9. Rumor

565 47 11
                                    

Kutatap layar ponsel dalam diam. Wajahnya masih setia tersenyum pada wallpaper ponselku. Pukul 09.25 WIB. Jadwal penerbangannya sebentar lagi, mengapa dia belum mengabariku?

Ponselku bergetar, segera kuangkat panggilan dari nomor barunya. Aku pun berdiri menjauh dari mesin jahit.

"Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumsalam, Sayang ... aku dan yang lain mau berangkat. Doakan lancar ya."

"Umm, beri aku kabar saat dirimu telah sampai."

"Siap Nyonya Teo. Aku tak ingin membuatmu khawatir, Yang. Oh iya, kamu mau oleh-oleh apa dari Korea?"

"Aku mau oleh-oleh BTS, bawa mereka pulang kerumah ya, Tuan Teo."

"Anak-anak Bangtan? Hei, jangan becanda ah." Dia terdengar terkejut.

"Hehehe ... Hmm, asal kamu sehat dan kembali kerumah dengan selamat, itu oleh-oleh yang bagus untukku."

"Oh sayangku~ Ah ... aku harus segera masuk pesawat dan take off. Good bye sayang, jaga dirimu."

"Baiklah. Jangan lupa sholatmu."

"Oke,"

---

Opening toko diselenggarakan dengan lancar. Meskipun sangat sederhana kurasa. Mereka berpikir bahwa danaku habis untuk menyewa model -James Juna- dan juga pelayan-pelayan yang cantik dan tampan. Padahal mereka adalah Jaya dan pacarnya yang bernama Joyena.

Mereka berinisiatif menggunakan kostum pangeran dan puteri untuk menarik pengunjung datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka berinisiatif menggunakan kostum pangeran dan puteri untuk menarik pengunjung datang. Hasilnya banyak pakaian yang terjual dalam waktu singkat.

---

Toko tutup satu jam lalu, sekarang jam di dinding menunjukkan pukul 17.05 wib. Aku melihat mereka berdua masih duduk pada sofa ruang desain di tokoku.

 Aku melihat mereka berdua masih duduk pada sofa ruang desain di tokoku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selfie terus ya kalian?" tegurku pada mereka berdua. Kusuguhkan cokelat panas pada mereka, aromanya menenangkan. Mereka cuma menyengir ketika di sindir.

"Ah, Mbak Phyta kayak nggak pernah muda saja." Jaya pun menyubit lenganku. Sedangkan Joy -panggilan akrab gadis itu- tersipu malu.

"Jahat ya Jaya baru mengenalkanmu padaku. Joy kerja di mana?"

TeoremaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang