| dua puluh lima

3.2K 286 4
                                    

Dari dulu, Dera dan aku adalah pasangan yang paling serasi dalam berbelanja.

Aku masih bisa mengingat kembali masa - masa saat kami berdua tidak bisa menahan hasrat belanja dan berhasil menghabiskan uang bulanan kami dalam satu hari, dan membuat kami harus super hemat selama satu bulan.

Ada banyak hal gila yang aku lakukan dengan Dera, dan wanita yang sudah menjadi hot mom ini masih mengerti aku luar dan dalam.

"Gue bilang apa, Surabaya bisa memenuhi keinginan belanja lo, ya walaupun gak kayak di Singapore sih," Ujarnya santai sembari mengeluarkan sebuah blouse biru dari sebuah rak.

"Ini bagus gak?" Tanyanya lagi.

Aku mengangguk, "Cocok kok," Jawabku jujur.

Sebuah blazer putih menarik perhatianku, berhasil membuatku gesit dalam mengambilnya.

"Ini gimana?" Tanyaku.

Dera menoleh, meneliti blazer yang kupilih seolah itu adalah hal penting yang harus ia lakukan.

"Gue rasa bagus, lo masih suka pakai blazer ya?"

Aku mengangguk, mengiyakan perkataannya.

"Nyari baju gak harus yang keliatan professional terus loh, lo juga bisa dandan kasual, kayak sekarang gini,"

Ucapannya berhasil membuatku melirik pakaian yang sedang kupakai dan menyadari bahwa aku mengenakan kaos dan jeans santai.

"Haruskah gue cari model baju lain?"

Ia mengangguk semangat, "Baju lo itu membosankan tau. Lo terlalu strict sama kehidupan lo, sampai gak sadar dengan apa yang ada disekitar lo, Rania,"

Balasnya dengan panjang lebar.

Aku mendelik, "Ini ceritanya lo masih mau ceramah?"

Ia tertawa pelan membalas perkataanku.

"Gak juga, yang beginian gimana?"

Ia memilih sebuah dress panjang tanpa lengan yang terlihat manis. Aku mengernyit melihat pilihannya.

"Lo kira gue lagi di Bali?"

"Gak usah lebay deh, emang di Bali doang bisa makai pakaian model begini, pakaian begini cocok untuk lo, apa lagi pas perut lo besar nanti,"

Aku membesarkan mata mendengar kalimatnya yang terdengar begitu santai.

"Lo tau kalau gue-"

"Lagi isi? Semua orang bisa nebak deh, ya walaupun belum keliatan sama sekali sih,"

Ia menunjuk kearah perutku.

"Sebegitu kelihatannya?"

"Ya gak juga sih, tapi kalau lo nanya hot mom kayak gue yang udah pernah ngalamin, jelas tau lah,"

Aku termenung sendiri mendengar pernyataan Dera, sementara aku bahkan baru mengetahuinya dua puluh empat jam yang lalu.

"Gimana? Mending lo ganti pakai dress ini, lebih lucu gimana gitu,"

Dera adalah orang yang cerewet. Sepertinya aku harus mengingatkannya untuk tidak terlalu berisik.

"Cepetan ya,"

Dan sebelum aku mendengar kalimat tidak penting darinya, dengan cepat aku menuju ruang ganti.

Menyelamatkan diri.

***

"Lo sebenarnya ada masalah apa sih?"

Kali ini aku meragukan Dera sebagai manusia biasa, ia terus mengatakan kalimat yang membuatku berjengkit mendengarnya.

Seolah ia mengetahui segalanya.

"Kok ngomongin masalah, hidup gue gini - gini aja kok," Ucapku santai.

"Gue tau lo ada masalah Rania,"

Aku menjulurkan kakiku bergantung pada salah satu penyangga meja. Masih tidak habis pikir kenapa Dera membawaku ke dalam kafe anak muda ini.

Beberapa pasangan muda, sekelompok siswa yang sedang belajar atau sekedar hangout memenuhi kafe yang berisi makanan manis ini.

"Harus ya kita di kafe beginian, anak muda semua ini,"

Kataku sedikit rewel.

"Lo masih suka mengubah topik pembicaraan ya,"

Spontan aku tertawa mendengar perkataan jujurnya.

"Ketika kita grow up kayak gini, masalah udah jadi hal yang sehari - harinya harus dihadapi, Der," Jawabku dengan bijak. Meski aku sangat tidak yakin dengan apa yang aku katakan.

"Masalah itu harus diselesaikan, bukan dibiarkan, paham?"

Aku mengangguk mendengar Dera yang memperlakukanku seperti anak kecil.

"Rania, coba lo liat ke sebelah kanan, gue berasa familiar sama wajahnya,"

Aku menolehkan wajah kearah yang ia maksud. Seorang pria berjalan dengan seorang anak remaja yang aku kenal baik sebagai adiknya.

"Kak Rania,"

Ucap gadis itu histeris melihatku. Ia mendatangi dan memelukku erat, sementara mataku tertuju pada satu orang yang juga memberikan senyumnya padaku.

Kenapa kehidupanku dipenuhi dengan kebetulan?

***

Haiii... Aku menyelesaikan part ini selama dua jam nunggu orangtua ku yang sibuk di kantor pajak. Lol.

Bagaimana menurut kalian? Please give me feedback so I coud improve my writing skill.

Ada yang bisa nebak pria yang disebut itu siapa?

Mountain Commitment (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang