Sebelas

5.5K 564 4
                                    

Malu banget. Erisa sempat merasa bahwa ia akan ditinggal. Erisa pikir ia benar-benar akan dibuang oleh Idam. Dan ketika gadis itu bertindak, ia merasa malu. Erisa malu karena ketahuan ketergantungan. Ia malu ketahuan juga menaruh hati. Dan satu pertanyaan yang perlu dirinya sendiri jawab. Jika dia juga suka, mengapa ia harus malu?

Jawabannya adalah tidak tahu.

"Tadi sepatu saya diinjak kamu, talinya lepas makanya saya ikat dulu daripada nanti jatuh"

"Maaf gak sengaja"

"Tapi saya penasaran ekspresi kamu tadi saat saya lepasin ini" kata Idam sambil menaikkan genggaman tangan mereka. Erisa sangat bersyukur ruangan disekitar mereka gelap sehingga ekspresi kacaunya dia tertutupi.

"Ekhem"

Mereka melanjutkan perjalanan menyusuri lorong tersebut. Suasana horor kini tak lagi menakuti Erisa yang sedang dilanda cinta. Hanya perlakuan sederhana dari Idam saja sudah membuatnya bahagia.

"Saya senang, saat kamu balik menggenggam tangan saya. Saya merasa dibutuhkan" Benarkah? Erisa tersenyum mendengar hal itu. Syukurlah jika Idam senang. Erisa baru kali ini mengambil langkah yang tepat. Apakah selama ini Idam menunggu jawaban Erisa? Apakah Idam menunggu feedback darinya? Apakah selama ini Erisa terlalu egois?

"Mas Idam" samar-samar Erisa melihat wajah pria itu. Idam menoleh.

"Ada apa?"

"Ada yang mau aku bilang" sudah dari tadi bibir Erisa gatal ingin mengatakan hal ini, namun gadis itu terlalu takut. Ia bingung harus bilang agar dirinya lega, atau pura-pura bego hingga mereka keluar dari wahana ini.

"Apa?" ada jeda hingga Erisa sudah tidak tahan lagi.

"Ada yang ngikutin kita.. dari tadi.."

Idam menoleh ke belakang. Lebih tepatnya ke belakang Erisa.

"Jir" ini reaksi Idam saat kaget. Ya. Bahkan Erisa merasakan genggaman tangannya makin kuat.

"Kenapa?" Erisa mulai keringat dingin. Dari tadi dia tidak mau menoleh kebelakang.

"Hhmm..... itu...." Erisa memutar kepalanya dan betapa kagetnya dia. Di belakangnya tidak terlihat apa-apa... hanya saja saat ia melihat ke bawah.. ada suster ngesot tepat di belakangnya.

"Kyaaaa!!!!!"

"Auuuuu!!!!"

...

Mau bagaimana lagi. Jika disuruh tahan pun tidak bisa. Erisa hanya manyun dan membiarkan pria itu tertawa puas. Ya, Idam masih menertawakan Erisa yang menginjak tangan suster ngesot di wahana tadi.

"Kok bisa-bisanya kamu nginjak tangannya dia?"

"Yaa... kan refleks saja saking terkejutnya"

Idam mengajak gadis itu makan siang. Mereka memilih nasi goreng. Sebenarnya itu pilihan Erisa. Katanya lagi ingin makan nasgor nanas.

"Habis ini kamu mau naik wahana apa?" Erisa tertegun sebentar.

"Tornado, komidi putar, istana boneka, sama bianglala" Idam hanya tertawa sekilas kemudian mengangguk.

"Kamu gak suka mual kalau naik ketinggiankan?"

"Nggaklah" setelah Erisa amati dua kali ia makan bersama pria itu, Idam tipikal orang yang saat makan masih suka bicara. Agar tidak lupa, Erisa mencatat hal itu di note ponselnya.

ACCISMUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang