''Jim... are you serious?''Ahrin langsung menolehkan kepalanya ke arah Jimin. Matanya membulat, sementara gadis itu sendiri bisa merasakan betapa merindingnya bulu kuduknya sekarang.
Dia masih tidak mengerti. Dari awal, dia bahkan tidak bisa menerima ucapan demi ucapan Jimin yang masuk ke dalam rongga telinganya.
Taehyung pelaku bom di sekolah.
Jimin merupakan Hamlet di video yang booming itu.
Apa hubungan mereka berdua? Dan kenapa harus... mereka?
''Kalian bersekongkol?'' tanya Ahrin yang masih keheranan. Seingatnya, dan dia yakin akan hal ini, Taehyung dan Jimin tidak pernah bersama. Jangankan Taehyung, Jimin bahkan tidak pernah bersama siapa pun.
Ahrin memerhatikan Jimin lagi sebelum dia sadar akan satu hal.
Oke, sekarang aku bersamanya.
''Kami tidak bersengkongkol, sih,'' Jimin mulai angkat bicara, ''tapi aku juga bukan penghalang baginya. Aku tahu rencana soal bom yang Taehyung buat. Itu sebabnya aku menjadi Hamlet.''
''Untuk apa? Menyelamatkan orang?''
''Secara tidak langsung,'' koreksi Jimin cepat. Laki-laki itu menyilangkan kedua lengannya di depan dada sebelum menghembuskan napasnya kasar.
Jimin tahu betul, orang yang mendengar semua perkataannya tidak mungkin percaya dengan mudah. Apalagi gadis di sampingnya ini yang notabenenya teman Taehyung. Bahkan Jimin kira mereka lebih dari teman. Setelah tahu dugaannya salah, untuk alasan yang tidak jelas Jimin merasa begitu lega.
Ahrin mencoba untuk menenangkan pikirannya dan menerima sedikit demi sedikit ucapan Jimin. Sebagai gantinya, gadis itu kembali bertanya, ''Kenapa kau tidak mencegah bom itu? Kau tahu, 'kan?''
''Tadi sudah kubilang kalau aku bukan penghalang bagi dia... bukan begitu?'' Jimin justru balik bertanya. ''Aku memang tidak menghalanginya. Yang kulakukan hanya memastikan agar korban tidak ada.''
Ahrin memandangi Jimin tidak mengerti.
''Aku tahu awalnya beberapa orang hanya mengira itu video amatiran. Tapi kalau memang itu video amatiran, seharusnya aku berada di kepolisian sekarang karena melakukan kejahatan cyber.''
''Kukira polisi tidak begitu memerhatikan video seperti itu,'' komentar Ahrin. Kali ini ekspresinya sedikit lebih santai dibanding sebelumnya.
Jimin hanya bisa terkekeh kecil sebelum mengangkat sedikit bahunya. ''Kalaupun mereka mencari, mereka tidak akan bisa. Aku menghapus alamat IP-nya*.''
(*Internet Protocol Address.)
Ah, Ahrin pernah dengar soal ini dari film dan komik detektif yang dia baca. Agar tidak tertangkap, biasanya seseorang akan menghapus jejaknya dengan menutupi akses jaringan yang dia pakai. Itu yang Ahrin tahu.
Dan satu lagi. Biasanya yang melakukan hal semacam itu adalah....
''Jimin....''
''Hm?''
Ahrin menatap Jimin dalam sebelum suaranya kembali terdengar. Kali ini, lebih pelan dari sebelumnya, tapi frekuensinya cukup untuk didengar telinga Jimin.
''Sebenarnya... kau ini siapa?''
Jimin tersenyum kecil. Memang tidak ada yang salah dengan senyuman itu, hanya saja... Ahrin merasa ada makna tersendiri dari senyuman yang Jimin berikan.
Entah apa itu. Yang jelas, senyuman itu—
''Aku Hamlet.''
—membuat Ahrin merasa sedikit ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prodigy ♤ (✓)
Fanfiction[AVAILABLE ON GOOGLE PLAY STORE/PLAY BOOK] [Full version for sale only.] Sebelumnya, yang kutahu Park Jimin hanyalah anak nakal yang jadi bahan omongan siswa lain. Dia tidak punya teman, dan dia bahkan tidak punya bakat. Dia aneh. Tapi hari itu, aku...