Orang Jahat (Rev)

135 5 0
                                    

Hari itu, Ray dan Eugeo menceritakan dengan cukup detail tentang latar belakang orang jahat itu. Eugeo terutama. Sedikit mengulang ceritanya waktu kematian Arin.

"Paman bilang waktu itu perpisahan kedua Paman dengan bunda kalian. Yang pertama ... Paman dibawa oleh saudara ayah kandung Paman. Dia mengajak serta anaknya. Dan ini terjadi ... karena anak itu melihat Arin. Like, love at the first sight. Terlalu klise, aku benci masa laluku."

"Bunda ... enggak kenapa-napa?" tanya Lia dan Tora berbarengan.

Eugeo menggeleng. "Saat itu enggak. Tapi karena itulah, selama Paman tinggal di rumahnya, anak laki-laki itu selalu minta alamat rumahku. Enggak pernah kuberikan. Awalnya karena Paman lupa kalau punya tempat tinggal lain, jadi enggak mengerti pertanyaannya." Pandangan Eugeo menerawang. "Tapi saat dia sudah lulus SMA, saat itulah ia dibebaskan mau ke mana saja. Dan dia sering mengajak Paman ke mana-mana. Sampai akhirnya ia memilih kuliah di kota ini ...."

"Menetap sampai sekarang?" tanya Lia.

Eugeo mengangguk. "Sepertinya. Tapi menetap juga enggak semulus yang kamu kira, Lia. Paman enggak tahu bagaimana kuliahnya. Waktu ia pamit mau berangkat kuliah, ia mengajak serta Paman. Dan ini aneh. Karena di tengah jalan, ia menyuruh Paman turun dari bus, dan Paman mau saja. Sejak itu kami lost contact ... hingga aku berhasil kabur dari rumahnya. Paman kabur, karena tidak tahan. Saat itu Paman sudah ingat Arin, sudah ingat rumah lama Paman, dan di sana, aku-Paman, selalu diperlakukan seperti pembantu ... apalagi oleh dua orang anak itu. Adik-adik Jim. Eh-"

"Namanya Jim?" Tora bertanya antusias.

Ray yang menyahut. "James, lebih tepatnya."

"Paman kabur, dan mendapati Arin sudah dekat dengan dia." Eugeo menunjuk Ray, matanya berkilat. "Tanpa pernah tahu apa yang terjadi pada James. Tiba-tiba saja, di hari ayah kalian tunangan dengan Arin, sebuah gedung meledak karena lima bom. Dan ... ya, kalian tahu. Ray kritis. Tidak sadar dua bulan. Dan selama itu, aku sekali melihat James di rumah sakit."

"Dia di rumah sakit? Ngapain?"

"Entah, Paman tidak peduli. Tapi tak lama setelah Ray sadar, kami berpapasan di luar. Dia ... dia benci Ray. Karena Arin. Dia benci aku, karena berkawan dengan mereka berdua-yang bisa lebih dikatakan keluarga sahku."

"Apa dia melakukan sesuatu ke Paman?" tanya Lia, tegang. "Apa dia melukai Paman?"

Eugeo menggeleng. Pandangan matanya suram. "Tapi dia yang mengaku terang-terangan padaku kalau dia yang memasang bom. Aku masih tidak mau percaya. Ternyata ada yang menguping pembicaraan kami. Eki dan Randi, dua personil band ayahmu yang sedang berjalan ke rumah sakit, mau menjenguk. Mereka memasang perekam suara sejak tadi, lalu menyuruhku segera kembali ke kamar Ray. Menghubungi keluarga."

"Sejak itu, dia diringkus," gumam Ray. "Sialnya, di pengadilan, palu diketuk saat dibacakan hukuman, sepuluh tahun penjara. Ia teroris. Teroris harus mati."

"Bunuh saja," seru Tora tiba-tiba. Lia melotot, Ray dan Eugeo tercengang.

"Apa katamu?"

"Aku kan ketemu orangnya tadi." Pandangan Tora bersinar-sinar. "Akan kubunuh ia dengan tongkatku. Lain kali, kalau ketemu."

Ray mendesah. Tidak menampik perkataan Tora, namun tetap cemas. "Tora, kamu bawa tongkat tiap hari ke sekolah. Kalau Lia, Ayah tahu. Lia itu kuat."

Lia cengengesan.

"Dia sudah bebas dari penjara, sekitar tiga tahun lalu." Eugeo menunduk. "Entah apa yang dilakukannya selama itu, yang jelas ia sekarang muncul lagi. Kalau dulu dia mau menyingkirkan Ray, entah apa motifnya sekarang."

Our LandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang