So Hyun menyipitkan mata. Begitu bangun tidur, kejengkelan yang luar biasa menyerangnya. Ia pikir jika semua yang terjadi kemarin hanyalah mimpi buruknya yang akan langsung menghilang ketika ia bangun, tapi ternyata ia salah. Pagi ini, Donghae benar-benar telah ada di depannya dan dengan ekspresi wajah seperti biasa, sikap sok seperti biasa dan juga senyum kelebihan percaya diri seperti biasa, ia memerintah So Hyun. Sebenarnya siapa yang pelayan dan tuan di sini? Kenapa Donghae seenaknya memerintahnya?
"Sudah berapa kali kukatakan padamu, jangan menatapku seperti itu? Isssh, dasar keras kepala," gerutu Donghae karena lagi-lagi So Hyun melotot padanya.
"Siapa dirimu? Bukankah kau hanya seorang bluter?" protes So Hyun sarkastik.
"Aku memang butlermu, tapi apa kau lupa jika kemarin aku mengatakan jika aku juga pembimbingmu? Sebagai pembimbingmu aku mempuyai otoritas untuk menyuruhmu jika itu berhubungan dengan kedisiplinanmu."
So Hyun hanya dapat mendesis tanpa bisa menjawab. Sekarang, Donghae semakin pandai memojokkannya dan itu menjengkelkan. Haissh, ternyata berada di dekat Donghae memang merepotkan dan menyebalkan. Bisa-bisanya ia merasa merindukan Donghae selama beberapa hari kemarin.
Donghae mengembangkan senyumnya saat mengetahui jika ia telah memenangkan perdebatan dengan So Hyun. Meski dengan setengah hati, So Hyun lekas beranjak ke kamar mandi.
"Bagus, langkah pertama selesai," ucap Donghae puas dengan mencontreng list di buku agendanya.
Setelah memastikan So Hyun bersiap-siap sekolah, Donghae meninggalkan kamar So Hyun dan beranjak menuju ruang makan untuk menemui Presdir Kim yang sudah menunggunya di sana.
"Apa kau merasa tertekan?" tanya Presdir Kim pada Donghae yang sudah berdiri di sampingnya.
"Tidak. Dia gadis kecil yang menyenangkan," jawab Donghae santai.
Presdir Kim tersenyum. Menyenangkan? Ia tahu So Hyun tak mungkin bisa bersikap menyenangkan.
"Selama aku koma, kau bekerja dengan sangat baik. Perusahaanku yang nyaris bangkrut bisa kembali bangkit berkat ide-idemu. Dan sekarang, aku malah menghancurkan masa depanmu dengan memintamu menjadi butler sekaligus pembimbing So Hyun. Aku tahu, dengan kemampuan sehebat dirimu kau berhak mendapatkan karir yang lebih gemilang dan bukannya menyia-nyiakan kemampuanmu hanya untuk seorang gadis keras kepala seperti So Hyun. Tapi, ketika melihatmu bisa membuatnya mengurus perusahaan selama aku koma, aku merasa hanya kau yang bisa menaklukkannya. Aku melihatnya menatapmu dan mendengarkanmu, padahal setelah kematian So Eun dia tak pernah benar-benar menatap atau mendengarkan seseorang. Karena itulah, perasaanku sebagai seorang ayah menginginkanmu agar dapat membuatnya kembali menjadi Kim So Hyun yang dulu. Maafkan aku, aku telah mengekang bakatmu hanya untuk keegoisanku sebagai seorang ayah. Sebagai gantinya aku akan membantumu memberikan pengobatan yang terbaik untuk adikmu."
Donghae tersenyum dengan ketulusan Presdir Kim.
"Anda tak perlu sungkan. Menaklukkan hati putri Anda itu membutuhkan skill yang lebih hebat dibanding mengurus perusahaan, jadi tak perlu mengkhawatirkan karirku. Aku masih sangat muda, jadi aku masih bisa menyusun masa depanku nanti. Selain itu, aku jauh lebih menyukai tantangan daripada sekadar karir," ujar Donghae santai.
"Kau ini memang pandai sekali bercanda. Hajiman, mungkin kau benar. Meski aku mampu mengurus perusahaan sebesar Shinhan Financial Group, tapi aku tidak bisa mengurusi satu orang yang amat aku sayangi," sahut Presdir Kim murung.
"Anda ayah yang baik," ucap Donghae tulus.
Presdir Kim hanya tersenyum miris. Benarkah dia ayah yang baik? Dia rasa dia adalah ayah terburuk yang pernah ada di dunia. Ia tak bisa menjaga So Eun, dan sekarang ia juga tak bisa berbuat apa-apa untuk So Hyun, selain menekannya agar menjadi yeoja yang tangguh kelak di kemudian hari. Ia, dengan begitu bodohnya telah membuat hati So Hyun membeku dan membuatnya hidup tanpa kehidupan. Bagus sekali bukan apa yang dia lakukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUE SKY
FanfictionHarapan ... Kim So Hyun sudah tak sudi untuk mengingatnya lagi. Harapan yang sekian lama begitu ia percayai telah mengkhianatinya dengan sangat kejam. Semenjak kematian kakaknya, Kim So Eun, gadis itu pun ikut mati. Raganya mungkin terlihat hidup, t...