2. So Busy

1.5K 91 31
                                    

Beberapa minggu ini dia bekerja dan meninggalkanku sendiri di rumah. Meski hampir setiap break shooting dia mengirimkan kabar, namun tetap saja aku masih merasa kesepian.

---

Triiing!

Sebuah pesan chat masuk subuh-subuh. Perlahan kubuka kelopak mataku, kugapai ponsel di nakas. Ah, Teo. Dia mengirim foto selfienya.

 Dia mengirim foto selfienya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Teo : Good morning baby. 04:25

Aku tersenyum memandang fotonya, Teo terlihat sangat polos. Namun menurutku, dia adalah singa berbulu hamster, hehehe ...

Baca 04:30 Me : Ah silau.

Teo : Lho kenapa sayang? 04:30

04:32 Me : Wajahmu menyilaukan, hehehe ... selamat pagi.

Dia belum membaca pesan terakhirku, malah ponselku mengumandangkan 'Not Today-BTS', tanda panggilan masuk darinya.

"Assalamu'alaikum," sapaku.

"Wa'alaikumsalam, kamu kenapa sayang? Sudah benar-benar bangun kan?" sungguh, suara kekhawatiran yang kudapat darinya pagi ini membuatku kembali mengulas senyum.

"Nggak papa kok, Pak Teo. Kan tadi aku udah mbales, fotomu itu yang bikin silau, hehehe ..."

"Serius?"

"Yup,"

"Ah, syukurlah kalo nggak papa. Beribadah dulu sayang, aku sudah tadi."

"Hmm ..." tut. Panggilan ditutup olehnya.

Kulipat kembali selimut yang kupakai, lalu bergegas mengambil air wudlu dan mulai beribadah.

Setelah selesai menjalankan ibadah, kutatap ponselku. Dia tak lagi menelpon atau mengirimiku sms. Hmm, mungkin sudah mulai shooting lagi. Yasudah lah, aku menyibukkan diri dengan melakukan pekerjaan rumah seperti memasak, menyapu, mencuci, menjemur, serta membersihkan diri. Hingga akhirnya, aku telah menyelesaikan kegiatan rutinitas pagi seorang ibu rumah tangga.

Aku duduk termenung di sofa, kembali memandang fotonya yang baru dikirimkannya untukku tadi pagi. Hanya perasaanku saja, atau memang hubungan ini sedikit menghambar. Dia yang selalu sibuk dengan pekerjaannya dan jarang sekali untuk berada di sisiku, membuatku merasa sebagai fangirl yang mencintai seorang artis tanpa terbalas oleh idolanya. Sedalam itu.

Ya, aku memang telah menyadari konsekuensi yang harus kudapat atas keputusan awalku. Aku tahu bahwa menikah dengan aktor sepertinya memang membutuhkan pengorbanan besar, belum lagi karena hubungan kami tak diketahui oleh publik. Namun setelah menjalani beberapa minggu, kenapa sehampa ini?

---

Ku kirimkan foto selfie ku padanya, sekaligus ingin meminta ijin untuk keluar.

Ku kirimkan foto selfie ku padanya, sekaligus ingin meminta ijin untuk keluar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

08.44 Me: Pak Teo, aku ijin keluar untuk berbelanja, aku juga mau bertemu penjual toko itu. Semoga aku mendapatkan tokonya. Semangat bekerja! ^^

Aku keluar dari apartement, hendak berbelanja bahan makanan dan membeli beberapa kain. Aku juga harus bertemu dengan penjual ruko untuk membeli dan kujadikan toko kecil. Seseorang pasti telah menungguku di alamat yang kami sepakati.

Ku susuri jalanan kota Jakarta dengan bus transjakarta, lalu turun di daerah Tanah Abang dan mulai berbelanja beberapa kain yang kubutuhkan. Akhirnya setelah satu jam penuh berkeliling, aku membawa dua kantung besar berisi belanjaan dan kain. Sedikit berat namun masih bisa kuangkat. Kunaiki taksi agar cepat sampai ke tujuan.

