Choi Jin Ri, begitu gadis itu disebut, mengalunkan nada-nada menyayat hati lewat gesekan biola yang dimainkannya. Mata beningnya, tertunduk sayu seolah tengah bercerita tentang lagu sedih yang ia bawakan. Tetes demi tetes hujan mulai turun, menambah suasana sendu yang Jin Ri ciptakan lewat alunan biola. Murid kelas 1F, teman-teman satu kelas Jin Ri, tampak ikut terhanyut dalam lagu pedih yang ia lantunkan. Kim Sun Ah, guru kesenian SMU Hankook yang hari ini mengajar kelas 1F pun tak dapat menutupi kekagumannya pada Jin Ri. Dari semua siswa yang pernah diajarnya selama kurang lebih 10 tahun di SMU Hankook, baru kali ini dia mendengarkan permainan biola yang begitu menakjubkan. Jin Ri bukan saja memainkan biola dengan notasi yang tepat, tapi dia juga membawakannya dengan improvisasi yang pas serta emosional.
Sampai suara nada terakhir hilang ditelan udara, napas semua orang yang berada di ruang musik saat itu, tertahan. Suara tepuk tangan riuh mulai bergema bersahut-sahutan begitu Jin Ri mengakhiri pertunjukkannya dengan membungkukkan tubuh 90 derajat. Senyum lembut menghiasi bibir gadis manis itu begitu sadar jika permainan biolanya disukai. Selalu ada kepuasaan tersendiri jika suatu usaha dapat diapresiasi dengan baik.
"Chukkae Choi Jin Ri. Seperti biasa, hari ini pun permainan biolamu begitu hebat tanpa cacat," kata Kim Sun Ah memuji.
Jin Ri hanya tersenyum seadanya dengan pipi merona merah. Jin Ri adalah tipe gadis yang selalu rendah hati, meski mempunyai banyak kelebihan dan talenta. Jin Ri dianugerahi Tuhan wajah cantik alami sebagai perpaduan ketampanan ayahnya yang seorang aktor merangkap penyanyi ternama dan ibunya yang seorang pemain biola profesional yang telah berhasil menggelar konser orchestra hampir di seluruh dunia bersama teman-temannya.
"Selanjutnya ... Kim So Hyun," panggil Sun Ah, membacakan nomor urut absen setelah Choi Jin Ri. Namun, seperti pelajaran musik yang sudah-sudah, nama yang dipanggil Sun Ah sama sekali tak menyahut. Kim So Hyun lagi-lagi membolos.
"Dia membolos lagi?" jengkel Sun Ah hampir kehilangan rasa sabar. Jika hanya satu dua kali, ia masih bisa memaafkan. Tapi, Kim So Hyun bahkan belum pernah memperlihatkan wajahnya di kelas musik yang dipegang oleh Kim Sun Ah.
Semua siswa hanya bungkam, tak ada yang berani menjawab. Jin Ri yang biasanya selalu menutupi kesalahan So Hyun dengan mengatakan jika temannya itu sedang tidur di UKS karena sakit, kali ini tak berani memberikan alasan yang sama. Sudah ke sepuluh kalinya So Hyun membolos. Alasan yang sama tak mungkin mempan untuk mengelabui Kim Sun Ah.
***
Bel istirahat berdentang tiga kali. Semua siswa SMU Hankook berhamburan keluar dengan wajah ceria. Setelah hampir 3 jam berkutat dengan mata pelajaran yang menguras isi otak sekaligus isi perut, akhirnya saat istirahat yang ditunggu-tunggu tiba juga. So Hyun yang sejak tadi berada di atap gedung sendirian, melongok ke bawah. Wajahnya pucat tanpa ekspresi. Ia kembali menoleh pada kertas gambar yang sejak tadi dicoret-coretnya. Tak ada ketertarikan dalam dirinya untuk bergabung dengan teman-temannya. Ah! Selama ini So Hyun memang tak suka bersosialisasi. Ia selalu mengisolasi dunianya terbatas untuknya sendiri.
Mata bulat So Hyun tiba-tiba tergenang. Rasa perih itu kembali menjalar di sekujur hatinya. Ingatan pertengkaran dengan ayahnya tadi pagi bercampur dengan ingatan wajah Kim So Eun, satu-satunya kakak perempuan yang ia miliki, mendatanginya bak pedang berkarat yang menghunus perasaan. Air mata itu hanya menggenang di pelupuk mata, karena So Hyun tak pernah membiarkannya jatuh. Tak kan pernah. Karena air matanya hanya akan mengeras di sana, terbekukan hatinya yang telah membatu.
"Keras kepala! Kau anggap siapa dirimu?!"
Teriakan keras ayahnya itu berdengung di telinga. Hati So Hyun tercabik. Dengan rasa benci membara, So Hyun menarik selembar kertas dari buku yang sejak tadi ia corat-coret dan meremasnya kuat-kuat. Bibirnya mengeluarkan sedikit darah segar karena ia gigit dengan begitu kerasnya. Ia sangat membenci ayahnya. Sungguh sangat benci.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUE SKY
FanficHarapan ... Kim So Hyun sudah tak sudi untuk mengingatnya lagi. Harapan yang sekian lama begitu ia percayai telah mengkhianatinya dengan sangat kejam. Semenjak kematian kakaknya, Kim So Eun, gadis itu pun ikut mati. Raganya mungkin terlihat hidup, t...