"DION!! VARO!!" Teriak Dara sekeras mungkin. Ia merasa sangat ingin menangis saat ini. Bagaimana tidak, sudah lebih dari lima belas menit ia berkeliling sekitar tepi pantai namun tidak kunjung mendapat sahutan.
Dara ambruk. Ia menangis sejadi-jadinya. Dimana keberadaan kedua temannya? Dia merasa sedikit menyesal karena tidak ikut dengan Rendy dan kawan-kawan. Namun setengah hati ia tidak tega untuk meninggalkan teman-temannya.
"Dara?" Suara barusan sontak membuat Dara menengok ke sumber suara. Terlihat Sisi tersenyum ke arahnya.
"Mau aku bantu mencari teman-temanmu?" Lanjutnya menawarkan kepada Dara.
Namun Dara terlihat menyipitkan matanya. Gadis ini memang membantu mereka tadi. Namun ia memilih tidak percaya lagi. Karena ia tidak mau hal buruk terjadi lagi kepadanya. Apalagi saat ini ia sendirian.
Dara memilih diam dan tidak menjawabnya.
"Mereka masih hidup kok." Ucap Sisi yang sontak membuat Dara melihat ke arahnya.
"Dimana?" Tanya Dara langsung.
Sisi tersenyum. Lalu ia berjalan menjauh. Dan mau tidak mau, Dara mengikutinya.
***
"DION!"
Dara menemukan Dion. Ia terlihat tertidur di balik semak-semak dengan darah dikepalanya yang terlihat mulai mengering. Dara menggoyang-goyangkan tubuh Dion. Berusaha membangunkannya. Namun ia menangis sesegukan karena Dion tak kunjung bangun.
"Bangun!" Pinta Dara disela isakan tangisnya.
"Dara?" Suara sahutan yang terdengar sangat lemah barusan seketika membuat Dara menengok ke arah Dion. Benar. Dion masih hidup. Ia terlihat membuka matanya.
Dara langsung memeluknya erat. Ia menangis sejadi-jadinya. Menangis bahagia dan juga lega karena ternyata Dion masih hidup.
"Va-varo mana?" Tanya Dara. Namun seketika Dion menundukan wajahnya.
"Sorry Dar..." Dion perlahan bangun dari posisinya. Ia memegangi kepalanya yang terasa sangat pusing karena dihantam oleh sebuah batu.
"Maksud lo--?" Tanya Dara. Ia berusaha mendapatkan penjelasan yang lebih jelas dari Dion.
Dion tidak menjawabnya. Ia melirik ke arah semak-semak yang berada tak jauh dari tempat ia berada. Seakan-akan memberikan isyarat kepada Dara. Dara yang menyadarinya langsung menutup bibirnya menggunakan telapak tangannya, agar tangisannya tidak semakin jadi. Namun ia tidak bisa menahannya.
Dion berdiri, lalu membantu Dara agar ia mau berdiri. Mereka harus cepat pergi dari sini. Mereka tidak tahu ancaman apa saja yang ada didalam hutan ini.
"Ayok ra," ajak Dion. Dara masih menangis.
Ia tidak menyangka bahwa ia kehilangan dua sahabatnya sekaligus dalam satu minggu. Pertama, Vela. Kedua, Vero. Dara menarik nafasnya. Ia harus kuat. Ia harus keluar dari hutan ini.
Dara bangkit dan mengikuti Dion. Mencari cara agar keluar dari hutan ini.
Setelah beberapa waktu mereka berdua menelusuri hutan ini, akhirnya mereka menemukan mobil jeep milik Dion. Dengan cepat mereka memasukinya dan menghidupkan mobil itu. Setelahnya, Dara menuntun Dion menuju jalan dibalik hutan yang tadi diberitahu Sisi.
"Kenapa Varo bisa--" Ucap Dara. Ia bahkan tidak bisa menyelesaikan kalimatnya.
"Jadi tadi.."
#Flashback on.
"CABUT! KITA KETAHUAN."
Dion dan Varo yang mendengar teriakan dari Rezky barusan seketika berlari kencang. Dion berlari memimpin dan Varo mengikutinya dibelakang.
BRUK!
Tiba-tiba Dion terselandung sebuah akar pohon yang menjalar. Membuatnya langsung terpental dan secara tidak sengaja, ia menggigit ujung lidahnya. Membuatnya langsung merintih kesakitan.
"Argh anjing." Umpat Dion. Dia memegangi dagunya yang juga terbentur. Rasa sakit seketika menjalar.
"Cepet woi bangun!" Teriak Varo sambil mencoba membuat Dion bangun dari posisinya.
Dion langsung berusaha bangun. Walaupun darah segar mengalir dari mulutnya.
Tanpa mereka sadari, seseorang berlari mendekat ke arah mereka. Bahkan terlihat lebih cepat. Tanpa aba-aba, sebuah sabit diarahkan ke arah Varo dan tepat mengenai perutnya. Varo terpental. Dion yang sedang berlari reflek melihat ke belakang.
Matanya melotot disaat ia menyadari bahwa sahabatnya telah tertusuk oleh ujung sabit yang tajam. Ia berhenti berlari. Lalu melihat ke sekitar. Rasa marah seketika menjalar di tubuhnya. Dilihat sebuah batu besar, diangkatnya dan dilemparkan ke arah lelaki yang telah menusuk temannya itu.
Batu tersebut mengenai kaki lelaki itu. Membuatnya meringis kesakitan. "Arghh!"
Dion menghampiri Varo. Dia ambruk disamping Varo. Dilihatnya sahabatnya yang telah terbujur lemah.
"Var, lo bakal baik-baik aja." Ucap Dion menenangkan meskipun darah segar telah mengalir dari perut Varo. Dion mengacak-acak rambutnya frustasi. Dia tidak tahu harus berbuat apa saat ini.
Namun ternyata, Dion lupa bahwa lelaki tadi masih hidup dan baik-baik saja. Tanpa ia sadari, batu yang tadi ia lempar sudah mendarat tepat pada kepalanya. Membuat darah segar langsung mengalir.
Kepala Dion terasa sangat pusing. Bahkan penglihatannyapun sudah mulai tidak jelas. Namun ia mencoba berjalan menjauh. Ia tidak boleh mati. Ia harus melarikan diri dari situ.
Tetapi, hanya berjarak sedikit dari tempat Varo terkapar, Dion tumbang.
Penglihatannya mulai gelap. Hingga akhirnya, ia tak sadarkan diri.
#Flashback off.
Mendengar cerita Dion, Dara menangis sesegukan. Dia menggigit bibirnya agar isakannya tidak terlalu terdengar.
"Sorry ra,"
Selesai...
***
Extra part buat yg bingung Dara dkk masih hidup/ngga. Hehehe.
Abis ini bakal update part QnA. Buat yang mau nanya boleh ditanya di chapter E.N.D hehe
Vote and comment❤️💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Dont Believe (School Horror 3) [END]
Mistério / SuspenseLiburan? Menyenangkan? mungkin bagi mereka tidak. Liburan itu, mengerikan. -School horror 3- #1 horror -30 mei 2021