Bridge

56 5 2
                                    

Jin Ri melirik tak sabar ke  arah jam tangan mungil berwarna merah di tangan kirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jin Ri melirik tak sabar ke  arah jam tangan mungil berwarna merah di tangan kirinya. Dua menit lagi bel tanda pulang sekolah akan berbunyi. Ah! Lagi-lagi sang waktu begitu tega mempermainkannya. Ketika sedang menunggu, bagaimana bisa dua menit terasa lama dan menyiksa? Jarum detik itu seakan  memperlambat diri sehingga jarum menit terpaksa bersabar dan menunggu. Jin Ri lagi-lagi menggigit bibir dan beberapa kali menghentakkan kaki, guna meredam rasa tak sabarnya.

Teng...  Teng...  Teng... 

Dentang bel berbunyi yang kemudian disahut oleh alunan piano Ludwig Van Beethoven, Fur Elise, akhirnya menyudahi penantian yang terasa sangat panjang untuk Jin Ri.

Wajah tegang Jin Ri seketika tersulap menjadi girang luar biasa. Ah, akhirnya dia bisa bebas juga dari dalam kelas. Dan...  ia bisa ke rumah sakit menemui Kwangmin. Pagi tadi Jin Ri mendapatkan kabar gembira jika ia berhasil mendapatkan nilai yang memuaskan dari ujian vokal yang dilaksanakan kemarin. Ditambah, perjuangannya membujuk para pelatih di agensi tempat dirinya dan Kwangmin tengah menjadi trainee, berhasil. Para pelatih sepakat untuk memberikan kesempatan kedua kepada Kwangmin. Bahkan mereka memberikan waktu sampai Kwangmin dapat sembuh total. Hasil yang begitu menggembirakan itu tentu bukanlah usaha yang mudah. Jin Ri terpaksa mengeluarkan kartu As yang sejak dulu amat pantang untuk ia keluarkan. Yah! Jin Ri menyeret nama kedua orang tuanya guna membujuk para pelatih dan petinggi di agensi SM Entertaiment.

Namun, senyum yang ceria itu tak bertahan lama. Bibir tebalnya seketika melunturkan lengkungan indah itu. Ia tersentak untuk kemudian terpaku cukup lama ketika matanya menangkap sosok Jong In yang berdiri tak jauh darinya. Pria berkulit sedikit gelap itu tengah asyik berbincang dengan salah seorang temannya. Hatinya masih terasa sakit. Melupakan cinta pertama, ternyata tak semudah ia pikir. Hatinya, dengan naifnya, masih menyimpan nama pria itu.

"Kamu benar-benar bodoh, Choi Jin Ri," gumam Jin Ri merutuki diri.

Dengan senyum getir yang terkembang di bibir, Jin Ri menundukkan wajah. Ia harus berhenti menatap Jong In agar hatinya kembali baik-baik saja. Baru setelah hatinya baik-baik saja, ia akan mampu menyapa Jong In lagi seperti sedia kala. Meski ia tak bisa memiliki hati Jong In, Jin Ri juga tak ingin memutus persahabatan yang telah lama terjalin.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BLUE SKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang