Titik Keikhlasan

90 15 0
                                    

~Back Song : Kim Yeon Woon-Sometimes I Cry Alone (Bad Guy Ost)~


Donghae memejamkan mata. Apa keputusannya telah tepat? Benarkah ia bisa meninggalkan So Hyun jika suatu saat rasa cinta yang perlahan tumbuh di hatinya tak kan mampu ia kendalikan? Tiba-tiba, Donghae merasa sangat bodoh. Apa ini yang dikatakan orang sebagai rasa cinta? Kenapa rasanya sangat menyesakkan?


"Donghae Hyung? Kau mendengarkanku?"

Donghae tersentak. Ia baru sadar jika sejak tadi Kwangmin tengah bercerita. Ia menjadi sedikit merasa bersalah. Bukankah rasanya menyakitkan jika kita telah asyik bercerita sana-sini, tapi ternyata tak diacuhkan?

"Nde, tentu saja aku mendengarmu," dusta Donghae. Kobohongan Donghae yang prematur, mengundang kecurigaan Kwangmin.

"Jongmalyo?" uji Kwangmin. Dengan saksama, ia memperhatikan air muka Donghae. Donghae tak terbiasa berbohong, jadi sedikit saja dusta keluar dari bibirnya, maka Kwangmin akan segera mengetahuinya.

"Mwo? Jadi kau mulai meragukanku?" serang Donghae. Ia tahu Kwangmin sedang mengamatinya.

Tapi, taktik Donghae terbaca lebih cepat dari dugaannya.


"Kau sedang mengulur waktu, Hyung?" tohok Kwangmin mengena.

Donghae hendak menambah dosis kebohongannya, karena tidak ada jalan lain untuk menguatkan kebohongan kecuali menambahkan kebohongan baru. Tapi, segera ia urungkan. Percuma saja. Kwangmin telah dengan fasih memahaminya.

"Maaf, aku ... kurang konsentrasi. Kau tahu, akhir-akhir ini banyak pekerjaan. Temanmu, nona besar So Hyun itu suka sekali bertingkah. Ah, maksudku dia diam tapi banyak menimbulkan masalah," jelas Donghae masih tak bisa sepenuhnya jujur. Kali ini Donghae tak kan membocorkan kenyataan jika selama Kwangmin bicara entah menjelaskan apa, ia terus memikirkan ucapan ayah So Hyun dan perasaannya.

"Baiklah, aku maafkan. Aku terlalu baik hati untuk marah hanya karena masalah sepele. Sebaliknya, karena apa yang baru saja aku jabarkan adalah hal yang sangat penting, aku akan mengulanginya."

Donghae berusaha mengusir segala hal tentang So Hyun dari benaknya. Ia tak ingin membuat Kwangmin merasa tak diacuhkan untuk kedua kalinya.

"Aku siap mendengarkan."

Kwangmin melukis senyum indah di wajahnya sebelum memulai. Donghae tahu arti senyum itu. Hal yang akan diceritakaan Kwangmin adalah hal yang menggembirakan.

"Beberapa waktu lalu aku sudah mengatakan jika aku lolos audisi salah satu agensi ternama di dunia entertainment Korea Selatan ...."

"A ...! Aku ingat. Kau pasti ingin menagih janjiku untuk memtraktirmu," sela Donghae sok tahu.

"Hyung ..., aku belum selesai bicara," kesal Kwangmin merengut.

"Heh, baiklah. Lanjutkan!"

"Beberapa hari lalu aku datang ke kantor agensi itu untuk membicarakan masa depanku setelah berhasil lolos dari audisi. Dan aku mendapatkan kontrak untuk training hingga pada saatnya nanti mendapatkan kesempatan untuk debut. Namun, untuk sampai pada mimpi itu aku masih terhalang satu syarat yaitu satu bubuhan tanda tangan dari waliku. Aku sudah membicarakan ini pada ibu, tapi ibu memintaku untuk meminta tanda tanganmu."

Usai menjelaskan, Kwangmin mengeluarkan secarik kertas berisi persetujuan wali untuk mengikuti training. Cerita yang diharapkan Donghae sebagai kabar baik, seakan menaburkan dilema baru dalam dirinya. Saat pertama kali Kwangmin mengabarkan jika ia lolos audisi, Donghae sama sekali tak terpikirkan soal training. Donghae mengira jika itu hanya sebuah perlombaan yang berhadiah sebuah tropi dan uang. Hanya itu saja, hingga ia tak merasa khawatir. Tapi, saat Kwangmin mengulurkan secarik kertas yang berisi persetujuan mengikuti training, Donghae gamang. Menilik kondisi Kwangmin, ia tak mungkin memberikan ijin. Jika hanya sekolah, Donghae masih bisa bertoleransi. Tapi training? Tidak. Sebuah training akan menguras banyak tenaga, terlebih lagi Kwangmin juga masih sekolah. Fisik Kwangmin tak kan sekuat itu.

BLUE SKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang