T.U.J.U.H.B.E.L.A.S

15.9K 1.7K 122
                                    

#Rendy story.

Giesele benar benar tidak ada di gubuk tua itu. Dan malah gubuk itu terlihat sepi. Di sekitarnya juga tidak terlihat seseorang satupun.

"Apa gue telpon aja ya. Tapi apa ada jaringan?" Kata gue dalam hati.

Gue menjauh dari gubuk itu dan bersembunyi di balik pohon.

Mana udah mulai gelap lagi.

Gue mengeluarkan hape dari saku celana. Tapi baru aja gue pencet tombol home. Hapenya mati. Batrenya abis.

"Shit." Umpat Gue pelan.

Gue diam disitu. Memikirkan apa yang harus Gue lakukan selanjutnya. Dan, Giesele ada dimana.

***

12. 56 AM.

"Woy ngantuk gue." Ucap Rio pelan dikarnakan yang lain sedang tertidur.

"Kalo kita tidur nanti mereka diculik lagi ri." Sahut Dion.

"Enak banget yang cewek pada tidur." Varo ikutan menyahut.

"Cero laki tapi ikutan tidur tuh." Kata Rio sambil mencoba merebahkan badannya dan ikut tertidur.

"Jangan tidur. Gak gentle amat." Ucap Rezky sambil mememakan roti yang dia pegang.

"Kita susun rencana buat besok." Kata Dion.

"Rencana apa? Kita besok ngapain?" Tanya Rio.

"Ya makannya kita susun rencana biar tau apa yang bakal kita lakuin besok." Dion menjelaskan.

"Cetek amat otak lo." Sahut Rezky lalu dia terkekeh pelan.

"Jadi besok kita--"

"Besok apa?" Tanya Varo karena Dion tiba tiba berhenti berbicara.

Mata Dion seperti fokus ke sesuatu. Matanya melotot, seperti melihat sesuatu yang mengerikan.

"Woi anjir. Ngelamun lo malah." Rio sedikit berteriak.

Dion menggelengkan kepalanya. Lalu menunduk. Mengusap usap wajahnya.

"Lo ngapa?" Tanya Rezky.

"Gak." Jawab Dion spj. (Singkat padat jelas)

"Oh."

"Woi besok gimana jadi? Mana Rendy pake nyusul Giesele segala lagi." Sahut Rio.

"Besok kita..."

***

#Rendy story lagi.

"Anjir mana udah gelep, batre hape low lagi. Gak ada yang keliatan  gini." Gumam gue dalam hati.

Gue berjalan tak tentu arah. Gue sendiri gak tau mau kemana.

"Ren," Tiba-tiba tangan gue ditarik seseorang. Guepun panik dan berusaha  melawan.

"Ini Giesele." Satu kalimat itu sukses membuat gue diam dan beberapa saat kemudiangue reflek  memeluk pemilik suara itu.

"Lo kemana aja?" Tanya gue langsung. Masih dalam posisi memeluk dia. Sumpah, gue bener bener khawatir.

"Hmmm. Sebegitu pentingnya ya Giesele buat kamu. Ini Gita." 

"Hah?" Gue kaget. Kaget banget. Dengan cepat gue ngelepas pelukan ini.

Gue juga kesel. Kenapa cewek ini ngakutin gue terus sih?

"Gelep kan? nih Gita bawa lampu minyak." Cewek gila ini menyarahkan lampu minyak yang dia pegang.

Gue mengambil lampu itu.

''Lo kok tau Giesele?" Tanya gue.

"Sebelumnya kan kamu teriak teriak nyebut nama Giesele itu." Jawab dia.

"Gausah pake aku kamu. Baku amat. Geli gue dengernya." Ucap gue lalu berjalan meninggalkan cewek itu.

"Terus kalo gak aku-kamu apa?" Tanya dia.

"Lo-gue." Jawab gue dan terus berjalan. Dia masih aja ngikutin gue.

"Gue itu apa?" Dia terus menerus bertanya. Sumpah, Gue pengen ngubur ni cewek idup idup rasanya.

"Gue itu aku. Lo itu kamu. Dah lo diem. Pening gue jawabnya."

"Giesele itu siapa lo?" Dia kembali bertanya.

"Cewek gue." Bodo amat. lagian dia juga gak tau Giesele kan.

"Oh."

"Oh iya, gue pengen tanya sesuatu. Lo tau gak kenapa temen temen gue yang cewek pada diculik dan sebelumnya ada yang dibunuh? Lo warga kampung sini kan?" Tanya gue sambil melihat kearahnya. Berharap dia menjawabnya.

"Gita ga-gatau."

 Nah, kenapa pas gue tanya gitu dia jawabnya langsung gugup?

Bersambung...

***

haihai

Setelah hiatus akhirnya guepun update lagi. heheh

Gatau deh gue aja males ngarangnya jadi kalo aneh ya maapkeun.

Ternyata esema gaenak. Banyak tugas :(

Nah malah curhat kan gue.

VOTE AND COMMENT💜💛

Dont Believe (School Horror 3) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang