Lima

8.5K 760 42
                                    

Kakak beradik Pradana menghabiskan malam sambil bermain Call of Duty: Black Ops III di playstation. Sebenarnya hanya Idam yang bermain sedangkan sang adik hanya berbaring di kasur sambil terus mengoceh.

"Kenapa coba harus beli besok? Nanti saja kalau sudah balik" gadis itu merengut.

"Lebih cepat lebih baik" kata Idam dengan mata yang masih terfokus ke layar tv.

"Iya tapi jangan ganggu waktu aku juga kali Mas"

Idam menyelesaikan permainannya dengan menang tipis kemudian menatap adiknya dengan jengkel, "Kalau Mama gak sibuk gak bakalan juga ngajak lo kali. Lusa juga Mas sudah mau balik Sydney, gak bakal kangen lo?"

"Kangen peang. Lama-lama disana juga gak apa-apa, seneng banget malah. Tapi kasian sama teman aku Mas, taukan siapa?" goda Cikita. Dia akan balik ke Sydney, kira-kira apa tanggapan Erisa jika diberitahu hal ini. Dari dulu Idam ingin memberitahu Erisa jika dia akan balik ke Sydney, tetapi tidak pernah kesampaian. Idam takut akan tanggapan gadis itu. Bagaimana jika Erisa memang acuh dan tak peduli? Bagaimana jika tanggapannya tentang ketertarikan gadis itu kepadanya adalah salah? Idam bakal berenang sambil memakai sarung jika itu terjadi.

"Tiba-tiba Mas jadi mikir sesuatu" Cikita membetulkan posisinya. Ia tahu kakaknya mulai mengalami man problem. Yang biasanya akan dia bantu dengan senang hati.

"Mas berangkat lusa. Dekat sama dia aja bisa dikatakan so far. Masalah perasaan Mas untuk dia gak usah diragukan lagi. Nah sebaliknya, mastiin anak itu susah banget. Berasa tinggal diluar tembok Cina"

Cikita tertawa terbahak-bahak hingga muncrat, dia sedang menonton serial tv anak muda yang lagi dilema dan si pemeran pria berasa mellow "Mas kok gue berasa lo kayak banci yah? Padahal muka kayak aktor korea, badan beda tipis sama cowok di iklan susu pembesar otot"

"Kasih solusi dek. Solusi" kata Idam penuh penekanan. Ia tak mau mengambil pusing dikatai banci atau apapun itu.

"Add facebooknya, Instagramnya, Twitternya"

"Tapi Mas gak punya sosial media begituan" Cikita lantas menepuk jidat.

"Susahnya punya kakak gaptek"

Entah mereka sadar atau tidak kalau percakapan di atas terlalu banyak kata 'Nya'.

Cikita mengambil ponsel kakaknya. Kemudian mendownload beberapa aplikasi sosial media. Idam pernah melihat teman-temannya di Sidney pernah menggunakan aplikasi yang diinstal Cikita.

"Ini facebook. Bisa posting tulisan, foto dan video. Daftar gih, masukin nama lengkap, e-mail, sama password" Idam menatap aneh ponselnya. Ia hanya tau menggunakan whatsapp. Dan itupun baru setahun.

"musti huruf besar atau kecil?"

"Sembarang" Idam mengetik beberapa huruf serta angka. Dengan bantuan dari Cikita, ia berhasil mendaftar di media social tersebut.

"Mas tambahin teman" Cikita memberi arahan untuk pergi ke kolom pencarian. Kemudian ia mengetik namanya. Dilanjutkan nama ibunya dan ayahnya.

"Add Erisa juga" perintah Idam tidak sabaran. Cikita mengetik nama lengkap Erisa, kemudian muncul beberapa akun bernama sama. Cikita meng-add akun yang sudah berteman dengannya.

"Erisa Andrea" gumam Idam. Ia menghafalkan nama gadis itu baik-baik. Idam memperhatikan foto profil gadis itu. Bukan foto selfie, melainkan foto setengah badan dengan pose lucu.

"Dek gimana cara lihat data pribadinya?" Cikita menuntun kakaknya sekalian mengajari beberapa fitur agar setelahnya Idam tidak banyak bertanya.

"Buset! Tau begini dari dulu Mas sudah main facebook"

ACCISMUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang