D.U.A.S.A.T.U

9.9K 1.3K 52
                                    

Mereka sekarang bersembilan. Minus Rendy. Mereka mengikuti kemana arah Giesele berjalan. Sampai akhirnya mereka tiba di sebuah pintu masuk perdesaan yang terdapat sebuah plang yang terbuat dari kayu di depan pintu masuknya.

"Ini dimana?" Tanya Rachel ke Giesele.

"Ikut aja." Jawab Giesele sambil tetap berjalan.

Mereka semua akhirnya menginjakkan kaki kedalam perdesaan itu. Anehnya, meskipun mereka sudah berjalan cukup jauh, mereka belum menemukan sebuah rumah. Yang ada di kanan dan kirinya hanyalah pohon pohon rimbun dan semak-semak belukar.

"Mana gis rumahnya?" Tanya Rio. Namun Giesele tidak menjawabnya.

"Serem." Ucap Elyn pelan. Namun dapat terdengar oleh yang lain.

Setelah jalan cukup jauh dari pintu masuk, mereka akhirnya melihat sebuah perdesaan yang tersusun oleh rumah-rumah gubuk yang cukup banyak.

"Ini." Giesele berhenti di depan sebuah rumah gubuk yang terlihat tua. Di halaman depannya hanya terdapat sebuah pagar yang terbuat dari kayu yang tingginya hanya selutut mereka.

Diperdesaan itu juga tidak terlihat banyak orang. Hanya ada beberapa pasang mata yang melihat ke arah mereka.

"Woy, ada ayam." Sahut Cero sambil menunjuk kearah ayam-ayam yang berada di halaman depan gubuk tua itu.

"Terus?" Ucap Rezky dan Cero malah tersenyum. Tersenyum lebar. Giesele menggelengkan kepala melihatnya.

Baru saja Giesele ingin mengetok pintu, pintu sudah terbuka dan terlihat sosok nenek tua yang memakai baju lusuh tersenyum ke arah mereka.

"Ayo masuk." Ucap nenek itu ramah.

Merekapun masuk kedalam rumah tersebut.

***

#RendyStory.

"Maksudnya apa?" Tanya gue ke cewek di depan gue ini.

Apa maksud dia bilang kalau gue dan yang laen gak segera pergi, semuanya akan mati?

"Cepat. Karena upacara adat itu diadakan sabtu ini." Katanya.

"Upacara apa?" Tanya gue lagi.

"Aku gak mau lihat kematian lagi. Tolong pergi." Ucapnya sambil berlari menjauh.

Hah? Kematian apa?

Pas gue mau bertanya lagi, cewek itu udah ilang entah kemana. Bahkan tidak terlihat sedikitpun. Seharusnya dia belum jauh dari sini.

"Sisi!!" Teriak gue. Namun tidak ada sahutan.

Gue berlari dan mencoba mencari keberadaan cewek tadi. Tapi hasilnya nihil. Gue gak menemukan apapun.

"Nyari siapa?" Sahut seseorang. Gue pun menengok ke sumber suara.

Gita?

"Lo kemana aja?" Tanya gue langsung. Gue juga gak tau kenapa gue tanyain hal ini. Reflek aja gitu.

"Nyari siapa?" Ulangnya lagi. Bahkan dia gak jawab pertanyaan gue barusan.

"Cewek tadi. Sisi. Lo kenal dia?" Ucap gue.

Setelah mendengar apa yang gue ucapin, dia terlihat kaget. Pupilnya membesar. Bahkan gue liat dia membeku seketika.

"Kenapa?" Tanya gue.

Dia menggelengkan kepalanya.

"Jangan pernah bicara dengan dia lagi."
Ucapnya sambil  melihat ke arah mata gue. Terlihat seperti memohon ke gue.

"Kenapa?" Tanya gue.

"Dia bukan manusia."

Bersambung...

***

Maap lama update. Xoxo!

Vote 100 lanjut. HAHAH.

Gadeng.

Dont Believe (School Horror 3) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang