#Episode VIII

7K 1.5K 333
                                    


''Aku suka film tadi.''

''Aku juga.''

''Lihat bagaimana Brad Pitt tadi? He's the real MVP, Rin.''

''Dia sosok suami idaman.''

''Suami idaman?''

''Um.''

Taehyung menarik latte yang ada di depannya, membiarkan aroma kopi itu masuk ke dalam indera penciumannya kemudian bertanya, ''Kenapa kau bilang dia suami idaman?''

''Kenapa, ya....'' Ahrin kelihatan berpikir. Gadis itu mengetuk-ngetuk pinggiran meja, merenung sejenak sampai akhirnya dia menemukan jawaban yang tepat.

''Dia melawan zombie-zombie itu juga 'kan karena keluarganya. It's mean he protect his family, right?''

Taehyung terdiam sejenak. Laki-laki itu kelihatan berpikir. ''Kurasa kau benar, Rin.''

''I know, right.''

Terlalu banyak berpikir membuat Taehyung memikirkan sesuatu yang lain. Dengan senyuman kecil dia berhenti menyeruput minumannya, menopang pipinya dengan salah satu telapak tangannya, kemudian bertanya, ''Kalau aku bagaimana?''

''Apa maksudmu?'' tanya Ahrin kebingungan.

Kalau ditanya sih, Taehyung bisa menebak reaksi Ahrin. Gadis yang ada di depannya ini memang tipikal gadis yang kurang berperasaan. Ralat, maksudnya kurang peka.

''Anggap saja aku tidak bertanya.'' Taehyung membalas sambil mendecakkan lidahnya cepat. ''Ngomong-ngomong, ibumu bilang apa kemarin, Rin?''

''Yang jelas sih dia khawatir. Tapi untuk tidak separah waktu aku pulang malam untuk pertama kalinya.'' Ahrin memutar minumannya dengan sedotan. Matanya menatap nanar isi gelasnya sebelum balik menatap Taehyung.

''Kau lihat video yang tersebar?''

''Video?''

Ahrin langsung mengangguk.

''Sejeong bilang sebelum bom itu meledak, dia sempat melihat video dengan orang yang bernama Hamlet. Kau lihat juga?''

Ahrin menjelaskan, kemudian diakhiri dengan pertanyaan lagi. Dia memandangi Taehyung tanpa mengedipkan matanya. Bahkan tanpa dia sadari, sedotan yang dia pegang sudah berada di luar gelas, menjatuhkan beberapa tetes jus ke meja.

Taehyung mengernyitkan dahinya sesaat sebelum dia menggelengkan kepala. ''Aku belum sempat lihat. Memangnya ada, ya?''

Kembali, kepala Ahrin mengangguk. ''Kemarin SNS kelas sibuk membicarakan itu. Aku tidak tahu apa-apa jadi... kau tahu... jadi silent reader.''

Awalnya Taehyung hanya bergumam kecil. Tapi begitu Ahrin mengatakan kabar lain yang bersangkutan dengan bom kemarin, Taehyung seketika berusaha keras untuk memikirkan sesuatu. Otaknya seakan dibanting paksa, berusaha mengingat sebuah puzzle yang masih belum tersusun di kepalanya.

''Banyak yang berpendapat kalau pelaku bom kemarin itu adalah si pembuat video. Hamlet.''

''Hamlet?''

''Um.''

Kali ini Taehyung merasa kepalanya berdenyut terlalu keras. Dadanya pun berdetak tidak karuan. Ini aneh.

Dan lagi, rasanya ini bukan pertama kalinya Taehyung merasakan hal seperti ini. Ini bukan deja vu, 'kan?

Dalam hitungan detik Taehyung merasakan ada sesuatu yang membuat pikirannya seakan diselimuti kegelapan. Badannya merinding.

Di saat dia ingin mengatakan sesuatu pada Ahrin, kepalanya justru terasa semakin berat. Taehyung berusaha membuka mulutnya lebar-lebar, tapi dia bahkan tidak bisa mendengar suaranya sendiri.

The Prodigy ♤ (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang