#Episode XVII

6.1K 1.1K 227
                                    

Hari ini kantor kepolisian menjadi dua kali lebih sibuk ketimbang biasanya.

Dan semua ini terjadi karena email aneh yang masuk pada kepolisian.

Mungkin kesannya lucu. Kepolisian mendapat email yang berisi tentang ancaman. Beberapa detektif bahkan menertawakan hal ini. Hanya email gertakan yang tak jelas, begitu menurut mereka.

Tapi kemudian, di saat email berikutnya muncul dan mengangkat kasus bom di salah satu sekolah beberapa hari yang lalu, email ini spontan diselediki.

Ini bisa jadi ancaman yang serius. Dan yang pertama kali berpendapat demikian adalah Kim Jaehyun.

''Coba cari IP dari email ini,'' kata Kim Jaehyun. ''Periksa juga identitas pengirim, mungkin kita akan menemukan sesuatu.''

''Kami sudah melakukannya. Tapi IP-nya benar-benar tidak bisa dilacak.'' Salah satu polisi yang bertugas langsung menyahut, membuat Kim Jaehyun berdecih kesal.

''Ini bisa lebih serius dibanding perkiraanku,'' gumamnya. Kepalanya kemudian beralih pada beberapa polisi yang masih sibuk menyelidiki email yang tadi.

''Kalau begitu fokus saja memeriksa informasi data pengirim email tadi.''

''Baik, Pak.''

Kim Jaehyun kini berkacak pinggang. Pria paruh baya itu memerhatikan jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Nampaknya, hari ini dia tidak bisa menghabiskan waktunya bersama Taehyung. Padahal hari ini dia ingin menanyakan sesuatu pada anaknya itu.

Kepala pria itu kemudian menoleh ke kanan, mendapati laki-laki muda yang tengah membawa kardus dan meletakkannya di meja terdekat.

''Kau sudah datang rupanya, Jeon?''

Laki-laki yang dipanggil tadi tersenyum lalu mengangguk. ''Mereka langsung menyuruhku mengangkut barang ke sini. Katanya aku harus langsung bekerja.''

Kim Jaehyung tersenyum kecil.

''Meskipun kau kelihatan masih muda, tapi aku harap kau bisa bekerja sama dengan baik. Polisi dan detektif di sini memang sudah cukup berumur.''

''Aku sudah terbiasa dengan orang tua,'' celetuk laki-laki tadi kemudian membungkuk. ''Mohon kerjasamanya, Pak Kepala.''

Lagi, Kim Jaehyun tersenyum. ''Kalau begitu, aku punya kasus yang bagus untukmu. Mereka bilang kau pintar dalam menganalisa.''

Tangan Kim Jaehyun kemudian menunjuk ke arah meja di mana para polisi yang sibuk mengetik dari komputernya.

''Pagi tadi ada email yang mengancam polisi kalau akan ada bom yang meledak di Seoul. Tolong selidiki ya, Jeon Jungkook?''

Dengan cepat sang pemilik nama menganggukkan kepalanya.

''Baik, Pak.''

***

Malam ini, Ahrin tahu kalau akan banyak gelombang yang membuat hidupnya tak lagi sama.

Di saat Jimin mencium keningnya dan mengucapkan permintaan itu, Ahrin tahu kalau pilihan yang dia ambil, entah itu mengiyakan atau pun menolak permintaan itu akan menjadi langkah yang permanen, di mana berbalik untuk mengambil pilihan yang lain adalah adalah hal yang mustahil. Sangat amat mustahil.

Dan sekarang, Ahrin hanya bisa merenung di depan rumahnya. Kakinya seakan enggan untuk melangkah masuk. Matanya masih tertuju pada punggung Jimin yang mulai menjauh dan perlahan menghilang dari pandangannya.

Tatapan Ahrin kemudian beralih pada tangannya.

Kalau orang bilang laki-laki itu makhluk yang kurang ajar, kali ini Ahrin akan menginyakannya. Terutama Jimin.

The Prodigy ♤ (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang