Prolog

32.2K 1.8K 58
                                    

Bukan masalah umur yang terlalu muda, bukan juga masalah keluarga yang melarangnya berpacaran. Jika ditanya 'kenapa?', dia hanya menjawab 'entahlah, gak tau, hm'. Erisa bukannya penyuka sesama jenis atau Bahasa kerennya lesbian. Dia sendiri tidak bisa menjelaskan kemauan dirinya.

"Eris, dia natap lo" Cikita menyenggol bahu Erisa yang kedua kalinya. Sang empu pura-pura tenang.

"Diem Ci" sambil berjalan ke kelas mereka berdua meninggalkan kantin. Sesekali Cikita menoleh kebelakang, setelah itu melaporkan apa yang dilihatnya.

"Serius dia masih liatin lo Ris" Erisa ingin segera menyumpal pasta gigi ke mulut sahabatnya itu. Erisa bertanya-tanya, sekian lama berteman dengan Cikita bagaimana bisa sahabatnya itu tidak mengenal sifatnya. Jantungnya hampir tergeser dari tempatnya saking dag dig ser.

"Cikiiiii! Gak nyadar dari tadi gue nge-blush?" Cikita mengelus dadanya, mereka baru saja sampai ke dalam kelas. Kini Cikita mengerti, ternyata sahabatnya dari tadi sok cool karena diliatin cowok cakep.

"Ampun mae.. gue gemes tau liatin lo kayak tadi. Gue kirain lo itu lagi telmi, budek, atau loading kelamaan" Erisa lompat-lompat di tempat, elus-elus pipi, hingga ngejambak rambut sendiri. Tertulis jelas dijidatnya kalua gadis itu sedang BA-HA-GIA dengan tulisan yang di caps-lock.

"Seriusankan? Dia liatin gue? Gak bohongkan?" Cikita tersenyum seram, kemudian mengangguk.

"Gak bohong? Gak salah lihatkan?"

"Enggakkk.. kan tadi lo juga liat sendiri" Cikita bersabar diri menghadapi alien dihadapannya. Untungnya mereka bersahabatan, jika bukan? Cikita bakal menjambak rambut Erisa hingga botak.

"Iya, tapi gue pengen mastiin. Suwer gak salah lihatkan?"

"Oh Gustiiii.. ampunilah dosakuuu"

"Tapi.. kok Dia masih mau ngelirik gue yah?" Erisa berpikir keras. Ia kembali mengingat kejadian kemarin sore.

"Lah, kok pertanyaan lo jadi gak nyambung gini"

"Iya, soalnya kemarin dia nembak gue"

"Whaaaattt? Sumpah?" beberapa anak di kelas memperhatikan mereka. Cikita segera merapat ke bangku Erisa.

"Iyah dia nembak gue. Gimana dong?"

"Yah terima geblek. Katanya naksir sama dia. Mikir aja kok susah" Erisa menatap nanar sahabatnya. Bukannya sakit hati dikatai geblek, tetapi Erisa sadar kalau yang terlampau super geblek.

"Tapi kemarin langsung gue tolakkkk"

"Kenapa ditolakkk?"

"Gak tauuuu"

ACCISMUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang