berjalan di tengah hutan. Berusaha mencari keberadaan yang lain.

"Gis, kenapa kemaren kemaren itu lo tiba-tiba ilang?" Tanya Elyn penasaran.

"Pas itu, ada yang tiba-tiba nutup mulut gue dan narik badan gue. Gue pengen teriak, tapi gue rasa bakal sia-sia karena kalian gak akan denger. Gue hampir diculik sama kepala desa gila itu. Tapi dijalan, nenek itu nyelametin gue."

"Nyelametin kaya mana?" Tanya Elyn lagi.

#flashback on.

"Emphh." Giesele yang berada di paling belakang, tiba tiba ditutup mulutnya oleh seseorang, dan menarik badan Giesele secara paksa.

Giesele terus meronta dan mencoba untuk berteriak.

Namun teman-temannya seakan tidak mendengar atau merasakannya sama sekali.

Giesele dibawa menjauh dari yang lain.

Ketika sudah jauh, penculik tersebut melepaskan bekapan di mulut Giesele.

"Gue mau dibawa kemana?" Tanya Giesele langsung. Dia mencoba setenang mungkin.

"DIAM." Bentak penculik itu yang langsung membuat Giesele menutup mulutnya.

Giesele sangat ingin berteriak. Namun ia merasa hal itu akan sia-sia dan membuang tenaga. Ia merasa tenaganya akan lebih baik ia gunakan untuk menyelamatkan diri.

Giesele masih mencoba tenang. Bahkan ia tidak memberontak sekalipun. Namun, ketika dia merasa penculik yang memegang tangannya lengah, dengan cepat dia menunduk dan merauk tanah dibawah, lalu melemparkannya ke wajah penculik itu.

"Kampret." Pekik pencuri itu sambil mengucak matanya.

Dan kesempatan ini Giesele gunakan untuk menyelamatkan diri. Dia berlari menjauh dari penculik itu, dan bersembunyi di balik semak-semak belukar.

Giesele mengatur nafasnya. Berusaha agar posisinya sekarang tidak ketauan oleh penculik itu.

Namun ia merasakan ada yang mendekat. Dia menutup mulutnya menggunakan tangannya agar tidak menimbulkan suara apapun.

Perlahan suara itu terdengar sangat dekat.

Giesele menutup matanya.

"Sudah aman." Suara itu terdengar menenangkan. Giesele perlahan membuka matanya.

Terlihatlah seorang nenek yang memeluk beberapa ranting kering.

Giesele mendongakan wajahnya keatas untuk melihat wajah nenek itu lebih jelas.

"Saya sudah membuatnya tidak sadar." Ucap nenek itu.

Mata Giesele melotot kaget.

Itu berarti dia diselamatkan oleh nenek ini kan?

"Makasih nek. Makasih banyak." Giesele bangun dari tempatnya semula.

"Kamu bisa ikut saya kalau mau."

Giesele menggelengkan kepalanya. Dia takut kalau nenek ini akan berbuat jahat juga.

Nenek ini tersenyum hangat.

"Kamu mirip dengan cucu saya."

Giesele tersenyum.

#flashback off

"Terus?"

"Gue ikut nenek itu. Dia baik." Ucap Giesele dikala dia sudah selesai menceritakannya.

"Ahh gue jadi ngerasa bersalah bangett." Sahut Rachel sambil menyeka air matanya.

"Ini kita cari yang lain ya?" Tanya Dara.

"Iya dar." Jawab Elyn.

"Ck. Rendy kemanasih." Kata Giesele pelan. Namun masih bisa terdengar oleh yang lain.

"Cie nyariin." Sahut Elyn.

"Ih. Seharusnya kita ikut yang laen gis. Jadi kan gak ribet gini. Gak semuanya kepisah-pisah. Mana Rendy gak ketemu-ketemu dari tadi. Kesell." Celoteh Rachel panjang lebar.

"Ya kita kan gak tau kalo akhirnya bakal kaya gini." Ucap Giesele.

"Sttt." Bisik Dara ketika dia melihat suara orang yang sedang mengobrol dari kejauhan.

Dengan cepat Dara menarik yang lainnya kedalam semak-semak.

"Kita harus segera menemukan seorang gadis perawan."

"Anak anak itu bisa kita jadikan tumbal. Kita harus segera menemukannya. Upacaranya akan dilakukan besok malam."

Dan perlahan suara itu mulai menjauh.

"Upacara apa?" Tanya Elyn heran. Dan yang lain hanya menggelengkan kepalanya.

Bersambung...

YEY UPDATE!!
Tapi ya sekedar flashback dikitt.
Betewe maap updatenya lama. Sibuk akutu. HAHA.

Join square School Horror di line yaa. Disitu gue sering sharing cerita baru :,)

VOTE AND COMMENT.
Mau malak lagi :)
100 comment lanjut. HAHAH!

Dont Believe (School Horror 3) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang