Mawar Merah yang Rapuh

122 22 3
                                    

"Mwo? So Hyun tidak ada di rumah?"

"Nde. Tadi pagi, saat aku hendak membangunkannya, aku sudah tidak menemukan nona di kamar," jelas Kang Hye Won, salah satu pelayan yang bertanggung jawab atas So Hyun.

"Gadis kecil itu mulai bertingkah," gerutu Donghae.

Ia mengambil ponselnya dan segera menghubungi So Hyun. Namun, panggilan Donghae tak dijawab.

"Haissssh, kemana yeoja itu pergi pagi-pagi begini? Bukankah aku sudah mengatakan jika akan ada rapat penting hari ini?!"

Donghae gusar. Ia terus mengomel dan mencoba menghubungi So Hyun. Tapi, sia-sia. So Hyun tak menjawab panggilannya.

"Donghae~ssi, mungkin Nona So Hyun pergi lagi ke sana hari ini," kata Kang HyeWon begitu mengingat sesuatu.

"Ke sana? Kemana?"

"Hari ini adalah hari kematian Nona So Eun, kakak Nona So Hyun. Biasanya, Nona So Hyun selalu datang ke tempat mayat Nona So Eun pertama kali ditemukan. Sungai Han. Mungkin Nona So Hyun ke sana."

Donghae segera bergegas begitu Hye Won menyebut Sungai Han. Entah kenapa hati dan juga tubuhnya tak tenang ketika membayangkan wajah kosong So Hyun dan juga arus deras Sungai Han. Ia takut So Hyun berbuat nekad.

***

Jong In menatap sedih senyum beku So Eun yang terbingkai pigura. Hari ini, tepat peristiwa itu terjadi.

Jong In memejamkan mata ... tenang. Alunan moonlight sonata seakan bersenandung memenuhi ruangan. Aroma hujan yang masuk dari sela-sela jendela, novel yang terbuka dan ruang musik yang kosong. Semua terasa jelas ia lihat.

Hatinya gelisah. Di mana So Eun berada? Kenapa dia tidak ada di ruang musik, padahal moonlight sonata-beethoven mengalun. Kenapa So Eun juga tak ada di kamarnya? Jong In gusar. Ia mencari di kamar mandi, dapur, ruang tamu secara berulang-ulang. Barangkali ia melewatkan satu sudut. Tapi, ia tetap tak menemukan So Eun.

Tubuhnya tak tenang. Ia terus berpikir bagaimana caranya menemukan So Eun. Ia berlari keluar apartemen, berkeliling seperti orang gila di jalan raya. Tapi,ia tetap tak menemukan So Eun. Hingga, ponselnya berdering. Suara parau So Hyun terdengar olehnya. Tubuhnya menggigil kemudian lemas. Pasti So Hyun sedang bercanda. Tidak mungkin So Eun tewas tenggelam di Sungai Han! Tidak mungkin! SoEun bukanlah yeoja yang selemah itu.

Jong In meremas kertas usang berisi pesan terakhir So Eun. Meski sudah 3 tahun terlewat, kejadian itu terasa begitu lekat seolah baru saja terjadi.

"Kenapa kau meninggalkanku sendirian, Noona? Kau salah, setelah kau pergi, aku kesepian. Dan, aku tidak bisa menjaga senyum ceria So Hyun yang begitu kau sukai," lirih Jong In.

***

So Hyun menaburkan kelopak-kelopak bunga mawar merah dari atas jembatan. Bunga mawar merah adalah bunga kesukaan So Eun.

"Hari ini hujan turun, sama seperti hari itu. Hari di mana aku menyadari jika semua yang kau katakan tentang apa itu harapan, pelangi setelah hujan, kebahagiaan setelah penderitaan, adalah omong kosong. Kau menyerah, bagaimana bisa aku percaya tentang harapan yang kau bicarakan itu, Eonni? Kau adalah orang yang munafik! Dan aku membencimu!"

Tangis So Hyun tersamar oleh hujan yang menghantam tubuhnya. Matanya yang sembab, menatap kosong aliran deras Sungai Han di bawah jembatan.

"Kenapa kau meninggalkanku, Eonni? Bukankah kau sudah berjanji untuk selalu menemaniku? Kenapa kau pergi? Wae?! Wae?! Kenapa kau meninggalkanku dengan cara seperti itu?!" teriak So Hyun terisak-isak. Air mata yang telah beku, kini mencair dan terus mengalir bersama guyuran hujan yang semakin deras.

BLUE SKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang