37

27.6K 1.4K 14
                                    

"Vina merasa tidak suka membahas Dhirga, padahal dulu telinganya sangat ingin mendengar nama itu."

***

Mobil Vania sudah terparkir di garasi tidak seperti biasanya. Biasanya ibu Vina pulangnya malam bahkan kadang Vania tidak pulang.

Vino yang mengantar Vina pulang menyadari hal itu. Dia mengerutkan keningnya.

"Bunda udah pulang?" tanya Vino yang sama-sama memperhatikan mobil di garasi.

"Iya kayaknya," jawab Vina tidak terlalu yakin.

"Aku salam dulu jangan?" tanya Vino.

"Gak usah Vin, nanti-nanti lagi aja, takutnya bundanya capek," ucap Vina. Sebenarnya Vina tidak mau bundanya bertemu dengan Vino sekarang. Suatu saat Vina akan cerita tetapi entah kapan waktunya.

"Ohh iya sih, yaudah deh."

"Yaudah aku ke rumah ya," pamit Vina.

Vino mengangguk.

Vina segera turun dari mobil Vino. Sebelum Vina masuk ke rumah, dia berbalik menghadap ke mobil Vino.

"dahh," Vina melambaikan tangannya.

"Dadahh," Vino membalas lambaian tangan Vina.

Setelah itu Vina masuk ke rumah. Terdapat Vania yang sedang menelepon rekan kerjanya. Vina memutuskan untuk langsung masuk ke kamar karena dia tidak nyaman melihat ibunya memarahi rekan kerjanya.

"Eh sini dulu," perintah Vania setelah menyadari bahwa anaknya sudah pulang.

Langkah Vina menuju kamar pun terhenti. Dia mematung di tempat menunggu ibunya selesai menelepon.

Vania menepuk-nepuk tempat duduk yang kosong disebelahnya. Dia memberikan kode agar Vina duduk di sana.

Vina mengerti.

Dia menghampiri ibunya dan duduk disebelahnya. 

"Besok gamau tau laporannya harus ada," ucap Vania penuh emosi.

Kemudian Vania memutuskan sambungan teleponnya. Dia mengirimkan beberapa pesan kepada rekan kerjanya. Lalu perhatiannya beralih ke Vina.

"Kamu kenal Dhirga?" tanya Vania tanpa basa-basi.

"Kak Dhirga? Kenal bun," jawab Vina.

"Kenapa kamu gak bilang dari dulu?" tanya Vania dengan nada kecewa.

"Gak begitu deket sih Bun sama Vinanya," ucap Vina asal.

"Deketin dong sama kamu," saran Vania.

"Tapi bun-" ucapan Vina terputus

"Kenapa? Vino yah?" Tebak Vania tepat sasaran.

Vina membisu. Jantungnya terasa berhenti berdetak sepersekian detik. Matanya melebar. Dari mana Ibunya mengetahui hal itu.

"Nyesel loh kalo gak deket sama Dhirga," ucap Vania.

"Nyesel?" Vina mengerutkan keningnya.

"Kamu harus tau Dhirga itu cowok idaman dan jarang banget ada cowok kayak dia," Vania mulai memuji Dhirga.

"Ya gitu lah kamu juga bisa liat sendiri kan di sekolah gimana," lanjut Vania.

Tanpa Vina sadari saat ini Vina tidak suka mendengar nama Dhirga lagi. Padahal dulu jantungnya sempat berdegup kencang hanya karena mendengar namanya disebut.

"Bunda kenal Kak Dhirga dari mana?" tanya Vina.

"Dia anaknya yang punya perusahaan besar di Jakarta," jawab Vania.

Backstreet (END & PART MASIH LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang