#Episode VII

7.8K 1.5K 303
                                    


Pagi ini rasanya sedikit berbeda dari biasanya. Sungguh.

Biasanya, kalau libur, aku akan bangun 2 jam lebih lama dari jadwalku bangun di hari sekolah. Tapi kali berbeda. Aku bahkan bangun satu jam lebih awal dari jamku bangun di hari sekolah.

Dan saat Ibu menyadari hal itu, Ibu justru menggodaku.

''Anak Ibu sudah besar rupanya, ya?''

''Ibu....''

''Moon Ahrin memang sudah besar. Jadi sudah berapa lama?''

''Apanya yang berapa lama?''

''Kau dan dia, Sayang. Tentu saja.''

''Oh, Ibu. Jangan berlebihan begitu.''

Ini memang bukan pertama kalinya Ibu menganggu dan menggodaku, apalagi kalau hal itu berhubungan dengan Taehyung.

''Seharusnya kau cerita pada Ibu. Atau mau memberi kejutan?''

''There is nothing between us, Bu. Hanya teman.''

''Teman?''

''Ya. Teman.''

''Tapi Ibu rasa kalian terlalu dekat untuk jadi teman.''

Yah... sebelumnya, Ibu pernah bertemu dan mengobrol dengan Taehyung. Kadang Taehyung menemaniku pulang, dan di situlah Ibu mengobrol dengannya. Tak jarang juga Taehyung—di hari libur—membawa anjing pudelnya untuk jalan pagi. Dan saat Taehyung melewati rumah, Ibu suka menyapanya dan mengajaknya untuk mampir ke rumah.

Ya, bisa dibilang Ibu sudah cukup mengenal Taehyung.

Tapi bukan berarti Ibu harus menggodaku begini, 'kan?

Aku menggelengkan kepala kecil sebelum tanganku meraih sling bang yang ada di atas meja. Perkataan Ibu masih tertempel kuat di pikiranku.

Aku mencoba menata rambutku lagi sebelum meletakkan sisir dan mengambil sling bag milikku. Tepat saat aku menarik tas dengan warna california red itu, ponselku bergetar. Tanpa melihat layar ponselku, aku langsung mengangkat panggilan yang masuk.

''Halo?''

''Hai, Rin. Bagaimana?''

''Apa yang bagaimana?''

''Kau sudah siap, Rin?''

Aku menjauhkan ponsel dari telinga, mencoba melihat siapa yang tengah menghubungiku. Begitu melihat tulisan nama Taehyung di situ, pandanganku segera beralih ke arah cermin rias.

''Rin, are you there?'' Suara Taehyung kembali terdengar. ''Apa suaraku terdengar?''

''Kedengaran kok. Kedengaran.'' Seketika aku jadi gugup. ''A...aku akan segera keluar. Tunggu, ya?''

''Then, i'm waiting.''

Suara Taehyung yang kedengaran tenang dan lembut justru membuat dadaku berdebar tak karuan. Ini bukan pertama kalinya seseorang mengajakku keluar di hari libur. Tapi kalau orang itu Taehyung....

Aku harap aku tidak pingsan di jalan, karena sekarang aku merasa kakiku tidak mampu lagi menopang berat badanku sendiri.

***

Berkali-kali Jimin mengingatkan dirinya akan alasan kenapa dirinya berada di sini. Tapi tetap saja, ada hasrat dari dirinya untuk beranjak dari kursinya, membuka topi serta sweater yang dia kenakan dan menghampiri Ahrin yang tengah duduk dengan latte di ujung sana.

Untuk beberapa hal yang bahkan Jimin sendiri tidak mengerti, dia ingin berada di dekat gadis itu. Dan karena itu sedikit membingungkan Jimin, jadi dia mengambil keputusan kalau hasrat anehnya ini disebabkan karena dia ingin melindungi Ahrin dari kemunculan laki-laki itu.

The Prodigy ♤ (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang