"Seungcheol mana?" tanya Sia begitu gue dan Mingyu nyamperin dia yang masih terbaring di ruang tindakan.
"Dia lagi nyari tiket pesawat." jawab gue, "Elo sabar ya..." gue ngelus kepala Sia.
"Argh!!" jerit Sia, kayaknya dia kontraksi lagi. Tangannya langsung nyengkrem kaosnya Mingyu.
"Sia! Sia!" Mingyu panik gara-gara Sia mulai narik-narik kaosnya.
"Arghh!! Ini sakit banget, Gyu!! Auuww!!" Sia teriak kesakitan.
Dokter langsung nyamperin dan meriksa Sia, "Masih bukaan tiga. Sabar ya Bu.." kata dokter itu.
"Hah? Masih lama dok?" tanya gue yang kasian sama Mingyu yang udah pasrah gara-gara Sia yang terus narikin kaosnya.
"Paling sejam dua jam lagi." jawab dokternya.
"Argh!! Seungcheol mana sih?!! Istrinya mau ngelahirin kok dia gak ada?!" Sia mulai ngomel dan tetep narikin kaosnya Mingyu.
"Adauw! Sia! Kenapa kaos gue doang sih yang ditarik?!" Mingyu protes.
"Yaudah, gue coba telepon Seungcheol ya.." gue keluar dari ruangan dan nyoba nelpon Seungcheol, "Halo?"
"Ra, gue lagi di bandara. Ini bentar lagi gue boarding. Mungkin dua jam lagi gue sampe disana. Kabarin ya kalo anak gue lahir."
Klik! Seungcheol nutup teleponnya.
Buset dah...
Gue aja baru bilang halo..
"Ara!"
Gue noleh dan ngeliat orangtua gue jalan ngehampirin gue. Karena orangtua Seungcheol dan Sia yang tinggal di luar negeri, mungkin mereka semua baru sampe sini besok pagi.
"Gimana keadaan Sia?" tanya Bokap gue.
"Bayinya udah lahir?" tanya Nyokap.
"Bayinya belum lahir, bukaannya belum sempurna. Mungkin sejam atau dua jam lagi." jawab gue, "Masuk aja, Sia ada di dalem sama Mingyu."
Orangtua gue masuk ke dalem buat ngeliat keadaan Sia sementara Mingyu manfaatin kesempatan itu buat keluar. Keadaan Mingyu lebih berantakan dari yang tadi. Kaosnya udah melar gara-gara ditarikin sama Sia.
"Gyu... kayaknya kamu harus ganti baju deh. Liat tuh, kaos kamu udah melar gitu." gue nunjuk kaos Mingyu sembari berusaha nahan tawa.
"Sia ganas banget sih!" Mingyu gelengin kepalanya, "Kenapa cuma kaos aku yang ditarikin?!"
"Mungkin bayinya tau kalo kamu omnya hahaha.." jawab gue asal.
Setelah itu, gue dan Mingyu nungguin Sia diluar ruangan sementara orangtua gue di dalem. Mingyu gak mau masuk lagi gara-gara gak sanggup kalo dijambakin mulu sama Sia.
Tiba-tiba orangtua gue keluar dan ngasih tau kalo Sia udah siap melahirkan. Sia juga nanyain keberadaan Seungcheol. Gue rasa Seungcheol masih ada di dalem pesawat karena hapenya masih gak aktif.
Aduh... semoga Seungcheol segera nyampe deh..
"Mingyu, Sia minta kamu nemenin dia sampe Seungcheol dateng." kata Nyokap.
"Hah? Saya Tan?" Mingyu nunjuk dirinya sendiri.
"Iyalah, kamu kan sepupunya Sia. Udah sana cepetan temenin Sia." Nyokap ngedorong Mingyu masuk.
Dan setelah itu gue bisa denger jeritan Sia yang mengeluh kesakitan dan Mingyu yang dijambakin sama Sia.
"Mami deg-degan..." kata Nyokap sambil mondar-mandir sementara Bokap gue memilih buat duduk di samping gue.
"Tenang aja Mi.. Pasti semuanya baik-baik aja kok.." gue berusaha nenangin Nyokap.
"Ini baru Sia yang ngelahirin loh. Gimana nanti kalo Ara.." komentar Bokap.
"Oh iya! Ara! Kapan kamu sama Mingyu mau nikah?" tanya Nyokap, "Jangan lama-lama ya... Mami sama Papi udah gak sabar mau nimang cucu."
Elah...
Gara-gara Bokap gue komentar nih..
"Ara!"
Gue noleh dan ngeliat Seungcheol lagi lari-lari ke arah gue dan orangtua gue.
"Hhh... Dimana Sia?! Hh..." tanya Seungcheol yang masih ngos-ngosan.
"Sia di dalem. Cepetan masuk!" suruh gue.
Setelah Seungcheol masuk, Mingyu langsung keluar. Dan kali ini dengan keadaan kaosnya robek di bagian lengan.
Anjir...
Sia..., cowok gue diapain ini...
"Loh? Nak Mingyu? Itu kaosnya kenapa? Kok robek?" tanya Bokap sambil nunjuk bagian kaos Mingyu yang robek.
Mingyu ngehela napas, "Ditarik Sia, Om.."
"Ya ampun..." Nyokap geleng-geleng kepala setelah denger jawaban Mingyu.
Gak lama, kedengeran suara tangisan bayi dari dalem. Gue dan semuanya menarik napas lega. Kayaknya bayinya Sia udah lahir.
Ralat, bukan bayinya tapi bayi-bayinya. Ya, Sia selama ini hamil anak kembar. Tapi gue belom tau sih jenis kelaminnya.
Seungcheol pun keluar dari ruangan itu dengan mata yang sembab. Pasti dia abis nangis.
"Cheol, gimana? Anakmu udah lahir kan?" tanya Nyokap.
Seungcheol ngangguk, "Udah, Tante. Cowo dua-duanya."
"Syukurlah..." kata Bokap, "Selamat ya Cheol.." Bokap nepuk bahu Seungcheol.
***
Hari ini adalah hari kepulangan Sia dan bayi-bayinya dari rumah sakit. Kita semua kumpul di rumah Eyang buat makan siang bersama sekaligus nyambut Seunghwan dan Seunghyun, anak-anak Seungcheol dan Sia.
Setelah Sia dan Seungcheol beserta Seunghwan dan Seunghyun nyampe di rumah Eyang. Orangtua Seungcheol dan Sia dan juga Eyang langsung berebutan buat ngegendong Seunghwan dan Seunghyun. Gue sama Mingyu cuma ngeliatin aja sambil geleng-geleng kepala karena tingkah laku para orangtua itu yang jadi kembali kayak anak kecil.
"Yang..." panggil Mingyu.
"Hmm?" sahut gue.
"Mau satu yang kayak Seunghwan atau Seunghyun. Bikin yuk!"
Buset ini orang... Ngomongnya enak banget! Kayak ngajak bikin nasi goreng...
"Bikin! Bikin! Nikah dulu tau!" seru gue.
"Yaudah, nikah yuk!" seru Mingyu.
Hah? Enak banget ngomongnya... Ini Mingyu ngelamar gue nih?
Tau-tau Mingyu udah berlutut dan ngeluarin cincin dari kantong celananya dan bikin semua orang yang ada, jadi ngeliatin kita berdua.
"Ra.. Aku tau kita pacaran baru setaun lebih. Tapi aku udah gak sabar buat ngebangun keluarga sama kamu. Cuma sama kamu. Aku tau ini gak romantis. But... Will you marry me?"
Gue speechless...
Gue gak nyangka Mingyu bakal ngelamar gue secepet ini.
Oh God.. I'm so happy right now...
"Terima! Terima! Terima!" seru Seungcheol sambil senyum-senyum ngeledek.
Tanpa pikir panjang lagi, gue langsung ngangguk, "Yes!"
Semua langsung tepuk tangan setelah gue bilang itu. Mingyu langsung makein cincin itu di jari manis gue dan dia pun langsung narik gue ke dekapannya.
"I love you.." bisik Mingyu di telinga gue.
"Love you too.." bales gue.
end
KAMU SEDANG MEMBACA
Single [Mingyu AU] ✔
Fanfiction[completed] Beneran pengen single atau emang gak bisa move on? • non baku • rasa lokal