E.M.P.A.T.P.U.L.U.H

6.2K 755 110
                                    

#Rendy Giesele story.

"Ren." Panggil Giesele.

Rendy berhenti berjalan. Lalu melihat ke arah Giesele. Rendy sedari tadi tidak melepaskan genggamannya. Dia tetap menggenggam tangan Giesele kencang.

"Kita gak bisa cuma kabur dan terus-terusan menunda ajal. Kita harus ngelakuin sesuatu." Ucap Giesele.

"Iya gue tau. Tapi kita harus apa?" Tanya Rendy. Giesele menggeleng. Namun selang seperkian detik, Giesele menyahut.

"Kita harus berhentiin ritual itu." Sahut Giesele sambil menarik tangan Rendy berjalan menuju tempat ritual tadi.

"Tapi bahaya gis. Nanti lo kenapa-kenapa disana." Ujar Rendy. Menahan Giesele agar tidak kembali ke tempat tadi.

"Gue gak takut. Tapi lo harus janji satu hal ke gue." Giesele menatap mata Rendy.

"Apa?" Tanya Rendy.

"Jangan pernah tinggalin gue." Jawab Giesele.

Rendy mengangguk."Gue janji."

"Kita kesana. Liat gimana cara kerja ritual itu. Dan nanti, kita harus cari cara buat hentiin ritual itu." Giesele menjelaskan panjang lebar.

Mereka mulai berjalan menuju tempat ritual itu. Namun ditengah jalan, Rendy tiba-tiba berhenti. Membuat Giesele ikut berhenti.

"Gue pengen ngomong sesuatu." Ucap Rendy. Giesele mengangkat sebelah alisnya heran.

"Gue ngomong sekarang karena takutnya nanti gue mati kan. Terus gak kesampean ngomong ini." Rendy terkekeh dengan ucapannya sendiri.

"Gue-" Tiba-tiba jari telunjuk Giesele mendarat tepat di bibir Rendy. Membuat Rendy seketika berhenti berbicara.

"Gak. Gak boleh bilang sekarang. Lo gak boleh mati. Lo harus tetap hidup dan bilang hal ini nanti. Janji sama gue." Ucap Giesele.

Rendy diam.

"Ayo." Giesele kembali menarik tangan Rendy.

***

#Cero, Rachel, Rio story.

"Gue nyusahin ya?" Tanya Rachel yang berada di punggung Rio. Dia digendong oleh Rio karena kondisi kakinya yang terkilir.

"Baru sadar." Sahut Cero. Membuat Rachel mendengus.

Rachel diam. Ia sedari tadi tidak banyak bicara. Tidak seperti biasanya.

"Cel." Panggil Rio.

"Hmm."

"Lo gak papa kan?"

"Hmm."

"Kek limbat lo. Hem hem doang." Sahut Cero.

Cero beberapa kali mencoba mencairkan suasana sedari tadi. Namun tidak pernah berhasil. Keheningan selalu datang.

"Hiks." Isakan ini keluar dari bibir Rachel. Membuat Rio berhenti berjalan dan Cero menengok ke arahnya.

"Kenapa?" Tanya Rio langsung.

"Gue takut." Ucap Rachel diselingi isakannya.

"Eh lo jelek kalo nangis. Udah sssht." Cero berusaha menenangkan.

Srek. Srek.

Suara semak-semak itu sontak membuat Rio dan Cero melihat ke sekeliling. Mencari sumber dari suara itu.

Cero mengeratkan tangannya pada pegangan sabitnya. Dia membawa sabit dari orang yang tadi Rio bunuh untuk berjaga-jaga.

"Mati." Suara berat ini tiba-tiba terdengar. Rio yakin bahwa suara itu berasal dari arah semak-semak bagian kanan.

BRUK!

Secara tiba-tiba, seseorang melompat ke arah Cero. Membuat Cero seketika tersungkur dan sabit yang tadi ia pegang sudah melayang entah kemana.

Orang itu mencekik leher Cero. Membuat Rachel seketika histeris berteriak.

Pada saat Rio ingin membantu, Cero menggelengkan kepalanya. Lalu matanya melotot. Mengisyaratkan kepada Rio untuk lari menjauh.

Rio menggeleng.

"Pergi." Meskipun tidak mengeluarkan suara, tercetak jelas di bibir Cero bahwa ia berkata demikian.

"GAK! ENGGAK RI! JANGAN PERGI! TOLONGIN CERO!" Teriak Rachel histeris.

Namun Rio menghiraukannya. Ia berlari menjauh dari situ.

"LEPAS! LEPASIN GUE RIO!" Rachel meronta-ronta di punggung Rio saat Rio berlari meninggalkan Cero.

"LEPAASS. Hiks. LE-LEPASIN GUE." Teriak Rachel dikala isakannya.

Rio tetap belari menjauh.

***

Bersambung...

Maapin ya updatenya telat sebulan. Mungkin udah banyak yang lupa ceritanya. Tapi gue harap masih ada yang baca deh. Hehe.

VOTE AND COMMENT❤️💚

Dont Believe (School Horror 3) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang