1

160K 5K 139
                                    

"Ia menyesal karena pernah mencintai Vino."

*

"Vinaa! Lo udah liat murid baru yang cantik itu belum?" Tanya Alika histeris. Vina yang baru masuk kedalam kelas terkejut melihat Alika yang sangat histeris. Kelas sudah ramai oleh murid-murid.

"Emangnya ada anak baru?" Vina bertanya balik. Ia baru tahu ada murid baru.

"Yaampun Na, lo ketinggalan banget, Dia cantik pokoknya, namanya Seli, gue udah stalk instagramnya dan sosmed lainnya," ucap Alika namun Vina tidak terlalu peduli.

"Segitunya banget lo," Vina tidak berniat untuk mendengar soal murid baru tersebut. Vina duduk di kursinya. Dengan bibir yang ditekukkan, Alika duduk di sebelah Vina seperti biasa.

"Gue liat website sekolah kita juga dia keterima dan dia seangkatan sama kita," ucap Alika.

"Vina! Gue belum bisa move on dari gebetan gue pas SMP," Ucap Alika kepada Vina. 

"Cari yang baru napa Al? Jangan bertahan di satu cowok yang gak pasti," Vina sudah bosan mendengar soal gebetan Alika di sekolah SMPnya dulu.  Topik curhatan Alika pasti tidak berubah-ubah. 

Mata Vina menatap Vino yang baru masuk kedalam kelas. Bajunya dikeluarkan, ia tidak memakai dasi, dua kancing diatasnya terbuka sehingga Vina bisa melihat kaus bewarna hitamnya, dan tas yang di gendong di bahu sebelah kanannya. Vino, cowok bertubuh tinggi dan putih ditambah jambulnya yang membuat para perempuan meliriknya. Namun sayangnya ia suka memainkan hati seorang perempuan. Mantannya tidak hanya satu atau dua, tetapi belasan ataupun puluhan.

Satu tahun yang lalu ia memang tertarik dengan Vino namun kini rasa tidak suka dan menjijikan muncul menggantikan rasa cinta dan sayang. Vina menatap Vino dengan wajah yang tidak ramah, sesekali Vino menatapnya namun ia langsung membuang mukanya, ia tidak mau meladeni Vina. 

Vino menghampiri teman-temannya yang berada di ujung sana. Dulu, Vina dekat dengan teman-temannya karena Vino, namun kini mereka tidak terlalu dekat.

"Vinaa! Pantesan curhatan gue gak di denger ternyata lo merhatiin.." ucapan Alika terpotong karena Vina sudah menatapnya tajam agar ia tidak melanjutkan ucapannya.

Seorang guru pun masuk ke kelas 11.IPS.6 namun kelasnya masih ribut hingga beberapa orang menyadari keberadaan guru tersebut. "Oke kita mulai pelajarannya," ucap Bu Sri ketika suasana kelas sudah sunyi. 

Dengan malas Vina mengeluarkan buku sejarahnya dari ransel yang bewarna merah muda. Kini Vina tidak niat untuk belajar. Sesekali Vina menatap Vino sekilas.

"Vino Cewek eh mantan eh maksudnya Vina dari tadi ngeliatin lu mulu," ucap Aji, temannya yang duduk di sebelahnya. Dari kelas 10 mereka berteman karena sekelas dan kini mereka di satukan lagi di kelas yang sama. Vino menatap Aji agar dia tidak membahas Vina lebih jauh.

"Guys kalian udah liat belum anak baru yang mau pindah ke sini?" Tanya Agi, temannya Vino juga yang duduk di belakangnya.

"Oh si Seli-Seli itu bukan?" Tebak Rizky. Agi mengangguk. Mendengar nama Seli, Vino jadi tertarik untuk mendengar percakapan mereka.

Sebenarnya Vino sudah gerak cepat terlebih dahulu dari teman-temannya. Seli adalah teman di SMPnya dulu, entah apa tujuannya akan pindah ke sini. Vino bertemu Seli hanya satu tahun karena Vino pindah ke sekolah lain, saat itu mereka tidak berkomunikasi sama sekali. Vino juga hanya menganggap Seli sebagai teman saat itu dan kini ia tertarik untuk meluluhkan hatinya.

"Gue udah stalk instagramnya, dia cantik tapi postnya dikit gitu," ucap Aji yang mulai ikut-ikutan dengan obrolan mereka.

Vino mengambil ponselnya dari saku celana lalu ia membuka line di bawah meja. Jari-jarinya menyentuh layar ponselnya sementara teman-temannya masih asik mengobrol.

Vino : Lo pindah kapan?

Sent. Mengechat cewek adalah salah satu hobinya. Ada beberapa anak perempuan yang disapa olehnya ada juga yang menyapa. Tak lama kemudian ponselnya bergetar, cepat-cepat ia mengecek ponselnya.

Seli : Emang kenapa?

Vino : Ya nanya aja

Seli : oh

Vino : Jawab pertanyaan gue

Seli : Gak tau

Vino : Ih

Buat Vino Seli agak galak meskipun cantik. Ia sudah lupa dengan sifat Seli yang dulu dan ia juga belum tahu Seli yang sekarang. Vino terus berusaha untuk meluluhkan hati Seli. Vino memasukkan kembali ponselnya kedalam saku sebelum Bu Sri menyadari hal tersebut. 

Di ujung sana, Vina berusaha menahan rasa ngantuknya. Di jam pelajaran Bu Sri pasti Vina merasa ngantuk. Jika ia tidur di kelas, bisa-bisa ia di hukum dan Bu Sri bisa marah besar. 

"Bosen banget!" Lidah Alika gatal ingin berbicara, ia mengatakannya agak keras sehingga orang yang berada di sekitarnya meliriknya, untung saja Bu Sri tidak mendengar ucapan Alika.

"Lagi ngapain lu?" Tanya Alika kepada Nala yang sedang menggambar di buku catetannya. Nala tidak menjawab pertanyaan Alika, ia hanya menatapnya. Tanpa harus dijawab Alika sudah tahu jawbannya, bodohnya ia bertanya. Nala adalah tipe orang yang irit kata-kata, ia jarang sekali berbicara bisa dikatakan pendiam namun sekalinya heboh ia pasti akan heboh banget.

Vina, Alika, Nala, dan Aura. Mereka selalu bersama dari kelas 10, entah kenapa guru-guru mempersatukan mereka lagi di kelas yang sama. Aura dan Nala sering menggambar di buku catatannya. Gambar mereka memang bagus. Sifat mereka juga tidak jauh berbeda. Ada satu hal yang bisa membedakan mereka, Nala yang anggun dan Aura yang agak beringas. 

Vina memperhatikan Vino yang sedang mengobrol dengan temannya, sesekali ia juga mengetik di ponselnya sambil tersenyum sendiri. Vina sudah tidak memiliki perasaan apapun kepada Vino. Hanya saja ia masih kesal. Ia menyesal karena pernah mencintai Vino.

Akhirnya bel istirahat pun berbunyi. Senyum semua murid pun mengembang seketika. Yang mereka tunggu-tunggu kini berbunyi. Bu Sri segera keluar dari kelas karena jam pelajarannya sudah habis.

"Nal, jajan gak?" Tanya Alika kepada Nala. Nala menggeleng. Lalu ia mengeluarkan tempat makannya dari tas. Ia segera membukanya, Semuanya terkejut melihat isi kotak makan Nala.

"Nala lo diet?" Tanya Aura kaget ketika melihat isi kotak makan Nala adalah salad. 

"Iya," Akhirnya ia menyebutkan satu kata. Sudah beberapa jam Nala menutup mulutnya rapat-rapat.

"Yaampun Nal, apa lagi yang mau dikecilin? tulang lo?" Tanya Vina sambil menepuk jidatnya melihat Nala. Badan Nala sudah ideal bahkan ia bisa dikatakan kurus. Tiap minggu ia selalu berlari di treadmill selama sejam. Nala juga jarang jajan di sekolah. Porsi makannya juga dikit. Nala tertawa geli mendengar pertanyaan Vina.

"Yaudah deh, dah Nala," Pamit Alika. Mereka bertiga segera pergi ke kantin.

"Vina kamu gak mau ngeceng cowok lagi gitu?" Tanya Alika.

"Gue lagi gak mau jatuh cinta aja," jawab Vina.

"Apa lo belom move on ya dari Vino?" Tebak Aura tiba-tiba.

"Ngaco," Vina selalu merasa sebal jika teman-temannya membicarakan tentang Vino. Tak lama kemudian Vino datang sambil merangkul seorang cewek. Ini hal yang sudah biasa Vino lakukan tiap jam istirahat dan ceweknya pasti selalu berbeda tiap harinya.

Vina tidak suka melihat Vino yang tebar pesona. Vina tidak cemburu. Hanya saja Vina malu pernah suka sama cowok semurahan itu.

"Si Vino masih aja ya suka rangkul-rangkul cewek, ceweknya ada berapa sih?" Alika melihat adegan tersebut.

"Cewek ma dia gak punya cuman korban bapernya ada ribuan," celetuk Aura. Biasanya jika Vino jadian dengan seseorang pasti beritanya akan nyebar satu sekolah. Vina bangkit dari kursinya. Seketika selera makannya hilang karena obrolan temannya.

*

Backstreet (END & PART MASIH LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang