30

31.5K 1.8K 29
                                    

"Jaman sekarang tuh ya semuanya bisa jadi cinta kali Na, yang sahabatan aja salah satu dari mereka pasti ada yang naksir apalagi temenan."

***

Sudah beberapa hari Vina tidak bersama Nala dan Seli. Padahal dulu Vina bersahabat dengan mereka. Bahkan  Vina, Nala dan Seli sudah jarang mengobrol di sekolah.

Seperti biasa Vina harus meladeni 'si boss' alias Vino terlebih dahulu. Vina membelikan Vino mie ayam seperti biasa.

"Mau kemana lagi?" Vino menahan Vina yang akan segera pergi setelah mengantarkan mie ayamnya. Vina seharusnya menunggu Vino sampai selesai makan karena dia harus mengembalikan mangkuknya kepada mang-mang yang menjual mie ayam.

"Mau ke Seli sama Nala dulu," ucap Vina.

"Lo taro sendiri yah mangkoknya, hari ini doang kok Vin, janji," lanjut Vina.

Vino mengangguk pasrah. Sekali-kali dia harus melepaskan Vina, dia harus ingat bahwa Vina juga memiliki hak. Sebenarnya Vino tidak sepenuhnya mengizinkan Vina pergi.

Senyum Vina melebar. Vina berterima kasih kepada Vino lalu dia segera menghampiri Nala dan Seli dengan perasaan gembira. Vina tidak menyangka Vino akan mengizinkannya. Padahal Vina tadi tidak memaksa Vino untuk mengizinkannya.

Dari kejauhan Vina bisa melihat Nala dan Seli yang sedang asik mengobrol di pojok kantin. Vina mempercepat jalannya agar cepat sampai.

Alika hari ini tidak akan bergabung bersama Vina di kantin. Alika harus mendatangi ketua OSIS di jam istirahat.

"Hai kalian," sapa Vina ketika dia telah tiba.

"Eh Na," Nala menyapa balik.

"Hai Na," Seli juga ikut menyapa.

Senyum Vina agak memudar. Reaksi temannya tidak sesuai dengan ekspetasinya. Vina bisa merasakan mereka telah berubah, entah Vina yang baperan atau memang nyata. Vina bahkan tahu bahwa senyum mereka palsu alias fake smile.

"Boleh gabung gak?" tanya Vina dengan agak sedikit tidak nyaman oleh Nala dan Seli yang tidak dia kenali sekarang.

"Hah? Gabung sama kita?" Nala malah bertanya balik.

Vina mengagguk sambil tersenyum. Dia masih berusaha untuk bersikap ramah di depan kedua temannya.

"Boleh-boleh," ucap Seli.

Vina segera duduk di bangku yang kosong tepatnya di sebelah Seli. Kedua temannya terdiam. Mereka sedang menikmati makanannya namun mereka terdiam tidak seperti biasanya. Bahkan sebelum Vina bergabung mereka terlihat asik berbicara.

Vina jadi ikut terdiam. Pikirannya tertuju pada dosa-dosa yang telah dia buat kepada temannya. Vina tahu pasti ada sesuatu yang membuat mereka seperti ini.

"Eh woy kapan-kapan main yuk," ajak Vina yang berusaha untuk mencairkan suasana.

"Hayu aja sih, kapan?" tanya Seli.

"Bebas, minggu ini mau gak?" tawar Vina.

"Minggu ini?" tanya Nala meyakinkan.

"Iya," jawab Vina.

"Minggu ini gak bisa Na gue, senin kan ada ulangan," ucap Seli.

"Iya gue juga Na," ucap Nala.

"Oh iya sih," Vina baru teringat hari senin ada ulangan.

"Kalo gitu belajar bareng aja gitu di rumah gue atau siapa, pasti seru tuh," ucap Vina.

"Umm gimana ya Na," ucap Seli sambil menatap Nala dengan tatapan yang sulit dimengerti oleh Vina.

Backstreet (END & PART MASIH LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang