#Episode XIV

6.1K 1.3K 220
                                    


''Jimin!''

''Jimin!''

Rasanya Ahrin baru saja menjadi orang gila yang tersesat di dalam sekolah. Dia terus berteriak, tapi dia belum menemukan yang dia cari. Dia bahkan sempat ditegur salah satu guru karena terlalu ribut.

Hal ini benar-benar membuat Ahrin gila. Harus ke mana dia mencari Jimin? Memangnya Jimin itu panther? Atau dia punya pintu kemana saja?

Dalam hati Ahrin merutuk. Mengenal Jimin memang benar-benar membuat delusi dan kenyataannya jadi bercampur.

Ahrin kembali memutar otak, mencoba memikirkan sesuatu.

Kalau memang yang Jimin maksud adalah mengurus bom, apa yang akan dia lakukan?

Ahrin mulai mencoba menempatkan dirinya menjadi Jimin. Kalau dia jadi Jimin, mungkin dia akan mencoba memantau keadaan. Dan dia akan mencari ke tempat di mana dia bisa melihat semuanya, segalanya, termasuk...

''Astaga, atap sekolah lama!''

Kaki Ahrin langsung berlari keluar dari gedung sekolah baru dengan tangan yang meremas note kecil yang dia pegang. Begitu keluar dari gedung baru dan tiba di halaman sekolah, kepala Ahrin langsung menengadah, memerhatikan gedung sekolah lama. Lebih tepatnya, atapnya.

Tangan Ahrin kini mengepal kuat. Begitu selesai menarik napas panjang, kakinya kembali berlari, membawanya masuk ke dalam gedung sekolah lama.

Dia panik. Demi apa pun, Ahrin panik.

Apa yang Jimin lakukan?

Apa ada sesuatu lagi yang terjadi dengan Taehyung?

Kepribadian yang lain dari Taehyung muncul?

Atau Jimin mau menyebar video baru dari SNS?

Kepala Ahrin terasa begitu berat. Gadis itu bukan hanya lelah secara fisik, tapi tenaganya juga terkuras karena otaknya yang jungkir balik berulang-ulang.

Dengan napas terengah-engah, Ahrin akhirnya selesai menaiki puluhan tangga dan membawanya ke atap sekolah. Gadis itu membungkukkan sedikit badannya sebelum tangannya meraih kenop pintu dan memutarnya.

Dengan angin yang menerpa rambutnya, mata Ahrin bergerak cepat, berusaha menemukan sosok laki-laki berambut cokelat yang membuatnya rela menaiki tangga demi tangga dengan kecepatan penuh.

Mata Ahrin berhenti pada satu titik, di bench yang ada di atas atap. Bisa dia lihat sosok yang dia cari duduk di sana.

Semua amarahnya, kekesalannya, serta lelah dan rasa bingungnya ia keluarkan lewat satu teriakan.

''Jimin sialan!''

Kepala Jimin spontan menoleh, mendapati Ahrin yang sudah mulai berlari mendekatinya. Oh, itu bukan berlari namanya. Tubuh Ahrin bahkan sudah miring ke kanan dan ke kiri.

Melihat keadaan Ahrin yang seakan mau jatuh, Jimin sesegera mungkin beranjak dari bench, berlari mendekati Ahrin. Jimin langsung menarik tangan Ahrin dan melingkarkannya pada pundaknya, memapah tubuh gadis itu hingga dia bisa duduk di bench.

''Apa yang kau lakukan di sini? Kau bolos?'' tanya Jimin.

Ahrin yang kesal langsung menoyor lengaan Jimin dengan kepalan tangannya. Matanya seketika menyipit. ''Seharusnya aku yang tanya padamu, bodoh!''

Jimin kelihatan keheranan.

''Aku berteriak dan mencarimu, dan aku tidak menemukanmu. Demi Tuhan, aku lelah!'' omel Ahrin. Gadis itu menarik dan menghembuskan napasnya tak beraturan.

The Prodigy ♤ (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang