"Teo sialan! Bisa-bisanya dia meninggalkan Mbak Phyta sendirian. Dia membiarkan Mbak Phyta bersama Bastian pula? Ah, Kurang ajar! Rasakan sendiri nanti akibat ... ," kata-kata itu terhenti saat sepasang kelopak mataku membuka. "Eh, Hai, Mbak. Kau sudah bangun?" tanya Jaya padaku. Tersirat raut kepanikan yang tergambar jelas.
"Hai, Jaya. Kau masih di sini?"
"Hm, bagaimana keadaan Mbak sekarang?"
"Alhamdulillah, mendingan Jay. Makasih ya sudah menemaniku di sini, semalaman. Kau tak bekerja?" aku penasaran kenapa dia masih di sini. Dia harus pergi bekerja, apalagi hari senin seperti ini biasanya adalah hari sibuknya.
"Maaf ya, Mbak. Aku akan kembali kemari secepatnya. Mbak Phyta nggak papa kan kutinggal?"
"Iya, Mbak berani sendiri kok," jawabku sambil berkedip padanya. Dia tersenyum lebar, menggemaskan.
"Tadi juga aku sudah dikabari orang di toko, mereka telah menata pakaian kreasi Mbak Phyta. Nanti aku mampir dulu sebelum kemari."
"Benarkah? Alhamdulillah ... Terima kasih banyak ya, Jaya," ungkapku penuh rasa syukur
"Oke, Mbak sama-sama. Nanti aku minta satu perawat untuk menjagamu," ujarnya. Aku melihat sekilas kedua tangannya mengepal keras. Jaya, mungkinkah dia marah pada Teo? Telingaku masih berfungsi sempurna saat kudengar dia tadi menggerutu.
Kutarik garis senyumku untuknya, dia membalasnya tulus, tapi tidak dengan sorot matanya. Jaya menatapku dengan tatapan sendu, dan rasa iba itu merasuk sampai hatiku.
---
Ponselku tertinggal, mungkin masih di nakas kamar. Nanti akan kuminta Jaya untuk mengambilkan. Aku pun memanggil perawat yang tadi berjaga untuk memberiku selembar kertas dan alat tulis.
Aku tak tahan ingin menumpahkan design yang terpikir jelas dalam benakku sekarang. Kalau tidak cepat-cepat kugambar, design itu akan menguap percuma beserta pikiranku.
Seseorang terlihat membuka pintu kamarku, Ah ... aku terlalu berharap jika dia Teo. Namun, Dia terlihat seperti ...
"Kak Phyta?" Dia berhenti di balik pintu, kita memiliki keterkejutan yang sama. Sedetik kemudian, dia melakukan pose double V.
Aku berusaha mengingat siapa gerangan dirinya, seakan terlempar pada ingatan masa lalu, kepingan kenangan terkuar merasuki memoriku. Ah, dia John, teman Teo yang mengambil jurusan Kedokteran di Jepang. Kapan dia pulang? Kenapa dia ada di sini? Aku tersenyum padanya dan dia memelukku.
"John, Ya Allah, Kakak kaget. Kenapa rambutmu jadi panjang begini?"
"Hehehe iya, Kak. Sengaja aku panjangkan. Kakak kenapa ada di sini?"
"Aku kelelahan," jelasku.
"Oh, oke. Semoga Kakak cepat pulih agar bisa kembali berkarya. Kudengar Kakak buka butik ya?" Dia terlihat antusias, membuatku tersenyum senang.
"Ah, hanya sebuah toko kecil kok, John."
"Toko kecil milik seorang lulusan Jurusan fashion, jewelry and textile design Universitas of Arts London dengan nilai tertinggi. Tentunya sangat ditunggu masyarakat Indonesia, Kak. Apalagi Kakak masih saudaranya Teo, sang aktor terkenal."
Seketika aku terbungkam. Aku teringat akan pernyataan yang membuat hatiku perih. Ya, aku hanya diperkenalkan sebagai saudara oleh Teo ketika kami kebetulan bertemu. Teo juga mengatakan itu pada semua orang yang mungkin mengenal kami, kecuali enam sahabat Teo yang sekarang berada dalam satu management dan satu project film 'BTS'.
![](https://img.wattpad.com/cover/102227199-288-k722096.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Teorema
RomancePasangan suami istri rasa idol dan fansnya. Wah bagaimana ya? Belum lagi kisah mereka serumit rumus matematika (Teorema Phytagoras) Akankah mereka bahagia dengan kenyataan yang ada? Penasaran? Baca aja. Warning: -Baper 21/07/18 #217 - seru 15...