Tak bisa Taehyung pungkiri kalau pada awalnya dia takut. Perasaannya mengatakan kalau ada yang berbeda dari Ahrin. Taehyung bahkan takut kalau gadis itu tidak mau menemuinya atau bahkan menghindarinya.Tapi untungnya semua itu hanyalah prasangka buruk dari pikirannya. Dia jadi merasa bersalah karena memikirkan hal buruk tentang Ahrin, sedangkan gadis itu sendiri suah berdiri di depannya, tersenyum seperti biasanya.
Oh, tunggu dulu. Ada yang berbeda di sini.
Tatapan dan juga senyuman yang Ahrin berikan kali ini... apa hanya perasaan Taehyung saja?
''Padahal lebih baik aku yang ke atas.'' Taehyung akhirnya membuka percakapan. Dia tertawa kecil sebelum melanjutkan, ''Mau ke taman?''
''Taman?''
Taehyung mengangguk kecil. Tangan kanannya seketika terulur ke depan, meraih tangan Ahrin dan menggenggamnya.
Jujur saja Ahrin ketakutan. Apa yang mau Taehyung bicarakan di taman? Apa jangan-jangan ada bom di sana? Astaga. Astaga. Rasanya Ahrin ingin berteriak dan lari secepat mungkin.
Tapi kembali dia mengingat dirinya sendiri kalau dia tidak boleh termakan ucapan Jimin. Apa iya Taehyung pelaku bom itu? Tidak. Tidak. Taehyung terlalu baik. Laki-laki ini lebih cocok jadi idol yang muncul di layar televisi dibanding penjahat yang muncul dalam headline news.
Sambil meyakinkan dirinya sendiri, Ahrin balik menggenggam tangan Taehyung. Kepalanya menunduk untuk beberapa saat dan mengangguk, memberi tanda kalau dia akan mengikuti Taehyung.
Taehyung tidak ingin memikirkan hal yang buruk tentang Ahrin, jadi dia memilih untuk mengabaikan semua firasat anehnya dan membawa Ahrin ke taman.
Begitu sampai, Taehyung memilih untuk di susunan bebatuan yang cukup besar. Tangannya melepas Ahrin lalu bertanya, ''Sudah makan siang?''
''Sudah,'' jawab Ahrin. ''Kau sudah?''
Taehyung mengangguk pasti.
''Ngomong-ngomong, ada yang ingin kutanyakan.''
Here it comes, Rin. Brace yourself.
Ahrin berusaha sebisa mungkin untuk menyembunyikan kekhawatirannya. Satu-satunya doanya saat ini hanya agar Taehyung tidak mengungkit masalah soal bom, makan siang waktu itu, dan juga apapun mengenai kepribadian ganda.
Dia tahu memang tidak salah berharap. Tapi di saat kita berharap, itu berarti kita juga harus siap untuk kecewa.
Sayangnya, Ahrin belum siap untuk kecewa. Dan ketika Taehyung kembali mengeluarkan suaranya, guratan ketakutan itu perlahan muncul di wajah Ahrin.
''Apa ada sesuatu yang terjadi saat kita makan waktu itu?''
''Eh?''
Melihat reaksi Ahrin, Taehyung mulai merasa sedikit tidak nyaman. Apa ini berarti Ahrin tengah menutupi atau menyembunyikan sesuatu? Atau... V memang muncul waktu itu?
''Kau tidak perlu takut untuk jujur, Rin.''
Kata-kata itu terlantun begitu lembut dari mulut Taehyung. Tapi di telinga Ahrin, kalimat itu justru membuatnya semakin takut. Dia bukan hanya takut akan sisi lain dari Taehyung, tapi dia takut apa yang dia lakukan sekarang justru akan mengecewakan Taehyung.
Apa yang akan kulakukan sekarang? Apa?
Dalam hati Ahrin menjerit. Tubuhnya sekarang terasa mulai berkeringat.
''Waktu itu kau pulang, Tae.'' Ahrin berusaha tersenyum, meskipun kenyataan mengatakan kalau dia baru saja berbohong.
Ya, dia baru saja berbohong.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prodigy ♤ (✓)
Fanfiction[AVAILABLE ON GOOGLE PLAY STORE/PLAY BOOK] [Full version for sale only.] Sebelumnya, yang kutahu Park Jimin hanyalah anak nakal yang jadi bahan omongan siswa lain. Dia tidak punya teman, dan dia bahkan tidak punya bakat. Dia aneh. Tapi hari itu, aku...