Batas antara Bodoh dan Baik Hati

90 15 3
                                    

Hari minggu, Kwangmin istirahat total. Sebagai konsekuensi tindakan nekadnya mengikuti training secara diam-diam, ia harus mengistirahatkan tubuhnya secara optimal jika ada waktu. Ia tidak ingin kondisinya drop dan membuat Donghae cemas. Mengingat karakter Donghae yang penyayang, mudah sekali terbebani jika sudah menyangkut kondisi kesehatan adiknya, Kwangmin telah berjanji akan berhati-hati dalam melakukan aktifitas.

Baru saja hendak memejamkan mata, suara gemerisik dari arah pintu mengusiknya. Hari ini ia hanya sendirian di rumah, Donghae telah berpamitan akan pergi ke suatu tempat bersama seseorang, dan ibu angkatnya ada janji bertemu sahabat lama dalam cara reuni. Apa mungkin salah satu dari mereka pulang? Tapi mustahil. Jika ditilik dari ijin mereka, tentu mereka akan membutuhkan waktu yang cukup lama di luar rumah.

Lelah menerka-nerka, Kwangmin beringsut dari ranjangnya dengan niat melihat keadaan di luar. Kwangmin memejamkan mata kuat-kuat, saat rasa sakit yang teramat sangat menyerangnya begitu ia berdiri. Kakinya seakan tak menapak tanah. Ia sempoyongan. Tubuhnya ringan tapi terhujam rasa sakit yang mencabik-cabik. Kwangmin menggigit kuat-kuat bibirnya. Ia berusaha tenang. Yang ia butuhkan saat ini adalah obatnya.

Kwangmin meraih-raih obatnya di meja dekat ranjang. Dalam sekali teguk, ia meminum pil-pil yang biasa ia minum jika sudah kumat seperti sekarang ini. Berangsur-angsur, rasa sakit itu mereda tapi tak sepenuhnya. Kwangmin mendudukkan diri di ranjang. Ia sudah tak peduli lagi dengan suara di depan pintu, karena efek obat yang ia minum membuatnya merasa sangat ngantuk.

***
Ibu Kwangmin mematung di depan pintu rumah keluarga Donghae. Ia telah berusaha memberanikan diri untuk menanyakan kabar Kwangmin, tapi begitu tangannya nyaris mengetuk pintu, keraguan kembali menyergapnya. Ia memang telah mendapat kabar jika sampai saat ini Kwangmin masih dapat bertahan hidup, tapi bagaimana reaksi anak semata wayangnya itu saat melihatnya? Apa Kwangmin masih mengingatnya? Lalu, jika masih mengingatnya, apa Kwangmin akan membencinya?

Ibu Kwangmin menggeleng sembari memejamkan mata. Kwangmin pantas membencinya. Bahkan, saat ia memohon ampunan dan Kwangmin tak sudi memaafkannya pun, ia bisa menerima. Kesalahannya terlampau besar untuk dimaafkan. Ia bukan saja tak memberikan hak kasih sayang milik Kwangmin, tapi ia juga telah melepaskan kewajibannya sebagai seorang ibu. Bukankah, seorang ibu harus selalu merawat anaknya apa pun yang terjadi? Bukan malah meninggalkannya begitu saja hanya karena menyerah dengan biaya pengobatan yang tak lagi sanggup ditanggungnya.

Ibu Kwangmin tersedu sedan. Ia merasa dibayangi dosa dan kebencian dari Kwangmin. Keberaniannya runtuh, dan ia tak bisa menyusunnya lagi. Dengan rasa sesal yang berdebam-debam, Ibu Kwangmin menjatuhkan sapu tangannya kemudian berlari meninggalkan kediaman keluarga Lee.

***
Satu-satunya hal yang demikian So Hyun sukai di dunia ini adalah melukis. Ketika ia menggoreskan cat minyak di atas kanvas, ia merasa hidup dalam keheningan yang berada dalam genggaman kekuasaannya. Ia tak perlu memikirkan hal-hal lain kecuali obyeknya. Seperti sekarang ini. Ia demikian terhanyut dalam dunia kecilnya. Tatapannya bolak-balik menatap Donghae yang tengah memainkan moonlight sonata dan kanvas.

Ketenangan So Hyun tiba-tiba terusik. Tanpa meminta ijin, Donghae mengganti lagunya. Ia memainkan sebuah intro yang sangat asing untuk So Hyun. Beberapa menit setelah intro berjalan, alis So Hyun terangkat. Donghae menyumbangkan vokalnya teriring alunan piano. Donghae mengcover lagu blue sky yang pernah dibawakan CN Blue.

What if we could tell it's gonna last somehow, we wind up.
What if we could take out all the wasted time.
Every little thing that we do, all the ways we feel.
Close your eyesm just feel it coming,
It's getting stronger, then you see.

Looking at the sky,
Tells the story what you see.
Just I know.
All the people say in case,
'Cause there s just the one blue.
We might see, maybe, same clouds at the same time.
Even if another day,
We are attached with the hope of who we are

BLUE SKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang