10

44.4K 2.5K 44
                                    

-

Aura jadi jarang masuk sekolah. Ia harus mengurusi perpindahan. Keadaan tidak seheboh seperti dahulu. Mereka semua terdiam, sibuk memikirkan sesuatu. Hanya mereka lah yang tahu tentang Aura.

Dulu mereka selalu tertawa bersama di kantin. Kini ketiganya terdiam, karena Aura lah yang biasanya membuat suasana lebih heboh. Bel masuk berbunyi. Dari tadi Vina sama sekali tidak memakan mie ayamnya. Biasanya ia sangat semangat jika ia mendengar bel istirahat berbunyi. Semuanya berubah ketika Aura pergi.

"Na, gak ke kelas?" Tanya Nala yang membuyarkan lamunan Vina.

"Kalian duluan aja," ucap Vina lemas. Kedua temannya bangkit dari kursi lalu pergi meninggalkannya sendiri. 

Baru beberapa menit setelah bel masuk berbunyi tetapi kantin sudah sepi. Vina bangkit dari kursi lalu ia segera pergi menuju kelasnya dengan malas. Beberapa kelas sudah memulai pelajaran setelah istirahat. Koridor demi koridor Vina lewati dengan langkahnya yang sangat lambat. 

Langkah Vina terhenti ketika ada seseorang yang menghalangi jalannya, siapa lagi kalau bukan Kak Dhirga. Vina berjalan menuju jalan lain namun Kak Dhirga tetap menghalangi jalannya. Vina menghembuskan nafasnya yang berat.

"Minggir," ucap Vina dingin dan singkat. Kak Dhirga tersentak melihat Vina yang berubah seperti ini.

"Dih kok jadi galak sih?" ucap Kak Dhirga yang terkejut dengan sikap Vina. Vina terdiam.

"Tadi lo kenapa gak makan mie ayamnya?" Tanya Kak Dhirga. Vina terkejut dengan pertanyaanya. Di kantin Kak Dhirga ternyata memperhatikan Vina.

"Gak apa-apa," jawab Vina tanpa menatap mata Kak Dhirga.

"Ada apa sih? Gue tuh orangnya kurang peka loh, jadi jangan main kode-kodean dong. Kalau sama gue frontal aja," Ucap Kak Dhirga. Vina terdiam.

"Yaudah gak cerita sekarang juga gak apa-apa, gue juga bukan siapa-siapanya elo kok," Kak Dhirga memberikan jalan untuk Vina. Tanpa menatap matanya, Vina segera berjalan lebih cepat dari sebelumnya.

"Good luck ya ulangannya," Teriak Kak Dhirga dari kejauhan yang masih terdengar oleh Vina. Vina berhenti melangkah, ia terkejut. Kak Dhirga mengetahui semua tentag dirinya. Ia kembali melangkah menuju kelasnya.

Sementara Kak Dhirga tersenyum tipis melihat tingkah Vina. Sesekali ia tertawa kecil. Deva, teman dekat Dhirga menghampirinya yang sedang senyum-senyum sendiri. Deva menatap apa yang sedang diperhatikan oleh temannya.

"Lo suka Vina?" Tanya Deva frontal kepada Dhirga. 

"Lucu aja gitu ngegodain dia," ucap Dhirga dengan matanya yang tidak bisa lepas dari Vina.

"Setau gue Vina pacarnya Vino, tapi udah putus deh kayaknya," ucap Deva. Dhirga kini menatap Deva. Dhirga baru tahu tentang itu.

"Vino anak berandalan itu?" Tanya Dhirga meyakinkan.

"Iye, lo emang gak tau beritanya? satu sekolah tau malah soal itu."

"Makanya jangan ngurusin OSIS mulu, sekali-kali perhatiin adek kelas lah, sebagai ketos lo harus tau apa yang terjadi di sekolah ini," lanjut Deva.

"Ya sorry, btw emang si Vina seleranya yang kayak Vino?" Tanya Dhirga yang semakin penasaran.

"Lo kok jadi nanyain tentang Vina gini? Ya mana gue tau kan yang punya perasaan dia bukan gue," Deva mulai curiga dengan Dhirga. Dhirga berhenti menanyakan tentang Vina. Ia kembali masuk kedalam kelasnya.

***

Hari ini Vina datang ke sekolah lebih pagi dari biasanya karena dia piket hari ini. Sekolah masih sepi dan di kelas belum ada siapa-siapa selain dia. "Kapan yah cowok gak nyampah di lacinya," gerutu Vina yang sedang membersihkan laci Agi. Beberapa laci anak laki-laki di kelas mereka sangatlah malas dan jorok. Banyak sampah di dalamnya padahal tempat sampah terletak tepat di depan kelas.

Backstreet (END & PART MASIH LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang