Chapter 5

5.7K 322 3
                                    

"Assalamualaikum. Zera pulang umi" ucap Zera saat memasuki rumahnya.

"Waalaikumsalam sayang. Udah pulang dek" ucap Umi

"Iya mi" jawab Zera seraya mencium punggung tangan sang Umi

"Kamu naik apa dek"

"Angkot mi. Tadi bareng temen Zera juga"

"Oh hati-hati yah kalau naik angkotm. Umi khawatir dek. Minta dijemput bang Fattan saja dek lain kali"

"Engak apa-apa umi. Zera ngak sendiri kok ada temen Zera juga"

"yah udah tapi kamu harus hati-hati. Kalau didalam angkot ngak ada anak Perempuannya mending kamu minta jemput bang Fattan"

"Iya umi sayang. Yah udah aku ganti baju dulu ya mi"

"Udah Sholat"

"Udah lah umi udah jam setengah 3 masak belum"

"Kirain anak umi ini lupa"

"Engaklah umi. Kalau Sholat Zera ngak bakalan lupa umi"

"Baguslah kalau begitu sayang"

Zera memasuki Kamarnya. Dia menganti pakaiannya kemudia merebahkan tubuhnya di Ranjang yang berukuran King size itu.

"Nenek. Zera merindukan nenek" ucapnya lirih tanpa dia sadari kristal bening telah mengalir dari pelupuk matanya.

"Engak. Ngak baik nangisi orang yang telah tiada. Maafin Zera nek" ucapnya lagi.

Zera jadi terlihat ucapan Neneknya dulu sebelum dia mengenakkan jilbab.

Flasback

Zera berjalan melewati Neneknya yang sedang duduk diruang Keluarga.

"Mau kemana ra" tanya sang Nenek

"Mau main nek"

"Kamu ngak pake jilbab"

"Engak nek gerah"

"Gerah. Sini coba duduk samping Nenek"

Zera yang pada waktu itu masih Kelas 7 pun hanya menuruti Neneknya.

"Kamu tau tidak. Rambut juga salah satu bagian dari aurat wanita"

"Zera tau nek. Tapi kan gerah nek. Kemana-mana harus pakai jilbab"

"Selain menutup aurat juga jilbab melindungi kamu dari kaum laki-laki yang akan berbuat kejahatan"

Zera hanya menganguk.

"Ngak mau pake jilbab"

"Zera belum siap nek"

"Kenapa belum siap. Kamu lihat Fanya dia juga pake jilbab. Dia juga seusia kamu sayang" ucap Nenek membelai lembut surai panjang Zera yang berwana hitam itu.

"Fanya pake jilbab karna rambut dia pendek nek. Mungkin saja dia malu"

"Tidak sayang. Fanya pake jilbab karna dia takut diakhir nanti rambutnya akan digantung"

Mendengar ucapan sang Nenek Zera sedikit merinding.

Suara Ketukan pintu membuat lamunan Zera terhenti. Dengan cepat Zera menghapus air matanya yang sudah membasahi pipi nya.

"Makan dek"

"Iya mi. Bentar lagi Zera keluar"

Siang itu Zera habiskan waktunya dengan bercerita dengan sang Umi.

Alvino & NazeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang