Luka Di Balik Sebuah Senyuman

103 15 2
                                        


~STORY BEGIN~

~Wish You're My Love by T-Max (BBF OST)~

So Hyun masih sangsi. Bagaimana bisa dia merasa bergairah untuk hidup? Biasanya dia sangat benci pagi hari, karena pagi hari memaksanya bangun dari tidur yang ingin ia nikmati selama-lamanya. Tapi, entah sejak kapan ia mulai menunggu datangnya pagi hari. Bahkan ia merasa jika akhir-akhir ini malam terasa sangat panjang dan membosankan. Ia hanya ingin hidup di pagi hari agar bisa .... So Hyun tiba-tiba mengernyitkan dahi. Apa barusan ia berpikir jika ia mulai menyukai pagi hanya karena ingin melihat wajah Lee Donghae? So Hyun sedikit mengumpat dalam hati, menyalahkan diri. Mungkin setelah depresi berkepanjangan, kini ia memasuki fase yang lebih ekstream. Bagaimana mungkin ia memikirkan Donghae? Namja cassanova tengik yang kelebihan kadar percaya diri dan menyebalkan itu. Sepertinya ia nyaris gila.

Meskipun tak ingin mengakui jika semenjak kehadiran Donghae hidupnya mulai berubah, tapi sepertinya So Hyun tak bisa menghentikan reaksi alami yang muncul begitu saja dari dalam dirinya. Secara aneh, otaknya memikirkan Donghae. Bahkan, ia elak dengan keras pun senyuman Donghae itu seakan enggan enyah dari dalam benaknya. Dan yang lebih menyebalkan lagi adalah, seperti kecanduan ...  ia selalu ingin bertemu dengan namja itu. Apakah mungkin dia mulai ....

"Kurasa aku sudah gila," gumam So Hyun menghentikan pikirannya tentang kemungkinan yang sangat tidak ia inginkan.

Beberapa pelayan yang pagi itu sibuk membereskan kamar serta melayani kebutuhan So Hyun, sontak menatap gadis itu dengan tatapan tak wajar. Tiba-tiba So Hyun bergumam sendirian tak jelas. Meski kelihatannya sepele, karena terkadang ada kalanya manusia memang seperti itu, tapi jika kejadian itu menimpa So Hyun, maka itu bukan lagi kejadian biasa. Setelah bertahun-tahun bekerja di kediaman keluarga Kim, baru kali ini mereka melihat perubahan sikap yang sangat ekstrim dari seorang Kim So Hyun. Setidaknya terakhir kali mereka menjumpai sikap So Hyun yang normal seperti layaknya manusia adalah ketika Kim So Eun masih hidup.

"Apa butler Lee sudah datang?" tanya So Hyun dengan nada tak acuh. Meski gadis muda itu sadar jika ia sedang diperhatikan dengan cara yang aneh oleh para pelayannya, ia tak peduli. Sebagai satu-satunya pewaris Shinhan Financial Group, So Hyun sudah terbiasa dengan tatapan semacam itu.

"Belum Nona," jawab salah seorang pelayan.

"Haisssh, sekarang dia menjadi semakin malas. Hanya karena aku pernah memberikan toleransi untuk keterlambatannya, bukan berarti dia bisa menjadi seenaknya," omel So Hyun jengkel.

Para pelayan menatap So Hyun dengan tatapan makin terheran. Apakah matahari telah terbit di ufuk barat? Seorang So Hyun yang dingin dan pendiam dapat mengomel sepanjang itu? Rasanya mereka harus segera mencuci muka agar dapat dengan jernih membedakan mana mimpi dan mana kenyataan. Namun lagi-lagi So Hyun tetap tak peduli dengan tatapan para pelayannya.

"Aku hanya terlambat 5 menit kenapa kau marah sekali? Apa kau sangat merindukanku hingga tak sabar ingin melihat wajah tampanku ini? Haissh, jika aku tahu kau akan jadi begini, seharusnya aku berangkat lebih cepat."

So Hyun terkejut. Sejak kapan Donghae berada di kamarnya? Kenapa dia tak menyadarinya hingga Donghae berdiri tepat di hadapannya lengkap dengan ekspresi wajah serta kalimat yang menyebalkan? So Hyun menjadi sangat kesal. Bukan pada Donghae, tapi pada dirinya sendiri. Sebenarnya apa yang terjadi pada dirinya? Kenapa dia bertindak bodoh?

"Cih, siapa yang merindukanmu?! Aku hanya merasa kesal karena sekarang kau bertindak seenaknya. Apa kau lupa jika kau itu hanya ...."

"Hanya butlermu? Aku masih ingat dengan jelas kedudukanku itu. Tapi, aku ini juga manusia biasa. Kau tahu, bagaimana perjuanganku di pagi ini untuk bisa datang tepat waktu di rumahmu? Meski kepalaku sangat pusing, aku tetap memaksakan diri untuk bangun. Aku juga harus berjibaku di jalanan padat kendaraan, mengganti ban yang tiba-tiba saja bocor dan setelah semua yang kulakukan itu, aku hanya mendapatkan omelan darimu? Baru dua kali ini aku terlambat. Itu juga bukan mauku," potong Donghae emosional. Pagi ini kepalanya sangat pusing akibat flu hingga ia mudah sekali marah. Meski sebenarnya emosi yang cepat mendidih bukan dipicu hal itu semata. Sapu tangan ibu Kwangmin yang ia temukan beberapa waktu lalu, memiliki andil paling besar dalam sikapnya yang gampang uring-uringan. Ia dilanda dilema. Antara marah atau harus bahagia. Ia bisa saja mengesampingkan kemarahannya yang menahun, agar dapat menyelamatkan Kwangmin. Tapi, kenapa memaafkan tidak semudah biasanya? Kenapa ia bisa memaafkan siapa saja yang telah berbuat salah padanya, namun tidak pada ibu Kwangmin? Apa hatinya telah dikeraskan kebencian?

BLUE SKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang