Empat belas

4.8K 458 4
                                    

Omelan Cikita diterima dengan lapang dada oleh Idam selagi pria itu menekan tombol call untuk kesekian kalinya.

"Kan apa aku bilang. Gak bakalan diangkat"

"Iya iya bawel"

"Mas Idam sih bego banget. Sudah aku ingetin tadi malam, tunggu di muka rumahnya sampai dia balik" kata Cikita mengingatkan.

"Sinetron banget" gadis itu mendengus. Kakaknya memang perlu masukan dalam hal ini.

"Tapi perempuan suka hal-hal romantis. Termasuk ngeliat cowoknya berdiri di tengah hujan semalaman untuk minta maaf"

"Mas hanya manusia biasa yang perlu makan dan istirahat buat ngumpulin tenaga untuk hari esok yang lebih baik" jelas Idam. Pria itu termasuk manusia normal yang berpikiran terbuka. Dia tidak akan bertindak bak aktor FTV seperti yang disarankan Cikita. Beberapa aspek yang dipikirkannya: 1) sudah tengah malam dan tidak pantas untuk bertamu dihadapan calon Ibu mertua; 2) besok harus sekolah dan lebih baik beristirahat agar dia tidak sakit untuk bisa menyelesaikan masalah. Urusan Erisa? Bisa diselesaikan besok hari. Namun pertimbangannya meleset ketika gadis itu tidak masuk sekolah ditambah lagi dia mendapatkan informasi kalau gadis itu sakit.

"Sakit apa sih Erisa?"

"Demam doang" jawab Cikita sambil berjalan ke kelasnya.

"Kelar kelas temenin Mas ke rumahnya"

"Gak perlu. Dia ke Bandung sama Ibunya"

...

Rumah nenek Cikita terletak di Ciwidey. Ada kebun stoberi dan kebun teh yang dikelola neneknya. Biasanya Erisa akan langsung berkeliling kebun teh jika datang kesini. Tetapi untuk saat ini Erisa hanya bisa menikmati pemandangan dari teras rumah neneknya.

"Erisa gak kedinginan? Pakai jaket nak" benar saja, hidung gadis itu meler karena udara dingin.

"Iya nek" gadis itu masuk ke dalam rumah dan memakai jaketnya.

Di dalam rumah ada Ibunya yang sedang memasak bersama Bi Sarti yang dipekerjakan di rumah Nenek. Bau wangi tercium dari dalam dapur.

"Masak apaan nih? Erisa jadi lapar"

"Sayur bayam dan ayam goreng mentega kesukaan neng Erisa" kata Bi Sarti. Bi Sarti sudah 10 tahun bekerja di rumah Nenek sehingga sudah mengenal kesukaan gadis itu dengan baik.

"Wuah.. kalau begini terus Erisa bisa gendut"

"Bagus toh neng. Neng Erisa harus makan yang banyak supaya cepat sembuh. Gendut bisa dikurusin"

"Bisa saja si Bibi. Kalau begitu Erisa bakalan makan yang buaaanyakkk selama disini"

Tanpa ba bi bu Erisa langsung melahap makanannya. Cuaca disini dingin dan beda dengan di Jakarta sehingga nafsu makannya bertambah. Untuk saat ini ia juga harus menyingkirkan perihal Mas Idam.

"Neng Erisa lagi ada masalah?" Uhuk.. hampir kesedak paha ayam.

"Gak kok"

"Kok makannya kayak orang lagi cemburuan"

"Uhuk.. uhukk..." gadis itu menegak habis air mineralnya. Rileks Erisa...rileks...

"Nahloh ketahuan sama Bibi"

ACCISMUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang