22

36.3K 2.2K 19
                                    

"Cowok itu ditakdirkan untuk memulai, untuk mengejar bukan untuk menunggu. Jadi ya kejar aja. Lo gak akan kuat nunggu cewek yang lo suka nyamperin atau suka juga sama lo."

***

Vino menghembuskan nafasnya dengan berat ketika dia melihat mobil ayahnya terparkir sempurna di depan rumahnya. Ayahnya pulang sebulan sekali dan mengapa harus pulang sekarang.

Vino melangkahkan kakinya kedalam rumah. Dari kejauhan Vino bisa menebak bahwa ayahnya sedang makan bersama ibunya di meja makan. Vino menaruh surat dari sekolah di meja kerja ayahnya.

"Vino," panggil ayahnya.

Langkah Vino yang sedang menuju kamarnya terhenti. Vino berbalik lalu menatap ayahnya.

Ayahnya langsung bangkit dari kursi. Matanya sudah menandakan bahwa ia sudah beremosi.

"Kamu berantem yah? Apa-apaan ini," ucap ayahnya yang kini sudah tepat di hadapan Vino.

Vino terdiam sambil menundukan kepalanya.

Ayah Vino melihat sebuah surat di mejanya. Dia segera mengambil surat tersebut. Lalu dia baca surat itu di hadapan Vino.

Bisa terlihat bahwa sang ayah semakin beremosi. Matanya sudah memerah ketika dia membaca surat dari sekolah itu.

"Ini apa? Kamu mau jadi jagoan?" Tanya ayah Vino agak kasar.

"Anak kurang ajar," tamparan ayah Vino mendarat tepat di pipi Vino.

Vino meringis kesakitan sambil mengusap pipinya yang terasa panas akibat tamparan.

"Ayah sudah menyekolahkan kamu di tempat yang bagus tapi kamu malah kayak gini," bentak ayahnya.

Ibu Vino segera menghampiri ayah Vino yang sedang membentak ayahnya. Ibunya berusaha untuk menenangkan sang ayah.

"Udah yah, dia masih kecil jangan terlalu di kasarin," ucap ibu Vino sambil mengelus punggung ayah Vino.

"Justru kalau gak di kasarin dia semakin bandel," ucap Ayah Vino yang masih emosi.

"Ayah gak akan dateng ke sekolah kamu besok, malu-maluin aja," lanjut ayah Vino.

Di surat tersebut tertulis bahwa orang tua Vino harus datang besok ke sekolah karena Vino bertengkar dengan Dhirga di sekolah.

Ibunya segera membawa ayahnya menjauh dari Vino agar ayahnya bisa lebih tenang.

Vino terdiam. Dia selalu tidak bisa memberontak ketika sedang dimarahi oleh ayahnya. Bahkan jika dia berada di posisi yang benar, dia tidak bisa menerangkan apa yang sebenarnya terjadi.

Bukan tamparannya yang sakit. Vino sudah terbiasa ditampar oleh ayahnya. Tetapi kali ini bentakan ayahnya sungguh menyakitkan dari sebelum-sebelumnya. Vino merasa terluka ketika dia sedang dibentak oleh omongan pedas ayahnya.

Vino segera masuk kedalam kamarnya. Lalu dia membaringkan badannya di ranjang. Entah kenapa Vino langsung merasa sangat lelah.

Vino segera menghubungi temannya untuk tidak berkunjung ke rumahnya. Kali ini dia mau sendirian di kamarnya.

Tak lama kemudian, ibu Vino datang ke kamarnya. Vino segera bangkit lalu duduk di pinggir kasur. Ibunya segera duduk di sebelah anaknya.

"Jangan sakit hati gara-gara omongan ayah tadi, ayah lagi emosi tadi," ucap ibunya.

"Besok bunda yang bakal dateng ke sekolah, kalau ayah yang kesana bunda takut kalau ayah bakal emosi lagi di sekolah," jelas Ibunya.

Vino masih terdiam menyimak kata demi kata yang diucapkan oleh ibunya.

Backstreet (END & PART MASIH LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang