1. My Pictures

2.6K 126 21
                                    

Hujan mengguyur dengan derasnya, aku dan suamiku sedang duduk di ruang keluarga apartement kami. Ah, menyebutnya 'suami' membuat pipiku memanas.

Kami baru seminggu menikah, tentu saja masih terasa canggung karena kami bahkan tak pernah berpacaran. Lihat saja, lilin kecil di hadapanku tengah menari-nari menggodaku.

"Hmm, dingin ... " manjaku padanya. Kulingkarkan kedua tanganku pada lengan kirinya. Bunyi petir dan cahaya kilat yang menyambar keras di luar sana semakin membuatku mendekat kepadanya.

"Suamiku, apa kamu lapar?" tanyaku setelah tadi tak ada tanggapan darinya. Aku merasa sangat lapar sekarang. Gelap dan lapar, perpaduan yang sempurna.

Ia masih sibuk dengan ponselnya, begitu serius hingga mendiamkanku. Tatapannya fokus ke layar persegi panjang bersinar itu, sementara kedua ibu jarinya bekerja keras kesana-kemari. Aku mencari akal untuk menarik perhatiannya.

"Hei, kamu ... yang katanya suamiku, lapar nggak?" bisikku pada telinganya, namun, Dia tak memberiku respon sedikitpun. Membuatku gemas dan sebal. Ini tak bisa dibiarkan.

"Pak Teo Reihan Mahendra, kamu mau aku masakin apa?" tanyaku dengan nada geram. Kulepaskan kaitan tanganku, pandanganku lurus ke arahnya. Sayup-sayup terlihatlah seorang artis ibukota yang sangat tampan, tega-teganya ia mendiamkan fansnya. Aku beranjak dari sampingnya, melangkah pelan menuju dapur, menembus gelapnya ruangan dengan meraba-raba bagai gadis buta. Cahaya lilin hanya ada di dua titik, di kamar dan di depan suamiku.

Saat aku telah sampai ke dapur dengan susah payah, segera kunyalakan api di kompor untuk menyalakan lilin yang kuambil di rak meja dapur.

---

"Pak Teo, nasi goreng spesial sudah matang. Yuk, makan malam," panggilku dari dapur. Dia masih tak bergerak, duduk fokus memegang ponselnya. Posisinya tak berpindah sama sekali dari saat kutinggalkan ke dapur tadi. Mendiamkan lilin di depannya yang semakin memendek.

Kuletakkan dua piring nasi goreng di meja makan yang berada di depan dapur, cahaya lilin dari dapur sedikit menolongku menunjukkan keberadaan meja makan.

Setelah kututupi dengan tudung saji, aku pergi menuju kamar membawa sebuah lilin yang tadi menerangi dapur. Rasa laparku lenyap seketika karena tingkah suamiku. Malas rasanya berbicara sendiri, seperti orang gila saja!

Hal yang paling kuinginkan sekarang hanya berbaring, aku lelah. Setelah enam hari Teo bekerja ke luar kota membuat rinduku menumpuk, kini saat pria itu pulang, dia malah mendiamkanku begitu.

Lilin yang kubawa kudekatkan dengan lilin yang ada di kamar.

satu menit,
dua menit,

lima menit,
sepuluh menit,

Hingga kurasakan kasur yang kupunggungi bergerak. Sepasang tangan melingkar ke perutku, kurasakan geli di leherku karena ia menggosok-gosokkan kepalanya. Embusan napasnya terasa hangat menembus leherku.

"Sayangku," bisiknya.

Aku hanya terdiam, tak berniat sedikitpun membalas panggilannya. Hanya detak jantungku yang tak dapat menghianatinya, berdetak amat cepat.

"Astaga! Aku kok tega mendiamkan istriku yang paling kusayangi ini. Gila kali ya aku," katanya dengan kepala masih bergerak di belakang kepalaku, masih kukunci rapat mulutku.

"Sayang, udahan dong diamnya, aku sedih nih dicuekin. Kamu kan tahu kita baru ketemu lagi," bujuknya. Kali ini terasa pundak kiriku ikut bergerak karena dia berbicara sementara dagunya ia tempelkan di sana.

Aku membalik badan ke arahnya. Menatapnya dengan tajam dalam cahaya yang temaram. Sejurus kemudian aku duduk, lalu pergi meninggalkannya. Aku menggapai satu lilin dan berjalan menuju kamar mandi.

---

Pria itu berdiri di pintu kamar mandi dan tersenyum, senyuman khasnya yang berbentuk kotak, memperlihatkan serentetan gigi putih terawat miliknya. Terlihat jelas dari balik cahaya lilin yang kupegang.

"Aduh, Kaget!" dia tersenyum dan menggoyangkan ponselnya. Ponsel yang selalu dia bawa untuk memberikan cahaya.

"Hehehe kaget ya? Kamu masak apa sih sayang? Wanginya enak banget, aku jadi laper nih," tanyanya.

"Sayang," ucapnya lagi.

Chu.

Dia menyambar bibirku yang masih cemberut. Aku terkejut hingga mataku terbelalak. Teo benar-benar membuatku tak bisa berkata apa-apa lagi. Mengejutkan!

"Yuk makan dulu baru tidur. Aku ingin ditemenin kamu terus, Yang," ucapnya pelan. Tak ada nada manja sedikitpun terdengar darinya. Tersirat ketulusan dari sorot matanya yang terlihat lewat cahaya samar lilin.

Aku pun duduk di hadapannya. Dia tampak antusias melihat makanan yang ada di hadapan kami. Baiklah, meski sedikit memaksa, tapi kita sedang candle light dinner sekarang.

"Wow rasanya enak, sedikit pedas sih. Tapi enak kok, Yang," katanya sambil memamerkan kedua jempolnya.

Apa iya? segera kusuapkan sesendok nasi goreng dari piring di depanku. Astaga! Lidahku terbakar. Ini sih kebanyakan lada namanya. Padahal dia kan tidak kuat rasa pedas.

Segera kusodorkan gelas berisi air putih padanya. Dia tersenyum dan meminumnya hingga tandas.

"Terima kasih sayangku," senyumnya mengembang. Aku tahu, ia mencoba menutupi ekspresi kepedasannya.

"Ta, Tadi sebenarnya aku membuat ini," dia menyodorkan ponselnya, layar tersebut memperlihatkan aplikasi instagram dengan akun @teoreihan.

Foto yang baru di upload berjumlah tiga buah. Semuanya adalah fotoku, candid.

 Semuanya adalah fotoku, candid

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku terpana menatapnya. Sungguh, aktivitas yang tadi begitu membuatku terbakar cemburu ternyata berkaitan tentangku juga.

Dia menarik kembali ponselnya dari hadapanku dan tersenyum memandang sederet foto itu, seakan terlihat begitu mengagumi foto-fotoku yang bahkan tak kusadari kapan ia mengambilnya.

"Maafkan aku telah membuatmu marah sayang. Aku mencintaimu, my wife." senyum kotaknya mengembang.

"Okey," lirihku.

Teo pun mengecup keningku, bertepatan dengan listrik yang menyala. Kami berdua tersenyum malu-malu.

-Rey-
(180317)

Whuah akhirnya selesai juga chapter pertama. Buat kak @anditia_nurul , Rey meluncurkan chapter 1 nih, terima kasih untuk menanti, hehehe....
Buat para reader silahkan vote dan comment, Rey tunggu ^^/

TeoremaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang