Tiga belas

5.1K 490 6
                                    

Sesuai janji Idam, pria itu menjemput Erisa walaupun terlambat.

"Tadi ada sedikit masalah, sorry banget"

Ah, Erisa melihat pria itu masih berkeringat. Apakah Idam buru-buru menemuinya? Batin Erisa.

"Tadi aku juga ada sedikit kerjaan" bohong gadis itu. Erisa tidak mau Idam mengetahui kalau ia juga menunggu pria itu. Ada sedikit jeda hingga pria itu mengangguk.

"Kalau begitu sekarang kita berangkat" Idam mengambil ransel gadis itu dan menyampirkannya di bahu, kemudian menarik gadis itu agar mengikutinya.

"Hhmm.. kita mau kemana?" pria itu hanya memberikan senyum evilnya hingga memperlihatkan lesung pipitnya dengan jelas. Erisa mendengus,

"Dasar tukang pamer" gumam gadis itu.

...

Akhirnya Erisa kembali ke tempat yang bersejarah. Tempat kali pertama Idam menyentuh tangannya. Dulu Erisa sangat bertingkah bocah dihadapan Idam, kali ini Erisa harus lebih dewasa.

Idam menyerahkan popcorn berukuran medium dan cola dingin. Mereka masuk ke dalam theater 3. Kali ini Erisa ingin menonton film horor Indonesia. Sebenarnya dia sangat penakut, tetapi film ini sedang booming dan Erisa jadi penasaran.

"Sudah lama banget aku gak nonton film Indonesia"

"Kamu sudah banyak terpengaruh budaya negeri ginseng" Erisa mengiyakan tanggapan pria itu. Memang benar, pasalnya dia lebih sering menonton drama korea.

"Aku baca di Instagram, film ini diangkat dari kisah nyata. Benar gak Mas?" kata Erisa setengah berbisik. Lampu di ruangan sudah dimatikan, film baru saja dimulai sehingga gadis itu berbicara sambil setengah berbisik.

"Iya. Saya juga dengarnya begitu. Ada yang pernah kesurupan saat di premier"

Bulu nyawa Erisa mulai merinding. Jangan sampai ada hantu yang menggodanya. Bisa pipis di celana si Erisa.

"Kamu kenapa?" tanya Idam khawatir. Erisa memberikan tanda 'Ok' menggunakan jarinya.

Pintu rumah di ketuk, wanita itu membuka pintu namun tak seorangpun berdiri disana. Tiba-tiba angin bertiup. Lehernya berubah dingin seperti ada seseorang yang meniupnya. Sadar memang tak ada seseorang di depan pintu, wanita itu kembali menutup kembali pintu rumah hingga menimbulkan bunyi dencitan.

"Siapa sih yang iseng" gerutu wanita itu.

"Saya"

Satu studio berteriak histeris, begitupula Erisa. Jantungnya berdetak kencang sama kencangnya saat Idam menatap matanya.

"Segitu histerisnya kamu liat hantu bohongan" gadis itu tidak mengubris perkataan Idam. Dia masih syok melihat tubuh tak berkepala yang tertusuk besi di dadanya.

Suasana kembali tenang, sang pemeran di film masih melakukan pencarian. Erisa duduk gelisah menanti-nanti ada yang muncul mengacaukan pencarian pemeran utama.

"Ris" bisik Idam. Gadis itu menatap Idam dengan tanda tanya. Idam mengedikkan dagunya ke bawah. Erisa mengikuti arah itu dan hatinya terenyuh.

Telapak tangan Idam diletakkan di atas pegangan kursi dengan posisi terbuka, menunggu telapak tangan lainnya datang untuk digenggam. Mereka saling bertatapan. Lama-lama di tatap seperti itu wajah Erisa bisa berubah menjadi tomat.

ACCISMUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang