#Episode XV

6.3K 1.3K 176
                                    


''Rin, kau mau menjauhiku?''

Baik Jimin maupun Ahrin terdiam. Keduanya saling menatap satu sama lain.

Ahrin takut, jelas saja. Bagaimana Taehyung yang tiba-tiba muncul begitu saja membuatnya ingin melompat dari tempatnya saat ini dan terjun bebas tanpa parasut.

Jimin, tolong katakan sesuatu.

Jelaskan sesuatu!

Siapapun, tolong!

Taehyung masih diam di tempatnya, namun eskpresi yang tergambar pada wajahnya seakan mengatakan kalau dia benar-benar butuh penjelasan. Dia ingin hal-hal yang baru saja menusuk telinga dan hati dijelaskan. Seseorang, siapa pun, Taehyung butuh penjelasan.

Mata Taehyung berubah sayu. Meskipun laki-laki itu ingin tetap tersenyum, nyatanya dia tidak bisa. Pikirannya justru memikirkan hal lain, yang membuat keinginannya untuk tersenyum tertepis begitu saja.

Dia berkepribadian ganda.

Dia merencanakan bom.

Dia...

Dia...

Dia berbahaya untuk Ahrin. Dan Jimin meminta Ahrin untuk menjauhinya.

Oh, Tuhan. Haruskah gadis yang ia sayangi yang menjauhinya?

Jimin tahu betul kalau hal ini sudah tidak bisa dihindari. Taehyung jelas sudah mendengar semua yang dia ucapkan pada Ahrin. Ya, semua. Termasuk bagian ''kepribadian lain'' yang ada dalam kalimat yang Jimin ucapkan.

Sambil menghela napas dalam-dalam, Jimin memejamkan matanya, mencoba menenangkan dirinya untuk mengambil keputusan terbaik untuk saat ini.

''Tae, mungkin kau tidak akan percaya apa yang akan kukatakan. Dan mungkin, kau tak akan menurutiku,'' ujar Jimin pelan, namun terkesan menekan.

''Kau mengidap alter ego. Dan sisi lainmu itu berbahaya. Itu sebabnya Ahrin harus menjauhimu.''

''Jim—''

''Diamlah, Ahrin!'' Tanpa sadar Jimin meninggikan suaranya, membuat Ahrin langsung menutup mulutnya rapat-rapat. Butuh beberapa detik untuk menyadarkan Jimin kalau dia terlalu kasar. Kembali, Jimin menghela napas dalam. ''Sorry, Rin. Tapi tolong, biar aku jelaskan semuanya.''

Tanpa suara, tanpa gerakan, dan tanpa kedipan mata, Ahrin hanya diam. Gadis itu menjerit dan menangis dalam diamnya.

Ahrin tidak tahu kemana percakapan ini akan membawa nasibnya nanti. Tapi gertakan dan teriakan Jimin benar-benar membuatnya diam mematung.

Mungkin ini pertama kalinya Ahrin mendapat gertakan seperti itu. Gertakan yang mengingatkannya akan sosok seseorang, yang entah siapa itu.

Dia hanya... mulai membayangkan seseorang.

Ingin rasanya Jimin meminta maaf pada Ahrin, tapi saat ini dia punya alasan untuk tidak melakukannya. Ya, gadis itu sendiri yang menjadi alasannya untuk tidak meminta maaf, tetap berdiri di sini dan menjelaskan semuanya.

Yang Jimin lakukan saat ini didasari oleh dua hal. Tapi Ahrin seakan menjadi hal yang paling utama.

Entah kenapa dan mengapa, Jimin hanya merasa begitu. Dan baginya, dia tidak perlu alasan lain kenapa harus Ahrin yang menjadi prioritasnya saat ini. It just flows.

Jimin merogoh saku celananya, mengeluarkan ponselnya dengan kaki yang berjalan mendekati Taehyung. Dua detik kemudian tangannya sudah menunjukkan layar ponselnya pada Taehyung.

''Kau mengirim ini padaku kemarin.''

Awalnya Taehyung berharap bisa mendapatkan penjelasan, tapi nyatanya... nihil. Sebuah peta jalur yang Jimin tunjukkan dalam isi email beralamatkan anonymous itu membuat Taehyung makin kebingungan.

The Prodigy ♤ (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang