Park Jiyoung bergumam kecil sambil menggandeng tangan kecil Jimin. Sesekali pria paruh baya itu bersiul dan melemparkan senyumannya kepada semua orang yang ia jumpai di kantor kepolisian.
''Wah, Pak Park. Hari ini kau membawa Jimin ke kantor?''
Salah satu bawahannya, Moon Jongup, tersenyum sebelum berjongkok dan menyamakan tingginya dengan anaknya, Jimin.
''Hei, sobat kecil. Akhirnya bisa ke sini juga, ya?''
Kepala Jimin langsung mengangguk antusias. ''Hali ini Ayah sudah janji,'' katanya dengan bersemangat kemudian menolehkan kepalanya pada sang ayah, ''iya kan, Yah?''
''Ayah sudah menepati janji kalau begitu.''
''Besok ke sini lagi, ya?''
Reaksi dari Jimin membuat Jongup tertawa. Laki-laki itu mengacak rambut Jimin gemas. ''Sepertinya kau lebih tertarik dengan kantor kepolisian dibanding taman bermain, ya?''
''Kalau di sini ada Kak Jongup. Aku bisa belmain dengan Kak Jongup. Ya, 'kan? Ya, 'kan?''
''Padahal kau tinggal menelponku lho. Aku sudah pernah memberimu kartu namaku. Atau jangan-jangan...''
Jimin tertawa kecil dengan kepalanya yang tertunduk. Dua detik kemudian dia menunjukkan giginya sambil tersenyum lebar. ''Waktu itu basah saat Bibi mencuci baju, kartunya ada di dalam saku.''
''Astaga, Jim. Kau ini.'' Jongup pura-pura kesal. Meski begitu, dia masih tersenyum pada si kecil Jimin. Di saat keduanya masih tertawa, Kim Jaehyun mendatangi Jongup, Park Jiyoung, dan juga Jimin.
Awalnya Jimin menundukkan badannya begitu sang ayah berkata, ''Nah, ini teman Ayah. Beri salam dulu, Jimin-ah.''
Hanya butuh beberapa detik bagi Jimin untuk mengalihkan pandangannya pada anak kecil yang tengah berdiri di samping Kim Jaehyun.
''Taehyung, kau datang juga?'' tanya Jongup begitu melihat anak kecil lainnya yang sudah cukup dia kenali.
Anak kecil itu mengangguk kecil. Genggaman tangannya pada sang ayah, Kim Jaehyun, semakin kuat.
''Tumben Taehyung dibawa kemari,'' komentar Park Jiyoung yang langsung disambut dengan gumaman dari Kim Jaehyun.
''Aku baru menjemputnya dari rumah kakeknya. Karena ada barang yang ketinggalan, sekalian aku membawanya kemari.''
Dan di situ Park Jiyoung hanya mengangguk seakan paham.
Park Jiyoung kemudian menepuk pundak kecil Jimin dan berbisik. ''Taehyung dan kau seumuran, lho. Kalian bisa jadi teman baik.''
Yah, Jimin awalnya malu-malu. Tapi dia sudah diajarkan oleh Ibu, kalau menyapa seseorang itu lebih baik dibanding disapa. Mengawali sesuatu yang baik itu hal yang hebat.
Jadi Jimin melangkahkan kaki-kaki kecilnya, menatap anak kecil yang berdiri di samping Kim Jaehyun dan mengulurkan tangannya. ''Halo. Aku Jimin. Park Jimin.''
''Taehyung.'' Anak itu menjawab pelan, namun dia tetap menjawab pertanyaan Jimin. ''Kim Taehyung.''
Di samping acara perkenalan Jimin dan Taehyung, seorang laki-laki paruh baya lainnya menghampiri mereka. Jimin cukup terkesima. Perhatiannya pertama kali terfokus pada mata dari laki-laki itu.
Wah, mata paman itu... abu-abu..
''Sedang ajang pamer anak?'' ujar laki-laki itu sambil tersenyum. Matanya kemudian tertuju pada Jimin. ''Park Jiyoung, ini anakmu?''
''Tentu saja. Tampan, bukan?''
''Lebih tampan darimu,'' celetuk laki-laki itu lagi sebelum tertawa dan mengelus kepala Jimin. Yang Jimin lakukan hanya diam. Perhatiannya tak kunjung lepas dari laki-laki bermata abu-abu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prodigy ♤ (✓)
Fanfiction[AVAILABLE ON GOOGLE PLAY STORE/PLAY BOOK] [Full version for sale only.] Sebelumnya, yang kutahu Park Jimin hanyalah anak nakal yang jadi bahan omongan siswa lain. Dia tidak punya teman, dan dia bahkan tidak punya bakat. Dia aneh. Tapi hari itu, aku...