Mungkin jika So Hyun tak pernah tahu kalau Kwangmin adalah adik Donghae. Mungkin jika So Hyun juga tak tahu mengenai penyakit Kwangmin dan bagaimana pahitnya kehidupan namja itu ... saat ini ... ketika ia berhadapan dengan adik Donghae itu, ia akan tetap tak acuh seperti dulu. Ia tetap tak kan peduli sedikit pun seperti saat pertama kali ia bertemu dengan Kwangmin. Ia tetap tak kan menghiraukan satu pun kata yang keluar dari Kwangmin. Tapi, sekarang, setelah ia mengetahui bagaimana kehidupan Kwangmin, ia tak bisa melakukannya. Bahkan saat ia mengingat bagaimana pertemuan pertamanya dulu dengan Kwangmin, So Hyun seolah mengerti bagaimana perasaan namja itu sesungguhnya.
Awalnya ia pikir, Kwangmin hanya manusia dengan kehidupan bahagia dan berkecukupan hingga laki-laki itu tak pantas untuk mendikte apa yang dilakukannya ketika berada di atas jembatan untuk bunuh diri. Tapi sekarang? Ia tak bisa lagi berpikir seperti itu. Di balik senyum yang selalu tersungging di bibir Kwangmin, ada rasa pahit yang melebihi pahit getir kehidupannya.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Kwangmin dengan binar ceria seperti biasa. Sepertinya, kali ini ia benar-benar telah jatuh cinta. Bukan perasaan sesaat layaknya peristiwa yang sudah-sudah.
"Tidak ada apa-apa," jawab So Hyun.
Kwangmin terheran. Ada yang tidak biasa dengan nada bicara So Hyun. Biasanya, ia akan mendapati So Hyun yang sangat dingin seolah tak punya perasaan. Tapi, hari ini? So Hyun terlihat ... terlihat jauh lebih ramah. Benarkah yang saat ini berdiri di depannya adalah So Hyun? Sedikit aneh, karena selama ini So Hyun yang ia temui adalah seorang gadis yang dingin. So Hyun yang selalu ia kagumi dengan segala hal yang ada di diri yeoja itu, termasuk sikap acuh tak acuh dan juga ketus. Kwangmin seolah kehilangan taste dari seorang So Hyun. Ah, apa yang ia pikirkan? Bukankah bagus jika So Hyun berubah ke arah yang lebih baik? Bukankah itu yang dia inginkan? Tapi ... tetap saja mengganjal, karena proses perubahan itu bukan Kwangmin yang menyaksikannya sendiri atau lebih tepatnya, ia tak memiliki andil. Mungkin hal itu yang menganggunya, karena yang diinginkan Kwangmin adalah .... Ah! Lagi-lagi Kwangmin berpikir aneh. Apa yang sebenarnya ia inginkan?
"So Hyun ... kau terlihat berbeda," ucap Kwangmin jujur.
"Apa yang berbeda?" tanya So Hyun tanpa rasa penasaran. Nada bicaranya hanya datar, tapi tak sampai pada level dingin dan ketus seperti yang biasanya terjadi.
"Entahlah, aku hanya merasa awan gelap dalam hidupmu yang terlihat begitu kental ketika pertama kita kali bertemu di jembatan Sungai Han, kini telah sirna. Ada langit biru di matamu," jawab Kwangmin.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku. Mungkin, aku mulai mempercayai harapan."
Kwangmin mengembangkan senyum. Harapan? Itu terdengar seperti ... seperti ... Lee Donghae. Entahlah, mungkin itu hanya perasaannya saja. Tapi, dalam kehidupannya yang dalam tanda kutip suram, meski tak sepenuhnya suram, Donghae telah mengajarkan bagaimana harapan akan bekerja untuk menghapus semua duka lara dan juga keterpurukkan. Dari Donghaelah ia belajar dan menciptakan harapan untuk hidupnya sendiri. Mungkin karena itu, tanpa sadar ia merepresentasikan harapan itu sendiri dengan sosok Lee Donghae.
"Dulu, aku juga bangkit karena rayuan harapan," ujar Kwangmin dengan tatapan mengenang.
So Hyun tertarik. Ia menatap Kwangmin lekat dan menunggu namja itu melanjutkan ceritanya.
"Kau tahu, kehidupan manusia itu ... unik. Banyak sekali kenyataan yang menggerus habis harapan yang aku miliki, dan saat itu aku merasa hancur. Dulu, aku tak mengerti apa-apa. Aku hanya merasa tubuhku sangat sakit setiap saat, kemudian rasa sakit itu seolah menghilang ketika ibuku memelukku dan mengatakan jika ... tidak apa-apa, sakitnya akan segera hilang. Dan ... ajaib! Rasa sakit itu berangsur mereda. Jadi, setiap kali sakit itu datang, aku merasa sangat tenang karena ibu pasti akan memelukku dan mengatakan semua akan baik-baik saja dan sakitnya akan segera hilang. Tapi ... dunia kejam sekali padaku. Dia merenggut satu-satunya obat yang paling mujarab untukku. Ibuku meninggalkanku begitu saja di rumah keluarga Lee. Saat itu, aku menjadi anak kecil yang hancur. Tapi, Ayah dan Donghae Hyung tak membiarkannya. Mereka menarikku, dan perlahan mengajarkanku tentang arti harapan. Dan ... seperti yang kau lihat sekarang ... aku baik-baik saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUE SKY
FanficHarapan ... Kim So Hyun sudah tak sudi untuk mengingatnya lagi. Harapan yang sekian lama begitu ia percayai telah mengkhianatinya dengan sangat kejam. Semenjak kematian kakaknya, Kim So Eun, gadis itu pun ikut mati. Raganya mungkin terlihat hidup, t...