Langkahku memasuki sebuah kafe yang cukup unik. Pintu masuknya ada di lantai dua, sehingga aku harus menaiki tangga kemudian turun ke bagian utama. Temanya saja playground, jadi banyak mainan-mainan anak sebagai hiasan diantara bangku dan sofa klasik. Seseorang mendongak ke arahku. Aku seperti mengenalnya ... Astaga!

"Jaya?" Kuturuni tangga dengan cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jaya?" Kuturuni tangga dengan cepat. Segera saja aku duduk di depannya. Aku masih tak percaya bisa bertemu dengannya di sini.

"Mbak Phyta. Astaga! Mbak Phyta ngapain di sini?"

"Aku mau ketemu owner ruko."

"Jangan bilang kalo mbak Phyta yang mau beli rukoku?"

Aku kaget. Jadi, pemilik ruko sebenarnya itu Jaya? Adikku sendiri?

"Ah sebentar," dia menelpon seseorang. Aku menunggunya mengobrol melalui telepon. Sepertinya dia mengobrol dengan penyalur untuk menggagalkan penjualan. Setelah itu dia tersenyum,

"Mbak Phyta mau pesan apa?"

"Chocomint aja."

"Tetep ya," Jaya pun memanggilkan seorang pelayan dan memesankan apa yang kuinginkan tadi. "Mbak phyta kenapa nggak bilang butuh toko sih?"

"Aku juga baru kepikiran beberapa hari ini. Suamiku juga langsung setuju."

"Ah iya, gimana kabar Teo, Hmm ... mas Teo, mbak? kayaknya dia makin sibuk aja. Raja iklan dan film tanah air." Dia tersenyum manis kearahku.

"Dia baik, Jay. Ah, panggil dia kayak seperti biasa aja. Dia kan sahabatmu juga."

"Baik Alhamdulillah. Ah iya oke. Mbak, tokonya besok mau aku pugar dulu ya biar legaan dikit terus ntar tinggal Mbak pakai."

"Nggak usah nanti aku aja yang dekor. Kan mau kubeli, Jaya. Bukan nyewa apalagi tinggal pakai. Mbak nggak mau ngrepotin kamu."

"Santai mbak, itu kan toko aku. Sampingnya sepetak tanah kosong juga punyaku, mau aku pugar dulu ya. Terus aku kasih ke Mbak Phyta."

"Nggak usah Jay, mending uang pemugaran dan uang dari pembelian toko buat modal usaha kamu aja."

"Never mind Mbakku yang cantik. Kan tokoku milik Mbak juga."

"Tapi Jay,"

"Stop. Udah sore nih, aku anterin pulang yuk. Jangan nolak. Mbak belanjaannya ribet gitu." Aku hanya tersenyum pada adik angkatku itu.

---

Setelah masuk baseman apartement, kami pun menaiki lift.

"Mampir Jay, kamu kan lama nggak main," ajakku pada Jaya. Ia membantuku membawa kantong belanjaan.

"Oke."

Ponselku memutar lagu 'Not Today-BTS', kulirik display namenya. MY HUSBAND.

"Assalamu'alaikum, ya? Teo?"

"Kamu di mana sekarang?"

"Ini mau pulang sama Jaya, tadi kita ketemu di kafe," Aku menelpon sambil keluar dari lift dan berbelok ke kanan menuju pintu apartement, tampak seseorang sedang berada di depan pintu.

"Yang, mama ada di ...," bisik Teo dari telepon, segera kujauhkan dari telingaku karena aku melihat seseorang yang sangat kukenal.

"Mama ..., sudah lama menunggu? Maaf tadi ba...."

Plaaaaaak!

"Ma ..." kupegangi pipi kananku yang perih tertampar. Sorot wanita itu begitu tajam, lebih menyayat dari tamparan yang tadi melewati pipiku.

-Rey-

---
Hai hai, maaf ya sudah bikin readers penasaran dan lama menunggu. Sesuai janji, Rey akan double update minggu ini. Sekalian minggu ini edisi spesial karena Rey ulang tahun, hehehe... ^^/
Selamat membaca, jangan lupa vomment. Thank you.

TeoremaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang