Jimin jelas saja memikirkan banyak hal begitu Taehyung berkata bahwa dia akan membantu.
Membantu untuk balas dendamnya yang kotor? Jelas ini hal yang salah. Sangat amat salah.
Jimin bahkan sudah melibatkan Ahrin dalam hal ini, apa dia harus menyeret Taehyung lebih dalam tentang hal ini?
Dia kenal Taehyung dari dulu. Dia kenal Taehyung tepat beberapa jam sebelum kejadian buruk itu terjadi.
Dan yang dia tahu, dia tidak ingin membawa teman pertamanya itu ikut dalam hal seperti ini.
Yang Jimin yakini, semua yang dia lakukan, mulai menyamar sebagai Hamlet sampai menyembunyikan identitas Taehyung dan kepribadian lainnya, semua itu dia lakukan untuk melindungi Taehyung.
Melindungi teman pertama sekaligus satu-satunya teman yang dia miliki sepanjang hidupnya.
Tapi kali ini, semua yang dia lakukan seakan gagal.
Sekarang apa yang harus kulakukan?
Pertanyaan tersebut terus muncul seiring langkah kaki Jimin yang terus menapaki trotoar.
Satu-satunya yang bisa dia bilang sebagai jawaban pada Taehyung hanyalah, ''Akan kupikirkan.''
Dan jangan lupakan soal Ahrin. Jimin yakin betul kalau di antara mereka bertiga, gadis itulah yang paling tidak bisa menerima fakta yang ada. Jimin bisa membacanya dari tatapan yang Ahrin berikan padanya. Dia sendiri tidak akan memaksa Ahrin untuk menerimanya, tapi dia ingin Ahrin tahu kalau dia harus menjauh.
Selagi kakinya terus melangkah, Jimin merasa kalau sesuatu di dalam saku celananya bergetar. Dengan cepat dia merogoh sakunya, menyalakan ponselnya dan memeriksanya. Tanpa disangka sudah ada belasan pesan yang terkirim. Dengan nomor tujuan yang sama.
Kau berbicara padanya.
Kau akan membiarkannya?
Dia memang seharusnya sudah tahu.
Aku benar-benar siap membunuh si tua itu dengan tanganku sendiri.
Aku merasa dadaku sakit. Apa sesuatu terjadi padanya?
Recent log miliknya diisi dengan nomor gadis itu. Apa dia pengganggu? Apa harus kuhabisi?
Jimin berhenti membaca pesan, tidak ingin menggeser lagi dan membaca lebih banyak. Melihat nama Ahrin di pesan yang diterima membuat Jimin gelisah. Kalau begini, pilihan yang dia buat memang benar. Ahrin benar-benar harus menjauhi Taehyung karena Taehyung itu ancaman.
Langkah kaki Jimin berhenti begitu dia sampai di depan pagar panti asuhan. Baru saja dia membuka pagar, Nahyun sudah berteriak, memanggil namanya keras selagi kedua lengannya terangkat ke atas, melambai ke arah Jimin.
''Kak Jimin pulang!''
Teriakan Nahyun seketika membuat senyum di bibir Jimin mengembang. Laki-laki itu sudah siap melangkah masuk, tapi suara lain di belakang membuatnya spontan berbalik.
''Jimin!''
Begitu berbalik, Jimin langsung mendapati Ahrin di belakangnya. Rambut gadis itu kelihatan sangat berantakan, napasnya kedengaran tersenggal. Biar Jimin coba tebak. Gadis ini berlari mengejarnya? Mengejar dia?
''Kenapa jalanmu cepat sekali, huh?''
Ahrin mulai mengeluarkan protesnya selagi punggungnya membungkuk serta tangannya yang kini berada di kedua lututnya. Kepala Ahrin kini mendongak, memandangi Jimin kesal.
''Kau pergi seenaknya. Aku butuh penjelasan, moron!'' Nampaknya Ahrin terlalu kesal, sampai dia mengumpat dalam kalimatnya. Mendengar umpatan yang Ahrin keluarkan membuat Jimin terdiam sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prodigy ♤ (✓)
Fanfiction[AVAILABLE ON GOOGLE PLAY STORE/PLAY BOOK] [Full version for sale only.] Sebelumnya, yang kutahu Park Jimin hanyalah anak nakal yang jadi bahan omongan siswa lain. Dia tidak punya teman, dan dia bahkan tidak punya bakat. Dia aneh. Tapi hari itu, aku...