| empat puluh satu

3.7K 307 31
                                    

"Apa Alex sudah mencintai kamu, mbak?" Tanya Mara secara gamblang padaku.

Dan meski sedikit menyesali ajakannya untuk makan siang, aku berusaha memberikan ekspresi ramah padanya.

"Menurut kamu?" Tanyaku balik dengan nada menantang.

"Aku belum menghubungi Alex sama sekali, karena aku menghormati kamu, mbak," Jawabnya pelan.

"He was crying, for me, in front of me, bukankah itu berarti aku sudah memenangkan hatinya?" Kataku dengan senyum percaya diri.

Setelah Alex menangis saat itu, aku merasa yakin bahwa aku punya sesuatu yang hanya aku bisa lakukan. Membuatnya menangis untuk saat ini.

"Itu bagus, ada orang lain yang bisa membuatnya menangis selain aku," Nada perkataan Mara terdengar sedikit sedih dan kecewa.

Sebagai perempuan, dan setelah mengetahui alasan dia harus pergi meninggalkan Indonesia. Aku mengerti mengapa ia masih berharap. Karena lelaki itu sangat mencintainya dulu, sampai tahun berlalu ia tidak mencari pengganti Mara. Bahkan aku, aku bukanlah pengganti Mara untuknya.

Hanya seorang teman yang kebetulan memiliki cerita yang hampir sama, dan kami berada di putaran kesempatan yang tepat.

"Kamu bisa mencari orang lain, Mara. Apa kamu yakin tidak ada seorangpun selama kamu di sana?" Ucapku melembut. Aku mencoba memulai pembicaraan wanita pada wanita.

Ia menggeleng, memberikan senyum tipis, "Sama sekali tidak pernah, mbak, aku sangat mencintainya,"

"Kamu menyesal?" Tanyaku padanya.

"Menyesal?"

"Menyesal meninggalkan Alex di negara ini?"

Ia tersenyum, "Tidak, karena jika ia sangat mencintaiku, ia akan dengan mudah mengunjungiku di Amerika sana,"

Ucapannya benar juga. Mengapa Alex tidak pergi kesana sementara ia bisa mengunjungi Mara dengan mudahnya?

"Mbak penasaran ya?"

Aku memilih hening, tidak ingin kentara dengan pertanyaannya.

"Aku menyakitinya,"

"Apa yang kamu lakukan?" Mara tertawa kecil dengan reaksiku yang serius.

"Dari dulu, dia adalah orang yang sama. Pemberani, petualang tapi tertutup. Dia punya dunianya sendiri, caranya sendiri dalam menjalani hidupnya, berbeda dengan aku," Wanita ini memulai cerita.

Aku menyimak, menunggu kalimat selanjutnya.

"Aku orang yang ceria, usiaku juga jauh dibawahnya, aku mengenal dia sejak kecil, saat kedua orangtua kami makan malam bersama beberapa waktu sekali,"

"Aku penuntut. Dia selalu menuruti keinginanku, semua yang menjadi kebahagiaanku ia turuti. Tapi aku lupa kalau dia orang yang sulit,"

"Tapi satu hari, dia melakukan hal paling gila yang pernah kubayangkan. Membawaku ke Singapore, dengan makan malam romantis, tempat penuh musik dan bunga, sesuatu yang selalu aku inginkan,"

"Dia melamarku. Hari itu. Saat dimana aku ingin memberitahunya tentang kuliahku. Aku rasa dia sangat kecewa dengan aku, setelah dia melakukan semuanya untuk aku, aku dengan mudah meninggalkan dia,"

How could this young girl broke your heart that way, Lex?

"Aku kembali karena aku sudah menyelesaikan sekolahku. Harap - harap cemas dia masih mencintaiku, seperti yang selalu Mama bilang, sepertinya aku salah," Katanya menyesal.

Tentu saja kamu salah, Mara. Itu adalah hal paling keterlaluan yang pernah aku dengar dalam cinta.

"Jika memang mbak bisa buat Alex bahagia, kenapa tidak? Tapi jangan sakiti dia lagi, aku tidak ingin dia terluka lagi,"

"Tidak akan pernah, Mara. Aku bukan kamu,"

****

Laki - laki itu belum pulang dari pekerjaannya. Sementara aku sudah hampir tertidur di sofa ini, menunggu dia pulang. Mengapa laki - laki ini lama sekali?

Aku sudah mengurangi pekerjaanku sedikit demi sedikit, mengerjakan sebagian pekerjaan dari rumah. Pergi ke kantor untuk bekerja akan terdengar egois untukku. Karena sekarang aku tidak lagi hidup sendiri.

Adakah seseorang disini yang bisa membayangkan bagaimana kehidupan berubah dalam waktu singkat? Bagiku, aku dan Alex berjalan singkat.

Kami berkenalan, menikah, komitmen lalu tiba - tiba muncul segala drama dalam satu waktu.

Alex tidak mungkin kembali dengan Mara. Ia sakit hati dengan perempuan itu. Tapi apakah tidak ada kesempatan untuk laki - laki ini jatuh cinta kepadaku?

Aku harap akan tiba saatnya. Seperti aku menunggunya saat ini, berapapun lamanya aku harus menunggu. Ia pasti akan datang.

***

I'm graduate guys! For the second time in high school. LOL.

Gimana menurut kalian bagian ini?  I wrote this in just 15 minutes. I hope you guys enjoy.

Ngomong - ngomong, aku mau bertanya, adakah dari kalian yang pernah menyesal? Apakah penyesalan itu berlalu begitu saja?  Atau kalian berharap semuanya terulang?

Answer me. Please.

Terima kasih sudah membaca. Love, Vanessa.

Mountain Commitment (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang