D.E.L.A.P.A.N.B.E.L.A.S

14.3K 1.7K 100
                                    

"Kenapa?" Tanya Rendy.

"Hah?" Tanya Gita balik. Keaadan sekarang menjadi sangat canggung.

Rendy melihat ke arahnya tidak percaya.
Cewek ini benar benar aneh menurutnya. Namun dia memilih untuk berjalan kembali sambil meneriaki nama Giesele berkali kali.

"Jangan keras keras." Ucap Gita. Membuat Rendy berhenti berjalan dan melihat kebelakang; kearah gita.

"Lo kenapa sih?!" Tanya Rendy kesal.

"Nanti di dengar." Kata Gita.

"Siapa? Siapa yang denger?" Tanya Rendy lagi. Dalam hati ia berkata. "Sumpah, cewek ini bener bener nguji iman."

Gita menggeleng-gelengkan kepalanya.

Namun beberapa saat setelahnya, lampu minyaknya mati. Keadaan benar benar gelap. Rendy tidak bisa melihat apapun saat itu.

"Tuh kan. Mereka marah." Suara itu terdengar menyeramkan di telinga Rendy.

Dia perlahan mundur sambil meraba di sekitarnya.

"Ta?? Gita?" Panggil Rendy. Tapi benar benar tidak terdengar suara apapun. Bahkan Rendy bisa mendengar suara detak jantungnya yang kencang.

Lampunya kembali hidup.

Dan tepat di depan Rendy. Seorang perempuan yang rambutnya tertutup. Memakai baju putih. Melihat ke arah Rendy.

Rendy membenarkan kaca matanya berharap itu hanya halusinasinya saja.

Tetapi benar. Cewek itu benar benar nyata.

"Tolong kami." Ucap perempuan itu.

Mata Rendy melotot. Hampir saja keluar dari tempatnya kalau dia tidak berlari saat itu juga.

"Bangs*t." Dia masih terus berlari sambil terus memaki. Berharap cepat menemukan teman temannya.

"Ren. Rendy!!" Itu suara Gita. Tapi Rendy tidak menghiraukannya dan terus berlari. Tanpa memperdulikan sekitarnya.

Dia benar benar takut saat itu.

***

07.22 AM.

"Kita ngapain nih?" Tanya Cero. Semalam mereka memang sudah membicarakannya tapi Cero malah tertidur pulas bersama anak perempuan.

"Makannya, tidur terus sih lo." Sahut Rachel.

"Ah lo aja tidur kan. Haha." Ucap Cero.

"Ya tapi gue tau rencananya!" Seru Rachel. Tak mau kalah.

"Apa coba?" Tanya Cero.

"Ya gitulah tau gue!"

"Sok bilang tau padahal mah gatau." Kata Cero sambil tertawa.

Baru saja Rachel ingin nyerocos, Elyn menjitaknya.

"Ih sakit tau!" Rachel mengucap usap kepalanya.

"Berisik tau ga?" Kata Elyn judes. Mungkin moodnya sedang tidak baik hari ini.

Rachel melihat ke arah Cero sebal. Lalu membuang arah pandangan ke arah Dion. Berharap setelah melihat wajah Dion hatinya bisa adem lagi.

"Kita berkemas sekarang. Bawa barang yang diperlukan." Ucap Dion dan mereka semua mengangguk.

"Jangan lupa makan sebelom berangkat." Cero tiba-tiba menyahut. Membuat Dara tersenyum karena sahutannya.

"Yang ada di otak lo itu makan aja. Gue sumpahin obesitas lo." Ucap Rio.

"Dih sirik aja lo ayan." Kata Cero, gak terima di sumpahin.

"Yaudah iya. Serah." Sahut Varo.

"Dah. Siap siap mendingan. Inget. Kita utamain cari Giesele. Kalo Rendy gue yakin dia bisa jaga diri." Dion berbicara sambil mengikat tali sepatunya.

"Gue takut kejadian temen gue dialamin Giesele juga." Sambungnya.

"Iyaudah." Sahut Rezky.

"Pulang ro, pulang. Kenapa kita malah ngikutin mereka sih?" Tanya Dara ke Varo.

"Karena kita gak bisa nemuin jalan keluarnya kalo sendiri dar." Jawab Varo.

"Ayok. Makanya sambil jalan aja." Ajak Dion.

Dan mereka mulai berjalan.

***

"Gieselee!!" Mereka meneriaki nama Giesele berkali kali.

"El. Lo marah?" Tanya Rezky karena sedari tadi merasa Elyn mengabaikannya.

"Enggak." Jawab Elyn. Tapi terlihat di wajahnya, dia sedang tidak baik.

"Yaudah. Jangan diemin gue." Pinta Rezky.

"Dasar cowok! Gak pekaan." Sahut Rachel dikala pembicaraan Elyn dan Rezky.

Rezky terlihat bingung dengan maksud Rachel. Tetapi dia malah melanjutkan jalannya dan mengabaikan ucapan Rachel.

"GIESELEE!!!" Teriak mereka. Tetap saja tidak ada sahutan.

Bersambung...

Masi ada yg baca ga? Wkwk.
Up up😂

VOTE AND COMMENT💙💛

Dont Believe (School Horror 3) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang